Menuju konten utama

Harga Garam Melonjak Hingga Rp5.000 per Bungkus

Kelangkaan garam ini dituturkan salah seorang pedagang, bermula terjadi di Jawa Timur dan Madura yang selama ini menjadi pemasok garam terbesar di Tanah Air.

Harga Garam Melonjak Hingga Rp5.000 per Bungkus
Seorang petani memilah hasil produksi garam lokal di tempat pembuatan garam Desa Lacok Bayu, Aceh Utara, Aceh, Senin (24/7). ANTARA FOTO/Rahmad

tirto.id - Ketersediaan garam dapur menunjukkan kelangkaan akhir-akhir ini. Kondisi ini berimbas pada harga garam dapur yang kian melonjak. Di Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat, misalnya, pada Selasa (25/7/2017) pagi ini harga garam dapur yang semula harganya Rp2.000 sebungkus, kini menjadi Rp5.000.

Seorang pedagang di Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat, Ningsih (45), mengatakan, "Selain harga garam yang melonjak, pasokan dari produsen garam juga kosong. Sudah sebulan produsen garam tidak mengirim stok garam."

"Laut Indonesia itu berlimpah dan pengangguran banyak. Kenapa pemerintah tidak mendirikan pabrik garam? Untuk mengurangi penganguran," kata Ningsih, sebagaimana dikutip dari Antara.

Sementara itu, pedagang lain, Aceng (40), menuturkan, awal dari kelangkaan garam terjadi di Jawa Timur dan Madura yang selama ini menjadi pemasok garam terbesar di Tanah Air. Kekosongan dari pemasok ini berimbas terhadap kelangkaan garam dan melonjaknya harga.

"Kalau bulan lalu satu bungkus kotak besar bisa Rp30.000 sekarang mencapai Rp50.000," kata Aceng.

Tak hanya di Pasar Gondangdia, kelangkaan garam juga terjadi di Pasar Kaget, Kalibata, Jakarta Selatan. Beberapa pedagang tidak menjual garam akibat stok garamnya habis dan produsen garam belum juga mengirim persediaan garam.

Seorang penjaga warung di Pengadegan Timur, Jakarta Selatan, Neng (27), mengatakan, distributor dari Pulau Madura belum mengirim stok persediaan garam, selain itu harga penjualannya pun naik.

Ia mengaku belum ada jalan keluar atau solusi yang tepat untuk mengatasi kelangkaan garam dan melonjaknya harga. Pemasok garam di warungnya saat ini, dari tukang garam yang lewat depan rumahnya, itu pun harga garamnya melonjak hingga 100 persen.

"Minggu kemarin kami jual Rp1000 satu bungkus kecil sekarang naik Rp2.000," katanya menjelaskan.

Pemilik warung sembako, Ucok (40) tidak menjual garam sejak Senin (24/7) akibat sulitnya menemukan garam, ia biasa menjual garam seharga Rp2000 menjadi Rp3000. Ucok menambahkan kebijakan pemerintah terkait impor garam juga mempengaruhi kelangkaan persediaan garam.

Seorang ibu rumah tangga, Hermayanti (46), bingung karena biasa membeli garam dalam jumlah banyak.

"Saya biasa beli satu bal isi 10 bungkus kemarin dijual Rp15.000 sekarang naik Rp25.000," kata Hermayanti.

Sebelumnya, naiknya harga garam juga dikeluhkan masyarakat pengolah ikan asin di Air Bangis Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat. Harga garam yang digunakan untuk ikan asin mengalami kenaikan dari Rp1.500 per kilogram naik menjadi Rp4.000 per kilogram. Akibatnya, banyak masyarakat pengolah ikan asin menggunakan air laut dicampur garam untuk merendam ikan dalam proses pengasinan.

"Benar, stok garam terbatas sehingga harga naik. Kami terpaksa menggunakan air laut," kata salah seorang pengusaha ikan asin Roni (40) di Simpang Empat, Sabtu (27/5/2017).

Pengolah ikan asin lainnya, Andi menilai menggunakan air laut tersebut lebih efektif dari pada menunggu stok garam yang sering terlambat dengan harga yang mahal.

Mereka mengaku terpaksa dan meragukan kondisi kebersihan air laut tersebut namun mereka tidak memiliki pilihan lain untuk mengolah ikan hasil tangkapan yang cukup banyak.

"Kita juga tidak bisa menaikkan harga ikan asin karena hampir di seluruh daerah hasil tangkapan nelayan cukup banyak dan memaksa mereka harus melakukan pengasinan," ujarnya.

Baca juga artikel terkait PRODUKSI GARAM atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari