tirto.id - Kajian ekonomi Bank Indonesia memprediksi harga tiga komoditas meliputi batu bara, karet alam, dan logam tahun 2016 terus tertekan, akibat terdampak perlambatan pemulihan ekonomi global.
"Harga batu bara terus tertekan karena berkurangnya konsumsi Cina, begitu pula dengan harga karet alam diperkirakan juga terus tergerus seiring dengan turunnya harga minyak dunia," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Sumatera Bagian Selatan, Hamid Ponco Wibowo di Palembang, Jumat, (15/4/2016)
Data ekspor batu bara menunjukkan terjadi pertumbuhan negatif sebesar -19,5 persen pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 diperkirakan akan semakin menurun hingga -21,6 persen.
Hamid membeberkan komoditas logam seperti tembaga, nikel, timah, dan aluminium juga akan turut tertekan disebabkan penurunan aktivitas ekonomi Cina.
Sementara itu, berdasarkan data pertumbuhan ekspor Indonesia, harga karet mengalami pertumbuhan negatif sebesar -20,2 persen pada tahun 2015, dan diprediksi tahun 2016 akan lebih rendah lagi, kurang lebih mencapai -24,3 persen.
“Hanya harga minyak sawit saja yang diperkirakan mencatat pertumbuhan positif pada tahun ini di angka 9,6 atau naik dari 2015 yang membukukan pertumbuhan -8,9,” kata Hamid.
Menurut Hamid, keadaan ini sejalan dengan anjloknya harga minyak dunia akibat kenaikan pasokan.
Berdasarkan survei Bloomberg, Futures Brend, dan proyeksi EIA, sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita Antara pada Jumat (15/4/2016), disebutkan harga Brent (nilai standarisasi minyak) pada 2016 dan 2017 yakni 37 dolar AS/barrel dan 47 dolar/barrel atau lebih rendah dibandingkan perkiraan rata-rata sebelumnya yakni 40 dolar/barrel pada 2016 dan 49 dolar/barrel pada 2017.
"Suplai minyak dunia diperkirakan naik pada 2016, sementara di sisi lain justru permintaan melemah sejalan dengan perlambatan ekonomi global," kata Hamid.
(ANT)
Penulis: Mutaya Saroh