tirto.id - Gempa tektonik berkekuatan magnitudo 3,3 terjadi di Kabupaten Blitar dan Malang pada Minggu (21/11/2021) pukul 04.02.39 WIB. Gempa tersebut dirasakan tiga wilayah terdampak, termasuk Wlingi, Blitar, dan Karangkates.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa gempa yang terjadi pada dini hari tadi dalam skala intensitas II MMI. Intensitas tersebut menyebabkan warga merasakan getaran dan mengakibatkan benda-benda ringan yang digantung bergoyang.
"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut," terang Koordinator Badan Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam keterangan tertulis yang diterima Tirto.
Lebih lanjut, BMKG masih terus melakukan pemantauan untuk mengantisipasi adanya gempa susulan.
Gempa yang terjadi di Kabupaten Blitar dan Malang merupakan jenis gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake. Kondisi ini disebabkan oleh aktivitas sesar aktif di sekitar wilayah Wlingi.
Episenter gempa terletak di koordinat 8,21 LS dan 112,33 BT, tepatnya di darat pada jarak 15 km arah tenggara Kabupaten Blitar, Jawa Timur dengan kedalaman 10 km.
Upaya Mitigasi Gempa Bumi di Blitar dan Malang
Gempa di wilayah Wlingi, Blitar, Malang, dan sekitarnya bukan pertama kalinya terjadi. Wilayah-wilayah tersebut sempat beberapa kali mengalami gempa merusak, yang menyebabkannya mendapat status sebagai daerah rawan gempa.
Gempa merusak terakhir terjadi baru-baru ini, tepatnya pada 10 April dan 21 Mei 2021.
"Gempa merusak terakhir di wilayah ini terjadi pada 10 April 2021 (M6,1) dan 21 Mei 2021 (M5,9) yang menimbulkan kerusakan banyak bangunan rumah," kata Daryono.
Dilansir dari Kominfo Provinsi Jawa Timur, gempa merusak terakhir menyebabkan 8 orang meninggal dan 75 orang luka-luka. Selain itu, lebih dari 3.000 bangunan rumah dan fasilitas umum mengalami kerusakan.
Oleh karena itu, BMKG setempat berkomitmen untuk melakukan sosialisasi kepada warga setempat sebagai upaya mitigasi gempabumi. Upaya tersebut harus dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada warga terkait bencana gempa dan bahayanya.
Upaya mitigasi lainnya adalah merealisasikan pembangunan rumah tahan gempa di wilayah rawan gempa tersebut. Menurut Daryono, penyebab utama jatuhnya korban jiwa dan luka-luka saat terjadi gempa bumi adalah bangunan yang roboh.
"Gempa bukanlah pelaku utama penyebab jatuhnya korban dan luka-luka saat terjadi gempa. Justru rubuhnya bangunan yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa meninggal dan luka-luka," terang Daryono.
Editor: Yantina Debora