Menuju konten utama

Hari Anak Jakarta Membaca 24 Agustus: Buku yang Laris saat Pandemi

Hari Anak Jakarta Membaca adalah salah satu kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan literasi dan menumbuhkan minat membaca

Hari Anak Jakarta Membaca 24 Agustus: Buku yang Laris saat Pandemi
Warga membaca buku di perpustakaan jalanan di Taman Millenial, Karawang, Jawa Barat, Rabu (8/5/2019). ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/foc.

tirto.id - Hari Anak Jakarta Membaca atau Hanjaba diperingati setiap tanggal 24 Agustus, sebagaimana dikutip dari laman resmi Perpustakaan Nasional Indonesia.

Hari Anak Jakarta Membaca adalah salah satu kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan literasi dan menumbuhkan minat, kegemaran, kebiasaan, dan budaya baca masyarakat DKI Jakarta.

Tujuan penyelenggaraan Hanjaba yakni untuk memasyarakatkan perpustakaan, meningkatkan pemahaman pentingnya membaca dalam menambah pengetahuan, memperluas wawasan, dan menemukan hal-hal yang dapat mengubah kehidupan dan menumbuhkembangkan minat, kegemaran, kebiasaan, dan budaya baca bagi warga DKI Jakarta, demikian dikutip Antara.

Hal ini merujuk pada minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Dari 61 negara, Indonesia menempati urutan ke-60 terkait dengan minat baca.

Riset yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan, Indonesia menduduki peringkat 60 dengan skor 396 dari total 65 peserta negara untuk kategori membaca.

Hasil ukur membaca dalam riset PISA ini mencakup memahami, menggunakan, dan merefleksikan dalam bentuk tulisan. Skor rata-rata internasional yang ditetapkan oleh PISA sendiri adalah sebesar 500.

Di negara Asia Tenggara, kemampuan terbaik literasi membaca pada penelitian PISA tahun 2012 dipegang oleh Singapura yang menduduki peringkat ke 3 dengan perolehan skor 542. Adapun negara tetangga Malaysia ada di atas Indonesia dengan peringkat 59 dengan skor 398.

Agenda membaca di masa pandemi COVID-19

Aktivitas masyarakat yang serba terbatas di masa pandemi COVID-19, menjadikan membaca sebagai aktivitas pilihan.

Hal ini senada dengan yang dilaporkan oleh Perpustakaan Nasional pada Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi X DPR RI, tanggal 16 April 2020, bahwa selama masa pandemi Covid-19 pengguna perpustakaan digital IPusnas per pekan naik 130 persen, demikian dikutip Antara.

Laman The Digital Reader yang didukung oleh Amazon pada 10 November 2020 merilis infografik Kebiasaan Membaca Dunia 2020.

The Digital Reader melaporkan bahwa selama pandemi buku-buku roman adalah genre pilihan terbanyak dibaca. Bahkan, sepertiga dari semua buku fiksi di pasar umumnya adalah novel roman.

Hal serupa dilaporkan oleh Perpustakaan Nasional selama masa pandemi kategori buku paling populer dibaca melalui perpustakaan digital iPusnas adalah fiksi.

Peringkat kedua buku-buku berkategori Pendidikan, dan ketiga buku-buku kategori bisnis dan ekonomi. Nampaknya dalam situasi pandemi membaca buku-buku novel roman atau fiksi dapat menjadi penghiburan sekaligus meningkatkan imunitas tubuh.

Menurut penelitian, aktivitas membaca dapat bermanfaat mengurangi stres sampai 68 persen, mengembangkan kecakapan analitik, meningkatkan daya ingat dan konsentrasi, mengurangi tekanan darah, kepikunan dan demensia, menambah perbendaharaan kata dan memperbaiki kemampuan menulis.

Tak heran dalam laporan The Digital Reader disebutkan bahwa secara global pengguna internet lebih banyak membaca (35 persen), dan 14 persen membaca lebih banyak buku secara signifikan.

Perilaku membaca masyarakat secara global berubah. Polarisasi kalangan pembaca pun menujukan perubahan yang menarik.

Misalnya, dilaporkan bahwa membaca buku tak lagi didominasi oleh Generasi Baby Boomers (28 persen), bahkan mereka diungguli jauh oleh Generasi Milenial (40 persen), lalu Generasi Z menempati 34 persen dan Generasi X sebanyak 31 persen.

Baca juga artikel terkait HARI ANAK JAKARTA MEMBACA atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yantina Debora