tirto.id - 21 Maret diperingati setiap tahunnya sebagai hari down syndrome sedunia. Di peringatan ini, setiap masyakarat dan para penderita down syndrome di seluruh dunia merancang berbagai kegiatan dan acara untuk meningkatkan kesadaran publik tentang down syndrome.
Sementara itu, dilansir dari situs Down Syndrome International, kegiatan dalam rangka memperingati hari keterbelakangan mental juga digunakan untuk mengadvokasi hak-hak, inklusi, serta kesejahteraan orang-orang penderita down syndrome tersebut.
Namun, tahukah Anda bahwa down syndrome dan autis adalah kondisi yang berbeda?
Dokter Ombeva Malande, seorang ahli kesehatan anak menjelaskan melalui Standard Media bahwa down syndrome merupakan suatu kondisi genetik kelainan kromosom yang paling umum terjadi pada manusia dan menjadi penyebab kecacatan belajar yang paling umum.
Kondisi genetik tersebut juga disebut dengan trisomi 21. Dalam trisomi, seseorang mewarisi salinan tambahan satu kromosom.
Oleh karena itu, anak-anak dengan down syndrome memiliki semua atau sebagian salinan kromosom ketiga 21, dan materi genetik tambahan yang menghasilkan ciri fisik dan intelektual yang khas.
Secara tampilan, anak dengan down syndrome sering terlihat berbeda dengan anak lain yang normal.
Pada umumnya, mereka memiliki wajah yang datar dan mata yang miring ke atas. Mereka juga memiliki telinga yang lebih kecil, bagian belakang kepala yang datar dan lidah yang menonjol dengan tangan lebar dengan satu lipatan di telapak tangan.
Sementara itu, autisme merupakan kondisi yang lain dan berbeda. Autism Speaks menulis dalam lamannya bahwa autis atau disebut dengan Autism Spectrum Disorder (ASD) mengacu pada berbagai kondisi yang ditandai dengan kesulitan dalam keterampilan sosial, perilaku berulang, bicara, serta komunikasi non-verbal.
Autis merupakan gangguan spectrum sehingga setiap penderita autis memiliki banyak subtipe dan kondisi yang berbeda. Beberapa orang dengan ASD mungkin memerlukan dukungan signifikan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Sementara yang lain mungkin membutuhkan lebih sedikit dukungan dan, dalam beberapa kasus, penderita autis dapat lebiih mandiri.
Beberapa faktor dapat memengaruhi perkembangan autisme yang disertai dengan sensitivitas sensoris dan masalah medis seperti gangguan pencernaan, kejang atau gangguan tidur, serta tantangan kesehatan mental seperti masalah kecemasan, depresi, dan perhatian.
Untuk mengetahui perbedaannya lebih lanjut, berikut adalah beberapa mitos dan fakta terkait down syndrome dilansir dari laman Pijar Psikologi:
Mitos: Down Syndrome sama dengan autis
Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa down syndrome adalah sama dengan autis. Padahal, keduanya adalah kondisi yang sama sekali berbeda.
Down syndrome disebabkan oleh faktor genetik di mana seseorang mengalami kelainan kromosom. Hal tersebut membuat orang dengan down syndrome mengalami keterbelakangan mental dan fisik.
Sementara itu, autis atau autism spectrum disorders disebabkan oleh banyak faktor. Namun, bukan karena kelainan kromosom.
Mitos: Down Syndrome termasuk gangguan mental
Gangguan mental atau disebut juga dengan gangguan psikologis didefinisikan sebagai tidak berfungsinya kondisi psikologis seseorang seperti pola pikir, emosional, atau perilaku, yang acap kali disebabkan oleh faktor lingkungan sosial.
Hal ini berbeda halnya dengan down syndrome, yang disebabkan oleh faktor genetik dan bawaan sejak lahir.
Dengan demikian, down syndrome tidak dapat dianggap sebagai suatu gangguan mental. Down syndrome digolongkan sebagai ketidakmampuan dalam intelektual dan perkembangan.
Mitos: Orang dengan down syndrome tidak dapat berprestasi
Meskipun orang dengan down syndrome mengalami kelainan kromosom yang mempengaruhi kondisi mental dan fisik, bukan berarti mereka tidak dapat berprestasi.
Mitos: Orang dengan down syndrome memiliki bentuk fisik yang khas
Kelainan kromosom yang dialami orang dengan down syndrome memengaruhi bentuk fisiknya. Seperti hidung yang datar, mata sipit, dan tubuh yang pendek.
Namun, pada beberapa orang dengan down syndrome mengalami gangguan keseimbangan seperti kesulitan berdiri dengan seimbang.
Mitos: Orang dengan down syndrome tidak dapat mandiri
Faktanya, orang dengan down syndrome dapat hidup mandiri bergantung bagaimana pola asuh orangtuanya.
Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa orang dengan down syndrome yang telah berusia remaja belum dapat melakukan apapun sendiri seperti tidak dapat makan, minum, dan mandiri sendiri.
Hal tersebut disebabkan oleh orangtua yang tidak mengajarkan anak mereka yang mengalami down syndrome untuk mandiri.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Dhita Koesno