tirto.id - Hari Peduli Autisme Sedunia atau World Autism Awareness Day diperingati tanggal 2 April setiap tahunnya.
Tujuan penetapan peringatan World Autism Awareness Day oleh PBB ini adalah untuk mengingatkan perlunya kesadaran dan dukungan dari masyarakat atas hak orang dengan autisme untuk mampu menentukan arah perkembangan dirinya sendiri, mandiri dan otonomi, mengakses pendidikan dan pekerjaan dengan berdasar kesetaraan.
Satu dari 68 anak-anak di Amerika Serikat (AS) kemungkinan menyandang autisme, demikian laporan terbaru Pusat Kendali dan Pencegahan Penyakit di AS (CDC). Sementara itu, menurut organisasi Autism Speaks, autisme muncul lima kali lipat lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Mengenal Apa Itu Autisme
Pada dasarnya, autisme adalah gangguan perilaku yang dialami seseorang terkait dalam tiga domain utama, yaitu sosial, komunikasi, dan tingkah laku yang berulang.
Individu dengan autisme biasanya tidak mendengar atau memandang mata saat diajak berkomunikasi merupakan tanda pengenal di samping variasi gejala lain, seperti komunikasi yang sulit dimengerti, emosi yang tidak stabil dan perilaku yang tidak biasa. Meski demikian para penyandang autisme bukan seseorang yang mesti dihindari atau perlu dijauhi, demikian dilansir Kementerian Kesehatan RI.
Ia pertama kali dijabarkan oleh psikiater asal AS, Leo Kanner pada 1943. Leo meyakini kalau anak-anak dengan autisme sebenarnya punya level kecerdasan yang normal dan berfungsi baik, akan tetapi hal lain membuatnya terlihat salah.
Hipotesa Kanner ini terbukti benar. Sejumlah penelitian bahkan menunjukkan bahwa anak-anak dengan autisme cenderung punya tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi.
Intelligence Quotient (IQ) adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang.
Pengidap autisme kerap menghadapi perundungan. Hal ini kebanyakan karena mereka dinilai menunjukkan perilaku berbeda dan dianggap tak wajar.
Gangguan-gangguan berupa cemoohan, pelecehan fisik, sampai stigmatisasi yang menghambat mereka mengakses beragam kesempatan bukanlah hal anyar yang terjadi dalam kehidupannya.
Terkait hal ini, Kementerian kesehatan melakukan beberapa upaya untuk mencegah dan mengendalikan Gangguan Spektrum Autisme (GSA) adalah di antaranya :
1. Melakukan upaya promotif dan preventif melalui media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), sosialisasi, penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar dapat melakukan deteksi dini Gangguan Spektrum Autisme.
2. Melaksanakan pelatihan keterampilan kecakapan hidup bagi guru dan remaja serta pelatihan pola asuh bagi kader dan orang tua
3. Memberdayakan peran keluarga, guru dan masyarakat untuk mencegah dan mendeteksi dini tanda-tanda Gangguan Spektrum Autisme untuk dapat segera ditindaklanjuti.
Laman Autism Support Network dipaparkan sejumlah langkah menghadapi pengidap autisme yang mengalami perundungan. Jika bullying telah terjadi, keluarga atau rekan pengidap autisme perlu menanyakan sedalam mungkin seputar pengalaman buruk yang pernah diterima pengidap autisme agar solusi atau gagasan pencegahan yang akan diimplementasikan nanti tepat guna.
Editor: Agung DH