tirto.id - Kekhawatiran pasar akan kelebihan pasokan minyak ditambah dengan permintaan yang masih tidak pasti mendorong harga minyak dunia menjadi lebih rendah pada Senin (2/5/2016) waktu setempat atau Selasa pagi WIB untuk hari kedua perdagangan berturut-turut.
Patokan Amerika Serikat, West Texas Intermediate, untuk pengiriman Juni, turun $1,14 dolar menjadi berakhir $44,78 dolar per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara di London, Brent North Sea, yang merupakan patokan Eropa, untuk pengiriman Juli, merosot $1,54 dolar menjadi menetap pada tingkat $45,83 dolar per barel.
Laporan meningkatnya produksi di Irak dan Iran memperlambat momentum naiknya harga minyak yang pada pekan lalu sempat menyentuh tingkat tertingginya di tahun 2016 ini, kata para analis.
Ekspor minyak Irak mencapai rekor 3,36 juta barel per hari pada April, dan diperkirakan produksi Iran selama satu bulan mencapai 3,5 juta barel per hari, terbesar sejak Desember 2011, Bloomberg News melaporkan.
Juru Bicara Kementerian Minyak Irak Assem Jihad mengatakan pada Minggu bahwa minyak yang diekspor dari Irak meningkat sebesar 2,3 persen pada April dibandingkan dengan bulan sebelumnya, menjadi rata-rata 3,364 juta barel per hari.
"Pasar minyak telah berujung pada penurunan setelah libur perdagangan May Day [Hari Buruh Internasional], karena kekhawatiran bahwa produksi OPEC terus meningkat," kata analis Citi Futures Tim Evans.
Kekhawatiran akan semakin menurunnya harga minyak semakin bertambah setelah data Pemerintah Cina menunjukkan aktivitas pabrik di negara itu melambat pada April dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Penurunan harga minyak layak terjadi karena reli harga selama satu bulan terakhir belum memiliki dasar yang baik, Kyle Cooper dari IAF Advisors mengatakan.
Secara keseluruhan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) telah meningkatkan produksi mereka selama April, sebanyak 484.000 barel per hari menjadi 33,217 juta barel per hari pada April, menurut survei terhadap perusahaan minyak oleh Bloomberg.
Sebagai catatan, negara-negara produsen minyak mentah utama telah gagal mencapai kesepakatan untuk melakukan pembekuan produksi global pada pertemuan 17 April di Doha, Qatar.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara