tirto.id - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Ashton Carter mengemukakan bahwa pihaknya akan menggencarkan perang cyber untuk membendung masifnya propaganda dan perekrutan ISIS. Untuk itu, AS akan meningkatkan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan di Silicon Valley, sentra industri dunia maya di negara itu.
Carter menyatakan, negara-negara lain juga dapat mengikuti apa yang telah dimulai AS.
"Itu bukan kemampuan yang hanya dimiliki oleh kami," kata Carter dalam jumpa pers di sayap keamanan perusahaan komputer Intel di Santa Clara. "Itulah mengapa keberadaan pertahanan maya, yang baik dan kuat, penting bagi kami," imbuhnya.
Konferensi pers tersebut merupakan bagian dari pertemuan dewan penasehat keamanan presiden. Pertemuan ini adalah yang pertama kalinya dilangsungkan di Silicon Valley selama 35 tahun sejarah lembaga tersebut. Pejabat-pejabat tinggi AS seperti Menteri Keamanan dan Menteri Perdagangan Dalam Negeri turut menghadiri konferensi ini.
Melalui pertemuan Silicon Valley ini, pemerintah AS menyiratkan akan semakin mempererat kerja sama dengan sektor swasta di bidang internet untuk mengatasi ancaman kemananan nasional yang bersumber dari internet.
Carter mengemukakan, pihaknya tengah membangun sebuah kantor di Boston dan merekrut para pemimpin perusahaan teknologi untuk melakukan pekerjaan militer sementara. Kelompok ini, yang dinamakan “Unit Inovasi Percobaan”, dibentuk untuk memberikan masukan kepada Departemen Pertahanan terkait isu-isu keamanan internet secepat mungkin.
Kepala Dinas Keamanan Nasional, Michael Rogers, mengatakan kepada unit itu bahwa pelaksana tugas intelijen terbesar negara bergerak dari melindungi jaringan Pentagon secara khusus menjadi melindungi pemerintahan sipil lima tahun yang lalu, dan semakin mendukung Departemen Keamanan Dalam Negeri untuk usahanya demi menjaga para perusahaan swasta.
"Bagian yang membuat saya frustrasi adalah, mengapa kami melakukannya setelah adanya kejadian, saat terjadinya peretasan besar yang menimpa Sony Pictures Entertainment, bagian dari perusahaan Sony, alih-alih bertindak lebih awal dari informasi yang ada terkait serangan itu," kata Rogers.
Kasus peretasan yang dialami Sony Pictures diduga dilakukan oleh hacker yang berasal dari Korea Utara, demi menghalangi penyebaran film “The Interview”. Film ini adalah parodi dan sindiran keras bagi Pemimpin absolut Korea Utara, Kim Jong-un. (ANT)
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra