tirto.id - Direktur Utama (Dirut) PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) Budi Gunadi Sadikin mengatakan korporasi mengusulkan agar nilai setoran dividen pada 2019 hanya Rp1 triliun. Nilai itu lebih rendah dari setoran dividen untuk negara dari Inalum pada 2018, yakni sebesar Rp1,9 triliun.
Budi mengatakan setoran dividen pada tahun depan menurun, salah satunya karena Inalum butuh dana besar untuk melakukan akuisisi 41,64 persen saham PT Freeport Indonesia (PT FI). Langkah Inalum itu bagian dari proses divestasi 51 persen saham Freeport Indonesia.
"Dan untuk bayar utang, bunganya udah mulai keluar. Dan kita juga diminta untuk membangun smelter [fasilitas pemurnian konsentrat] alumina,” ujar Budi di Kompleks DPR, Jakarta pada Kamis (6/9/2018).
“Tapi, kebijakannya [setoran dividen] tergantung Kementerian BUMN, berapa yang diputuskan," Budi menambahkan.
Menurut dia, apabila tidak kebutuhan dana untuk aksi korporasi pada tahun depan, Inalum sebagai induk holding tambang sebenarnya dapat menyetorkan dividen mencapai Rp3,2 triliun. Angka itu bersumber dari setoran dividen PT Bukit Asam sebesar Rp2,5 triliun, PT Aneka Tambang (Antam) Rp250 miliar, PT Timah Rp160 miliar, dan Inalum Rp300 miliar.
Sementara Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno mengatakan Inalum sebaiknya menambah setoran dividen menjadi Rp1,5 triliun sampai Rp2 triliun.
"Kalau Inalum oke-oke saja. Kami (Kementerian BUMN) mau naikin dividen sedikit," ujar Harry.
Pertimbangannya, kata dia, adalah untuk menambal kekurangan dividen dari Pertamina. "Karena dari Pertamina enggak cukup," ujar Harry.
Kementerian BUMN telah mengajukan usulan nilai setoran dividen dari semua perusahaan plat merah sebesar Rp43,64 triliun di RAPBN 2019. Angka itu lebih rendah dari target setoran dividen BUMN dalam APBN 2018 yang sebesar Rp44,69 triliun.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom