tirto.id - Will Smith, 51 tahun, mengajak makan malam mahasiswa lulusan Kajian Biologi Kelautan yang magang di Defense Intelligence Agency (DIA). Membawakan sang gadis seikat bunga, ia mengajukan sederet pertanyaan. Laki-laki yang mendambakan kehidupan pensiun yang adem ayem itu bilang tak pernah benar-benar berkomitmen dengan perempuan, apalagi menjalin hubungan serius.
Kira-kira begitulah gambaran kecil 'cowok Gemini' Will Smith di Gemini Man.
Tapi Gemini Man bukan kisah romantis laki-laki paruh baya dengan pegawai perempuan badan inteligen. Film garapan Ang Lee ini justru tentang Will Smith versi tua dan muda yang berusaha saling bunuh.
Will Smith memerankan Henry Brogan, seorang pembunuh profesional yang ingin gantung pistol, namun malah diburu oleh Clay Varris (diperankan Clive Owen) kepala unit pelatihan tentara "Gemini". Henry berhasil selamat sehingga akhirnya Clay Varris mengirim Clay Junior, pembunuh misterius dengan wajah, karakter, kebiasaan, dan kemampuan berkelahi yang menyamai Henry.
Dibantu si gadis DIA, Danny Zakarweski (Mary Elizabeth Winstead), dan sahabatnya Baron (Benedict Wong), Henry berusaha lepas dari pengejaran sekaligus berusaha mengungkap pembunuh misterius kembaran Henry itu.
Kembaran Maut
Judul Gemini Man tentu berangkat dari zodiak gemini dalam horoskop Barat yang digambarkan kembar. Orang-orang dengan zodiak gemini seringkali dianggap punya sifat mendua, peragu, dan sulit berkomitmen.
Film laga dengan banyak adegan kejar-kejaran dan adu siasat para penembak profesional ini adalah salah satu terjemahan sinematik dari tema lawas doppelgänger, alias penampakan kembar seseorang yang masih hidup. Dalam banyak kisah horor, kemunculan doppelgängerberarti petanda buruk, kematian, atau bencana bagi si pemilik tubuh asli. Kehadiran doppelgänger juga bisa berarti kemunculan sisi lain yang tak dikehendari dalam diri sesosok karakter. Anda bisa menyaksikannya di novel Jekyll and Hyde (Robert Louis Stevenson, 1886), Si Kembar (Fyodor Dostoyekvski, 1846), hingga film Double Life of Veronique (Krzysztof Kieślowski, 1991).
Ang Lee bukan orang pertama yang mengangkat doppelgänger ke layar lebar. Dalam filmnya yang rilis tahun ini, Us, Jordan Peele mengolah kisah doppelgänger sebagai horor sosial. Ia mengisahkan satu keluarga yang bertemu kembaran identiknya. Rupanya mereka tidak sendirian. Setiap orang di Amerika, demikian yang disampaikan Us, ternyata punya kembarannya masing-masing.
Berbeda dengan Us, Ang Lee memilih menempatkan dua karakter kembarnya itu untuk menjaga satu sama lain--tentu saja setelah keduanya berpapasan, berusaha saling bunuh, dan akhirnya sama-sama heran mereka berdua ada
Henry dan Junior (Will Smith versi muda) adalah dua pribadi dengan wajah dan perawakan yang mirip. Demikian pula watak keduanya: sama-sama peragu, cermat, enggan menjalin komitmen romantis, alergi lebah dan ketumbar, menderita insomnia dan sering mimpi buruk pada pukul tiga pagi. Taktik berkelahinya pun sama.
Lazimnya film laga tentang dunia intelijen, Gemini Man membawa Henry dan Junior kejar-kejaran dari Georgia, Columbia, ke Budapest. Kita akan dibawa ke gang-gang kecil Kolumbia hingga tempat-tempat sejarah di Budapest, Hungaria. Latar tempat di luar Amerika Serikat dipakai untuk menunjukkan betapa Henry sudah tidak diberi tempat oleh pemerintahnya sendiri, bahkan oleh orang-orang sekantornya.
Keluasan latar geografis ini juga bertindak sebagai komentar politik, misalnya untuk membicarakan ketegangan US dengan Rusia. Seorang pejabat DIA berencana ingin mengkambinghitamkan Rusia sebagai pembunuh Henry. Tidakkah "semua salah Rusia" kembali muncul dalam pembicaraan politik di Amerika pasca-terpilihnya Donald Trump?
Narasi doppelgänger pun dipakai bukan dalam kerangka cerita klenik alih-alih sebagai komentar sosial tentang kloning. Dalam hal ini, Gemini Man masuk dalam deretan film Blade Runner 2049 (2017), The Island (2005), hingga Twins (1988) yang membicarakan kloning. Spoiler: Junior memang kloningan Henry.
Akhirnya, kisah kembaran maut itu adalah cerminan dari karier Will Smith sebagai aktor. Dalam pertarungan Kita menyaksikan Will Smith muda dalam film-film laga terdahulunya seperti Bad Boys (1996) atau Enemy of the State (1998). Kita seperti menyaksikan Chuck Norris atau Arnold Schwarzenegger bertemu kembaran mereka yang berasal dari dunia film laga 1980-an.
Tentu ada yang berbeda pada Smith. Norris atau Schwarzenegger kerap menjalani peran yang itu-itu saja, sementara Smith adalah aktor dengan jangkauan akting yang luas. Ia, pendeknya, serba bisa. Sejak 1992, ia telah bermain dalam 32 film dari berbagai genre. Ia pernah memerankan petinju legendaris Muhammad Ali, ilmuwan-tentara yang melawan vampir dalam I Am Legend, salesman dalam Pursuit of Happiness, tukang tipu dalam Focus, hingga jin dalam Aladdin.
Kita memang sedang menyaksikan seorang aktor yang tengah menziarahi karakter-karakter lawasnya dalam cerita laga-intelijen. Lagi-lagi, ini pun bukan sesuatu yang asing dalam universe Will Smith. Jangan lupa: bukankah ia juga pernah memerankan dirinya sendiri dalam Fresh Prince of Bel Air yangdiputardiANTVpadaawal1990-an?
Editor: Windu Jusuf