Menuju konten utama

GP Ansor Minta Maaf Soal Kegaduhan Akibat Pembakaran Bendera HTI

GP Ansor menolak meminta maaf sebab mereka menganggap bendera yang dibakar memang atribut HTI.

GP Ansor Minta Maaf Soal Kegaduhan Akibat Pembakaran Bendera HTI
Massa dari berbagai ormas islam melakukan aksi unjuk rasa di Bundaran Patung Kuda menolak terbitnya Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan, Jakarta, Selasa (18/7). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas meminta maaf atas kegaduhan yang ditimbulkan akibat peristiwa pembakaran bendera yang mirip dengan milik organisasi terlarang Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

"Saya Ketua Umum GP Ansor atas nama organisasi dan seluruh kader meminta maaf kepada seluruh masyarakat jika apa yang dilakukan oleh kader-kader kami yang ada di Garut ini menimbulkan kegaduhan dan ketidaknyaman. Kita minta maaf atas kegaduhan itu, bukan pembakaran bendera HTI,” tegas Yaqut lagi.

Dia menolak meminta maaf soal pembakaran bendera bertuliskan tauhid oleh anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU) sebab baginya bendera yang dibakar memang atribut HTI.

Ia menyamakan peristiwa bendera HTI ini serupa dengan bendera Partai Komunis Indonesia (PKI). Sikap Banser NU, menurut Yaqut, sudah tepat dengan tidak membiarkan bendera HTI bertebaran, sama halnya dengan bendera PKI yang dilarang.

“Meski tidak ada nama HTI, tidak bisa dipungkiri kalau itu bendera HTI. Bendera Merah Putih itu kita tahu bendera Indonesia walau tidak ada tulisan Indonesia. Atau bendera palu arit di jalan, kalau itu bendera beredar di jalan-jalan, kita mau ngomong apa?” tegas Yaqut pada Rabu (24/10/2018) di kantor pusat GP Ansor, Jalan Kramat Raya, Jakarta.

Yaqut kemudian menjelaskan bahwa khat (gaya penulisan dalam bahasa Arab) di bendera yang dibakar Banser NU biasa dipakai HTI. Meski ada beberapa organisasi Islam di luar negeri yang memakai bendera atau gaya tulisan seperti itu, Yaqut menyebut itu persoalan lain.

“Kalau mereka hanya mengklaim [itu] bendera mereka [atau bukan] ya itu persoalan lain. Tulisan yang digunakan HTI ini khas jika dibandingkan dengan lafat yang sama yang digunakan oleh ISIS,” jelas Yaqut.

Namun, menurut mantan juru bicara HTI, Ismail Yusanto bendera berkalimat tauhid yang dibakar oleh Banser NU bukanlah bendera HTI. Menurut Ismail, HTI tidak mempunyai bendera khusus.

Menurut Ismail, bendera yang ada di dalam video pembakaran bendera oleh Banser NU adalah Ar-Rayah.

"Jadi itu bukan bendera. Ar-Rayah cirinya tulisan putih dan latar belakang bendera hitam. Ada lagi Al-Liwa tulisan hitam benderanya putih," ucap Ismail kepada Tirto hari Selasa (23/10/2018).

Ismail tidak menampik bahwa HTI seringkali menggunakan bendera itu dalam aksinya. Pasalnya, HTI memang bermaksud menyebarluaskan pemahaman soal bendera tersebut.

HTI memang mempunyai logo yang menyertakan Ar-Rayah. Logo HTI sendiri berupa tulisan Hizbut Tahrir Indonesia dengan dekoratif di huruf I (Indonesia) menjadi Ar-rayah. Namun Ismail mengatakan logo itu tidak pernah dicetak menjadi bendera.

Baca juga artikel terkait PEMBAKARAN BENDERA TAUHID atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Dipna Videlia Putsanra