tirto.id - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menilai Gunung Agung masih berpotensi mengalami erupsi strombolian lagi sebagaimana terjadi pada Senin malam, 2 Juli 2018.
Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana menjelaskan penyebab erupsi strombolian, yang disertai lontaran lava pijar, kemungkinan bisa terjadi lagi.
"Saat ini, yang paling mungkin terjadi adalah lontaran lava pijar dan erupsi abu, karena itu sangat mungkin terjadi," kata Devy di Pos Pengamatan Gunung Agung, Desa Rendang, Karangasem, Bali, Selasa (3/7/2018) seperti dikutip Antara.
Menurut dia, erupsi strombolian disertai lontaran lava pijar bisa terjadi karena tekanan dari bawah Gunung Agung terus muncul. Selain itu, menurut dia, di saat yang sama terjadi pengerasan lava di permukaan karena penurunan temperatur.
Dia menambahkan hal itu juga yang menyebabkan laju efusif atau leleran lava ke permukaan puncak kawah Gunung Agung melambat atau terjadi penghambatan aliran fluida magma berupa gas dan cairan ke permukaan.
Devy mengatakan saat terjadi erupsi strombolian Gunung Agung pada Senin malam kemarin, aliran fluida magma, berupa gas dan cairan, yang naik ke kawah terhambat oleh lava yang mengeras dan lalu terakumulasi pada kedalaman dangkal.
"Pada titik tertentu, lapisan lava di atas yang mengeras itu tidak mampu lagi menahan desakan magma dari bawah dan akhirnya erupsi strombolian itu pun terjadi," kata Devy.
Dia menuturkan, apabila di atas kawah terlihat sinar api, maka ada indikasi lava masih panas dan encer sehingga gas dapat keluar dengan mudah.
"Tetapi kalau di atas kawah sinar api tidak teramati, seperti pada Senin malam sebelum erupsi, maka dapat berpotensi untuk terjadi kembali erupsi strombolian," ujar dia.
Gempa Tektonik Diduga Picu Ketidakstabilan Magma Gunung Agung
Devy Kamil Syahbana juga menduga gempa tektonik berkekuatan 5,2 skala richter pada Selasa pagi, 3 Juli 2018, membuat ketidakstabilan magma Gunung Agung. Akibatnya sempat terjadi terjadi dua kali erupsi pada Selasa pagi.
Gempat itu terjadi pada pukul 09.19 WITA. Data BMKG menyebut bahwa gempa itu berpusat di laut pada jarak 110 km arah Selatan Kota Denpasar, Provinsi Bali pada kedalaman 24 km. Beberapa menit usai gempa itu, terjadi 2 erupsi, yakni pukul 09.28 WITA dan 09.46 WITA dengan tinggi kolom abu masing-masing 2.000 meter dan 500 meter dari puncak.
"Aktivitas Gunung Agung masih cukup tinggi, tidak stabil dan masih terus berkembang," kata Devy.
Devy menjelaskan erupsi bisa semakin mudah terjadi karena gempa tektonik muncul saat kantong magma Gunung Agung sudah terisi dan siap dimuntahkan.
"[Tapi] Gempa tektonik itu tidak merefleksikan secara langsung kondisi magma di dalam tubuh Gunung Agung," kata Devy.
Hingga hari ini, status Gunung Agung masih level III atau Siaga dengan radius zona perkiraan bahaya mencapai empat kilometer dari puncak.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom