tirto.id - Hari Guru Nasional diperingati pada Minggu, 25 November 2018. Peringatan hari guru pada setiap tahun ini bertepatan dengan tanggal pendirian organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Organisasi tersebut resmi berdiri pada 25 November 1945 dalam kongres guru Indonesia di Surakarta.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menetapkan tema peringatan Hari Guru Nasional 2018 ialah "Meningkatkan Profesionalisme Guru Menuju Pendidikan Abad XXI."
Mendikbud Muhadjir Effendy menyatakan tema tersebut dipilih untuk mengingatkan para pendidik di Indonesia mengenai tantangan dunia pendidikan yang semakin berat di abad XXI. Menurut dia, untuk menghadapi tantangan itu, semua guru harus meningkatkan profesionalisme dan kompetensinya.
"Revolusi Industri keempat sudah merambah ke semua sektor," kata Muhadjir dalam pidato resminya pada Upacara Peringatan Hari Guru Nasional, pada Minggu (25/11/2018).
"Diperlukan guru yang profesional, guru yang mampu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi yang supercepat, untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar," dia menambahkan.
Muhadjir mengingatkan, meski teknologi informasi telah berkembang pesat dan menyediakan sumber pengetahuan yang berlimpah, tugas guru sebagai pendidik tidak tergantikan. "Profesi guru sangat lekat dengan integritas dan kepribadian, guru tidak hanya bertugas untuk mentransfer ilmu kepada peserta didiknya," kata dia.
Dia menambahkan, pada tahun depan Kemendikbud akan menerapkan sistem zonasi untuk pemerataan kualitas pendidikan. Salah satu targetnya, ialah perluasan akses, pemerataan mutu dan percepatan peningkatan kualitas guru. Sistem zonasi juga untuk memudahkan penanganan dan pengelolaan guru.
"Mulai dari distribusi, peningkatan kompetensi, pengembangan karier dan penyaluran bantuan penyelenggaraan berbagai kegiatan yang dilakukan guru," ungkap Muhadjir.
Berdasar data Bank Dunia rilisan 11 November lalu, Indonesia baru menempati posisi ke-87 dari 157 negara dalam Indeks Sumber Daya Manusia (Human Capital Index) 2018. Pada indeks itu, skor yang dimiliki Indonesia ialah 0,53.
Arti dari skor 0,53 ialah bahwa setiap anak di Indonesia hari ini memiliki 53 persen kesempatan untuk bertumbuh, dengan catatan menuntaskan pendidikan dan dapat akses penuh pada layanan kesehatan.
Skor Indonesia masih lebih baik ketimbang sejumlah negara lain yang memiliki penghasilan menengah ke bawah dengan rata-rata 0,48. Namun, jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Timur dan Asia Pasifik, posisi Indonesia masih lebih rendah mengingat rata-rata skor negara itu sebesar 0,62.
Apabila dilihat di konteks Asia Tenggara, Indonesia masih kalah dari Singapura (0,88), Vietnam (0,67), Malaysia (0,62), Thailand (0,60), dan Filipina (0,55).
Sebagai perbandingan, Singapura yang menduduki peringkat pertama pada indeks tersebut, memiliki skor 0,88. Bank Dunia menilai pemerintah Singapura telah menyadari pentingnya teknologi serta meningkatnya kebutuhan para pekerja dengan keterampilan tinggi.
Editor: Addi M Idhom