Menuju konten utama

Harga Barang Impor Bakal Melejit Imbas Pelemahan Kurs Rupiah

Pelemahan rupiah yang masih terus terjadi ini akan berdampak terhadap kinerja impor nasional.

Harga Barang Impor Bakal Melejit Imbas Pelemahan Kurs Rupiah
Petugas menyusun uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Jumat (1/3/2024). Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat utang pemerintah naik menjadi Rp8.253,09 triliun per Januari 2024, jumlah utang tersebut naik sebesar Rp108,4 triliun dibandingkan utang di Desember 2023, yakni sebesar Rp8.144,69 triliun. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

tirto.id - Rupiah terus melanjutkan pelemahan pada perdagangan Jumat (21/6/2024). Mengutip data Bloomberg, pada pukul 09.20 WIB, mata uang Garuda tersebut berada di level Rp16.476 per dolar Amerika Serikat (AS), turun 25 poin atau 0,15 persen dari penutupan perdagangan Kamis (20/6/2024) yang sebesar Rp16.430 per dolar AS.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abdul Manap Pulungan, menilai pelemahan rupiah yang masih terus terjadi ini akan berdampak terhadap kinerja impor nasional. Apalagi, kebutuhan bahan baku industri manufaktur masih ditopang oleh barang impor.

“Masalahnya, barang-barang manufaktur indonesia itu kan impor. Bahan baku, bahan modal, bahan penolong, jadi jika terkena depresiasi kalau impor sangat terasa sekali, karena barangnya lebih mahal, padahal kita butuh barang itu terutama untuk industri,” katanya, saat dihubungi Tirto, Jumat (21/6/2024).

Sebagai informasi, berdasar laman Satu Data Kementerian Perdagangan, impor bahan baku penolong untuk industri manufaktur pada Januari-April 2024 tercatat sebesar US$52.560 juta, naik dari periode yang sama tahun lalu senilai US$52.390 juta.

Dengan semakin mahalnya harga bahan baku industri, Abdul khawatir, inflasi barang impor (imported Inflation) pun akan tumbuh tinggi. Akibatnya, inflasi Indonesia secara keseluruhan juga akan semakin besar.

Imported inflation-nya akan naik. Makanya Bank Indonesia kan tugasnya menjaga agar imported inflation-nya ini tidak semakin tinggi, agar dia tidak mendorong inflasi secara keseluruhan,” imbuhnya.

Sepakat, Analis Mata Uang dan Komoditas, Lukman Leong, juga menduga pelemahan mata uang Garuda akan membuat kinerja impor akan semakin tertekan. Apalagi, saat ini daya beli masyarakat masih lemah imbas harga komoditas yang mahal.

“Impor akan semakin rendah karena permintaan domestik yang lemah dan harga (barang) impor yang lebih mahal,” ujarnya kepada Tirto.

Sebaliknya, depresiasi rupiah tidak akan terlalu berpengaruh pada kinerja ekspor nasional. Meski begitu, pemerintah harus tetap waspada karena ekspor akan tidak tumbuh atau tumbuh terbatas, seiring dengan turunnya nilai rupiah.

Apalagi, saat ini permintaan barang ekspor dari Cina dan negara-negara ASEAN juga lemah. “Saat ini memang tidak banyak yang bisa dilakukan, hanya menahan pelemahan rupiah agar tidak lebih dalam. Sedangkan permintaan lemah memang dirasakan bukan hanya di Indonesia, namun regional juga,” imbuh Lukman.

Berbeda dengan Lukman, Ekonom Indef Abdul Manap Pulungan menganggap bahwa pemerintah dan Bank Indonesia harus bertanggungjawab atas pelemahan rupiah. Dari sisi Bank Indonesia, kata dia, penguatan rupiah bisa dilakukan dengan mempertebal cadangan devisa atau menaikkan suku bunga acuan.

Namun, kedua hal ini masih belum bisa dilakukan Bank Sentral karena sampai Mei 2024 cadangan devisa Bank Indonesia sebesar US$136,2 miliar atau setara dengan 6,3 bulan impor. Nominal itu tergolong lemah dibandingkan negara lain seperti Cina dan Singapura yang masing-masing sebesar US$3,23 triliun dan US$370,5 miliar.

“BI tidak punya cadangan devisa, jadi yang bisa dimanfaatkan menaikkan suku bunga acuan. Karena dia takut kalau intervensi terlalu banyak akan mengurangi cadangan devisa. Tapi, kebijakan suku bunga itu kontraproduktif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kenaikan suku bunga akan memengaruhi likuiditas perekonomian dan pada akhirnya memengaruhi ekonomi kita,” kata Abdul.

Baca juga artikel terkait RUPIAH atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Flash news
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Anggun P Situmorang