tirto.id - Google, yang mendominasi pasar untuk bisnis iklan online secara global, mengalami perlambatan pertumbuhan pendapatan. Hasil pendapatan pada kuartal pertama tahun 2019 menunjukkan, kompetitor Google nampaknya siap menyusulnya.
Saham perusahaan induk Google, Alphabet, turun sebanyak 7 persen pada penutupan hari Senin (29/4/2019), dilansir Associated Pers. Penurunan ini dapat memotong nilai pasar Alphabet sejumlah 65 miliar dolar AS hingga Selasa (30/4/2019).
Pendapatan iklan Google, yang merupakan tulang punggung perusahaan, tumbuh 15 persen, menjadi 30,7 miliar dolar AS, lebih lambat dari harapan para investor. Kompetitornya, Facebook dan Amazon, di sisi lain sedang kuat-kuatnya pekan lalu. Hal tersebut makin mengejutkan investor, di tengah menguatnya ekonomi, pendapatan iklan Google justru turun.
Pihak eksekutif Alphabet menyebut bahwa pihaknya alih-alih kuatir terhadap pertumbuhan kompetisi, mereka menganggap bahwa perubahan nilai tukar mata uang dan perubahan produk di iklan Google menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.
Iklan online terus menerus bergeser, mulai dari konsumen desktop, ke tablet, kemudian ke ponsel. Iklan untuk ponsel mendatangakn lebih sedikit uang ke perusahaan.
Analis Imbau Google Kembangkan Sektor Cloud
Meskipun begitu, hasil pendapatan Google tersebut menimbulkan kekhawatiran. Beberapa analis menyebut bahwa ini adalah sinyal bagi Google, mereka butuh untuk mendiversifikasi bisnis secepatnya.
“Tidakkah ini menekan Google untuk lebih agresif di sektor cloud?” kata Dan Ives, analis Wedbush Securities.
Selama ini, Google menganggap bahwa komputerisasi cloud adalah salah satu segmen usaha yang berkembang paling cepat. Namun, untuk saat ini, cloud hanya menyumbang sedikit dari penghasilan keseluruhan Alphabet. Perusahaan melaporkan 5,4 miliar dolar AS sebagai “penghasilan lainnya”, dan cloud, penjualan perangkat keras, dan pembayaran Play Store termasuk di dalamnya.
Penjualan perangkat keras seperti Pixelphone (ponsel pintar produksi Google) juga melambat selama kuartal pertama tahun 2019 ini. Ruth Porat, kepala finansial Google mengatakan pada Senin (29/4/2019), penjualan ponsel pintar secara global memang sedang lamban.
Porat, dalam sebuah wawancara yang dikutip Bloomberg, mengabaikan petumbuhan iklan Amazon dan menyebut bahwa ruang pertumbuhan bagi iklan digital masih besar, karena sebagian besar uang masih dihabiskan secara offline.
“Hampir separuh dari bujet iklan di AS dihabiskan untuk sektor offline,” katanya. “90 persen perdagangan AS masih offline dan kami fokus memainkan peran besar digital di dalamnya,”
Jumlah klik pada iklan Google naik 39 persen pada tahun ini. Kenaikan tersebut menjadi yang terendah sejak tahun 2016, dan harga per kliknya turun 19 persen. Porat menyalahkan YouTube, lantaran klik pada iklannya tidak tumbuh secepat kuartal pertama tahun lalu. Ia menambahkan, perubahan yang dibuat YouTube turut andil dalam mengembangkan pengalaman pengguna dan pengiklan, namun tidak menyebutkan secara detail perubahan seperti apa.
Google masih mengeluarkan banyak dana untuk memoderasi video di YouTube dan membangun tim penjualan untuk bisnis cloud-nya. Kedua sektor tersebut adalah sumber penting pertumbuhan bisnis di masa depan. Amazon dan Microsoft jauh berada di depan Google untuk pasar cloud.
Pendapatan Google lainnya, yang meliputi bisnis cloud naik 25 persen menjadi 5,45 miliar dolar AS, dengan laba bersih 6,66 miliar atau 9,5 dolar AS per sahamnya. Google masih perlu membayar denda sebesar 1,7 miliar dolar AS untuk pelanggaran anti-monopoli.
Di sisi lain, waralaba periklanan digital Amazon menjadi yang terbesar ketiga di AS, hanya tertinggal dari Google dan Facebook. Penjualan Amazon pada kuartal pertama 2019 untuk sektor “lainnya”, yang sebagian besar adalah kegiatan iklan naik 34 persen, menjadi 2,72 miliar dolar AS berdasarkan pantauan pekan lalu.
Editor: Ibnu Azis