tirto.id - Dalam dua tahun terakhir, dua raksasa super aplikasi Gojek dan Grab merilis riset yang menjelaskan kontribusi ekonomi masing-masing pihak terhadap perekonomian Indonesia yang dilakukan oleh lembaga riset bereputasi baik.
Publikasi hasil riset ini perlu diapresiasi karena memperkaya informasi masyarakat dan para pemangku kepentingan mengenai perkembangan dan manfaat ekonomi digital di Indonesia.
Ditambah lagi, keduanya sama-sama memberi fokus pada upaya memajukan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) melalui teknologi digital yang dikembangkan.
Pada 25 Juni lalu, Center for Strategic and International Studies (CSIS) dan Tenggara meluncurkan hasil studi bertajuk “Grab and the Gig Economy: Strengthening Economic Resilience - 2019 Study”.
Studi ini menemukan bahwa “gig worker” atau pekerja mandiri dalam platform Grab telah menyumbang senilai Rp77,4 triliun kepada perekonomian Indonesia.
Kontribusi ini meningkat 58,3 persen dari kontribusi 2018 sebesar Rp48,9 triliun. Angka tersebut merupakan total kontribusi dari mitra GrabBike (sepeda motor), GrabCar (mobil), mitra merchant GrabFood (UMKM makanan), dan GrabKios (digitalisasi warung).
Selain itu, mitra Grab yang disurvei juga merasakan peningkatan kualitas hidup yang signifikan.
Pada 3 Agustus, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) mengatakan bahwa pada 2019 Gojek telah berkontribusi kepada perekonomian nasional sebesar 104,6 triliun.
Naik hampir dua kali lipat dari kontribusi pada 2018 yang mencapai Rp 55 triliun. Berbeda dengan cara perhitungan riset dari Grab, kontribusi Gojek tersebut dihitung dari selisih pendapatan mitra Gojek sebelum dan sesudah bergabung layanan, GoRide (sepeda motor), GoCar (mobil), GoFood (pengiriman makanan), GoSend (pengiriman barang), Gopay (platform pembayaran) dan efek multiplier.
Kontribusi itu disebut setara dengan 1 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Itulah temuan utama dalam penelitian “Peran Ekosistem Gojek di Ekonomi Indonesia Saat dan Sebelum Pandemi COVID-19.”
Pada 2019, LD FEB UI dua kali merilis riset yang sama untuk tahun 2018 dengan hasil yang berbeda.
Awalnya, pada 21 Maret 2019, lembaga itu merilis hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Gojek terhadap perekonomian Indonesia mencapai Rp44,2 triliun.
Kemudian, pada 13 Agustus tahun yang sama, LED FEB UI menyatakan kontribusi Gojek mencapai Rp55 triliun.
“Revisi” ini, menurut mereka, disebabkan karena pada rilis pertama angka dihitung berdasarkan asumsi hanya 75 persen yang aktif, sementara hasil perhitungan kedua didapat jika diukur dengan asumsi mitra aktif 100 persen.
Kedua startup ini menjadi contoh baik bagaimana kehadiran ekonomi digital memberi kontribusi konkret pada perekonomian nasional, terutama melalui penciptaan lapangan kerja yang pada akhirnya menghasilkan penciptaan atau peningkatan pendapatan.
Kedua startup ini juga telah menjadi pintu masuk pertama inklusi finansial bagi sebagian masyarakat yang sebelumnya tidak punya akses terhadap sistem dan layanan perbankan.
Tiga Pilar Layanan Utama Sumbang Rp127 Triliun di 2019
Menarik jika kita melihat dinamika penciptaan tenaga kerja dan kesejahteraan pada tiga pilar utama layanan kedua super aplikasi tersebut, yakni transportasi (ride-hailing) roda dua, transportasi roda empat, dan mitra UMKM makanan.
Pada Gojek nama layanan itu adalah GoRide, GoCar, dan GoFood, sementara pada Grab adalah GrabBike, GrabCar, dan GrabFood.
Mengapa menarik? Tiga layanan ini menjadi kontributor terbesar kontribusi kedua startup yang tentu juga merupakan bisnis utama keduanya.
Dalam lingkup layanan transportasi, tampak jumlah kontribusi Grab di 2019 yang mencapai Rp 37 triliun lebih tinggi dari Gojek yang berada di angka Rp 18,8 triliun.
Angka kontribusi yang lebih tinggi dari Grab berkorelasi dengan kehadiran operasi mereka mereka yang jauh lebih luas dari Gojek.
Menurut keterangan resmi keduanya, per Desember 2019, Grab telah hadir di 222 kota sementara pada bulan Juli tahun yang sama, Gojek hadir di 209 kota.
Kontribusi mitra GrabBike naik 67 persen dari Rp15,6 triliun menjadi Rp 26,2 triliun sementara mitra GrabCar meningkat kontribusinya menjadi Rp10,8 triliun dari Rp9,7 triliun, atau tumbuh 11 persen.
Artinya, para mitra tersebut menikmati peningkatan pendapatan, baik dibandingkan dengan pendapatan dari sebelum bergabung dengan Grab bagi mitra baru, maupun dengan pendapatan tahun lalu bagi mitra yang sudah lama bergabung dengan Grab.
Pertumbuhan kontribusi para mitra pada tiap layanan tidak tercantum dalam laporan LD FEB UI tentang Gojek.
Lembaga Demografi UI lebih memaparkan bagaimana dampak kehadiran Gojek terhadap inklusi keuangan dan kedisiplinan menabung para mitranya.