tirto.id - Para penggemar Harry Potter dibuat ramai ketika J.K Rowling dalam cuitannya mengungkapkan karakter Nagini terinspirasi dari kisah mitologi Jawa tentang Dewi Naga Gini. “Naga adalah makhluk dongeng mirip ular dalam mitologi Indonesia, dinamakan 'Nagini.' Mereka digambarkan sebagai makhluk bersayap setengah manusia, setengah ular,” cuit Rowling pada Rabu (26/09) lalu.
Namun cuitan ini bukannya menarik simpati justru memunculkan kontroversi karena perumpamaan karakter Nagini dan Dewi Naga Gini dianggap tidak relevan. Bahkan bisa jadi pernyataan Rowling, tak lebih dari sekadar strategi bisnis semata.
Dalam semesta Harry Potter, Nagini adalah tokoh ular kaki tangan Voldemort, musuh bebuyutan Harry, yang muncul pada buku kedua dan keempat. Kemunculan Nagini selalu diproyeksikan untuk membuat kekacauan, menyusup, dan membunuh. Bagian paling memilukan dari cerita Nagini di Harry Potter adalah saat ketika ia membunuh Severus Snape, guru Harry. Pada buku ketujuh, diketahui ia termasuk media tepat Voldermort menyimpan horcrux, potongan jiwa abadi milik Voldermort. Nagini akhirnya mati dipenggal oleh Neville Longbottom menggunakan pedang Gryffindor.
Kini karakter Nagini muncul kembali dalam film Fantastic Beast : Crimes of Grindelwald. Dalam cuplikan film tersebut, Nagini digambarkan sebagai sosok perempuan yang sewaktu-waktu dapat berubah menjadi ular. Karakter ini diperankan aktris Korea Selatan, Claudia Kim. Dilansir dari The Guardian, Rowling selama ini menyiapkan Nagini sebagai maledictus, manusia yang terjebak sebagai ular karena kutukan darah dari garis keluarga ibunya.
Sebelum peran jatuh ke tangan Claudia, aktris Indonesia, Acha Septriasa sempat ditawari memerankan karakter tersebut. Lewat akun Instagramnya @septriasaacha, perempuan ini mengungkap mendapat surel panggilan audisi dari sebuah agensi di London. Naskah yang ia terima bercerita tentang seorang perempuan bernama Natalie yang berdialog dengan Charles di rooftop kota Paris.
“Sebuah karakter rapuh yang bisa menjelma menjadi siluman,” tulisnya.
Lima bulan kemudian ia mendapat kepastian bahwa peran tersebut adalah maledictus, The snake beast dalam lakon Fantastic Beast : The Crime of Grindelwald. Tapi karena usia kehamilannya jalan tujuh bulan, maka Acha memilih melewatkan kesempatan tersebut.
Naga Gini, si Istri Pandawa
Pembicaraan tentang Nagini menghasilkan beberapa respons berbeda. Acha, secara implisit, merasa bangga pernah ditawari peran itu. Claudia, dalam sebuah cuplikan wawancara, pernah bilang bahwa memerankan Nagini adalah salah satu momen paling emosional dalam hidupnya. Sedangkan di jagat maya, warganet sibuk mencaci karakter Nagini yang diperankan oleh perempuan Asia.
Masalahnya, selama ini Rowling tak pernah menuliskan karakter utuh Nagini dalam buku-buku Harry Potter. Tiba-tiba saja Rowling meletakkan seorang perempuan Asia dalam karakter tersebut -yang harus tunduk dan mati oleh karakter Kaukasian. Ini dianggap sebagai rasisme terselubung. Ada juga yang menganggap karakter Nagini tak cocok diperankan aktris Korea karena terkesan menyamaratakan semua etnis di Asia. Perdebatan lainnya menganggap Nagini justru berasal dari India, bukan Indonesia.
“Indonesia terdiri dari ratusan kelompok etnis, termasuk Jawa, Cina, dan Betawi,” cuit Rowling yang ditujukan untuk membalas komentar-komentar tersebut.
Dalam perbincangan dengan Tirto, Prapto Yuwono, dosen Sastra Jawa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI mengatakan karakter Nagini tidak punya kaitan dengan Dewi Naga Gini. Dalam kisah pewayangan Jawa, Dewi Naga Gini merupakan putri dari Batara Antaboga, dewa penguasa bumi yang berwujud naga. Batara Antaboga sempat menolong Bima dari peristiwa bale sigala-gala, rencana pembunuhan Pandawa oleh Kurawa. Singkat cerita, Bima kemudian menikahi Dewi Naga Gini untuk membalas budi.
“Fisik Dewi Naga Gini itu raksasa ular tapi dalam posisi yang baik, bapaknya pun tokoh baik,” kata Prapto.
Jika disandingkan dengan tokoh Nagini dalam Harry Potter, kedua karakter ini jelas berbeda. Menurut Prapto, tokoh Nagini lebih dekat jika dikaitkan dengan Mitologi Naagin dari India. Ia merupakan siluman ular kobra yang memiliki sifat pencemburu dan penuh tipu muslihat. Mark Berninger dalam buku bertajuk Comics As a Nexus of Cultures: Essays on the Interplay of Media, Disciplines and International Perspectives (2010) menyebut Naagin dan Naag sebagai pasangan siluman kobra yang mampu hidup sampai 100 tahun.
Tapi ketimbang berbentuk ular, mereka lebih sering terlihat dalam wujud manusia. Kedua siluman ular ini disebut tak segan menggigit dan menghilangkan nyawa manusia. Terutama jika ada yang berniat mencelakakan pasangan ular ini, atau yang ingin mencuri Naag Mani, batu berharga milik mereka. Kekuatan sepasang manusia-ular ini hanya bisa dikontrol oleh pawang ular menggunakan alat musik bernama Been.
“Mereka dikatakan sangat pendendam pada siapa pun yang mengusiknya,” tulis Berninger.
Maka tak salah ketika akhirnya Prapto menyimpulkan bahwa pernyataan Rowling yang mengungkap karakter Nagin berasal dari Indonesia hanya gimik semata. Baginya, Rowling bahkan sama sekali tak menyentuh falsafah yang dibawa Dewi Naga Gini dan Betara Antaboga yakni setia, cinta kepada sesama makhluk, dan suka menolong.
“Nagini ke Dewi Naga Gini seperti dipaksakan, saya melihat ini sebagai strategi bisnis karena Indonesia merupakan pasar film potensial,” tutupnya.
Editor: Nuran Wibisono