tirto.id - Harga sapi bakalan Australia diperkirakan akan mengalami penurunan pada Semester 2 tahun ini. Turunnya harga sapi ini diperkirakan bakal kembali menstabilkan pasokan sapi bakalan dari Australia ke Indonesia yang sempat tersendat karena lonjakan harga yang menyentuh rekor tertinggi dalam 20 tahun terakhir.
“Kami memperkirakan harga akan berubah pada semester kedua tahun 2021, seiring repopulasi dan kembali stabilnya jumlah kawanan ternak,” ucap Co-chair Indonesia Australia Red Meat & Cattle Partnership dari Australia Chris Tinning dalam keterangan tertulis, Rabu (28/4/2021).
Chris mengatakan mahalnya harga sapi bakalan dan daging sapi dari Australia tidak bisa dilepaskan dari persoalan populasi ternak Australia yang sempat menurun. Penurunan itu disebabkan oleh kekeringan dalam beberapa tahun kebelakang sekaligus banjir yang sempat melanda wilayah itu.
Imbasnya para peternak harus melakukan repopulasi ternaknya lantaran jumlahnya terbatas. Alhasil terjadi peningkatan kompetisi antara peternak, pemasok dan eksportir yang menyebabkan harga melambung dan tidak sedikit menyebabkan kesulitan ekspor ke sejumlah negara seperti Indonesia.
“Kami memahami bahwa harga yang tinggi dari Australia ini menimbulkan tantangan bagi industri daging merah dan sapi Indonesia di tengah sulitnya masa pandemi COVID-19,” ucap Chris.
Imbas situasi ini, Indonesia sempat mengalami masalah dalam mencukupkan pasokan daging terutama menjelang perayaan Ramadan dan Idulfitri yang notabene erat dengan lonjakan permintaan daging. Sejumlah langkah telah dilakukan dengan membuka akses impor daging dan sapi bakalan.
Untuk daging sapi, Indonesia sempat membuka pintu untuk menerima pasokan daging dari Brasil sebanyak 20.000 ton dan meningkatkan kuota impor dari India hingga mencapai 80.000 ton pada 2021.
Untuk persoalan sapi bakalan, Indonesia berencana untuk memperoleh alternatif pasokan dari Meksiko dan Brasil. Sebab pasokan Indonesia yang biasa diperoleh dari Australia mengalami masalah lonjakan harga dan keterbatasan populasi.
Indonesia Australia Red Meat & Cattle Partnership dari Australia merupakan lembaga yang didanai pemerintah Australia terkait isu ketahanan pangan di sektor daging dan sapi. Hubungan kerjasama ini berlangsung sampai 2024 dan telah berjalan selama 10 tahun dengan pendanaan 60 juta dolar AS dari pemerintah Australia.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan