Menuju konten utama

GP Ansor Laporkan Terduga Penghina Ketum PBNU & Jokowi

GP Ansor Kota Semarang melaporkan pemilik akun Facebook bernama Ummu Izzah Mujahidah ke polisi karena unggahan konten yang diduga menghina Ketum PBNU.

GP Ansor Laporkan Terduga Penghina Ketum PBNU & Jokowi
Presiden Joko WIdodo (kiri) makan siang bersama Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (11/1). Pertemuan tersebut diantaranya membahas fenomena Islam radikal. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari.

tirto.id - Pengurus Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kota Semarang, Jawa Tengah, melaporkan pemilik akun Facebook bernama Ummu Izzah Mujahidah ke polisi karena sering mengunggah konten yang diduga menghina Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj dan Presiden Joko Widodo.

"Akun Facebook ini mengunggah konten-konten yang menghina KH Said Aqil serta Presiden Joko Widodo," kata Sekretaris Pengurus Cabang Gerakan Pemuda (PC GP) Ansor Kota Semarang Rahul Saiful Bahri, di Semarang, Minggu (6/8/2017).

Menurut dia, status yang ditulis dalam akun tersebut berisi kalimat provokatif dan fitnah, seperti diberitakan Antara.

Rahul menuturkan terdapat beberapa konten yang dinilai kurang santun yang dijadikan sebagai dasar untuk melaporkan Ummu Izzah Mujahidah ke Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Polda Jateng).

Selain itu, menurut dia, informasi tentang pemilik akun tersebut juga sudah diketahui.

Ia mengungkapkan akun tersebut dimiliki oleh seorang wanita yang tinggal di wilayah Ngaliyan, Kota Semarang.

"Informasi tentang pemilik akun itu juga sudah kami sampaikan ke polisi," katanya.

Dari penelusuran terakhir yang dilakukan, Saiful mengatakan bahwa akun media sosial tersebut sudah dinonaktifkan.

Meski demikian, ia meminta kepolisian tetap mengusut aktivitas pemilik akun media sosial itu yang telah menghina tokoh Nahdliyin.

Dalam kesempatan berbeda, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah mengimbau berbagai pembingkaian (framing) ujaran kebencian yang dilemparkan orang-orang tidak bertanggungjawab kepada publik sebaiknya ditinggalkan demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Jangan sampai tenaga kita, pikiran kita dihabiskan dengan hal-hal tidak produktif, yang kita lihat sekarang ini kecenderungannya kita masuk ke dalam framing itu," ujar Presiden.

Presiden menyatakan, berbagai ujaran kebencian yang belakangan ini marak terjadi menjadi bagian dari kemunduran bangsa karena tidak saling menghargai, padahal pada kenyataannya bangsa ini masih diliputi masalah kemiskinan, ketimpangan dan kesenjangan sosial.

Baca juga artikel terkait PENGHINAAN atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Hukum
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri