Menuju konten utama

Geliat Bisnis Pesan Antar Makanan Berbuah Celaka di Jalan

Pertumbuhan jasa antar makanan berisiko meningkatkan angka kecelakaan lalu lintas, kondisi ini terjadi di Cina.

Geliat Bisnis Pesan Antar Makanan Berbuah Celaka di Jalan
UberEats, jasa antar makanan milik Uber yang sudah menjangkau AS, Eropa, Asia, dan Afrika. Getty Images/iStock Editorial.

tirto.id - Belum lama ini Kementerian Keamanan Publik Cina mengeluarkan peringatan kepada perusahaan penyedia jasa pesan antar makanan, ihwal maraknya kasus kecelakaan lalu lintas yang menimpa para pengemudi pengantar makanan. Para perusahaan diperingatkan untuk memastikan para pegawainya mematuhi peraturan lalu lintas di jalan raya.

Menurut laporan Biro Lalu Lintas, Kementerian Keamanan Publik Cina, tercatat 3.242 kasus kecelakaan lalu lintas yang berkaitan dengan pelayanan jasa antar makanan di Kota Nanjing, Provinsi Jiangsu. Tercatat tiga orang tewas dan 2.473 orang mengalami luka-luka dalam selama Semester I-2017.

Polisi Shanghai juga telah mengeluarkan peringatan yang sama. Tercatat sudah ada 76 kecelakaan operator pengiriman yang umumnya memakai sepeda yang menyebabkan luka dan meninggal dunia akibat tabrakan dengan kendaraan bermotor. Perusahaan jasa pengiriman Ele.me dan Meituan masing-masing menyumbang 26 persen kecelakaan, sisanya ada Baidu Waimai, Dada, Daojia, Pizza Hut, KFC, dan McDonald’s.

Baca juga: Invasi McDonald’s di Cina

Sehingga Polisi meminta para perusahaan memastikan para pengantar jasa makanan yang umumnya menggunakan sepeda agar tertib lalu lintas. Peringatan dari pemerintah Cina tentu saja bukan tanpa alasan. Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh para pengantar sering menggunakan ponsel pintar saat berkendara, menerobos lampu merah, dan mengemudi dengan kecepatan tinggi.

“Sebagian besar petugas pengantar makanan mengabaikan Undang-undang Lalu Lintas dari waktu ke waktu,” ujar Li, seorang pengirim makanan dari Ele.me salah satu perusahaan penyedia jasa pesan antar makanan di Cina.

Wakil Kepala Kepolisian Lalu Lintas Shangai, Wang Liang akan menindak semua pelanggaran para pengendara sepeda. Pemerintah Cina, memang tak bisa berdiam diri, di tengah perkembangan jasa antar makanan yang berkembang pesat.

Jumlah permintaan layanan pesan antar makanan dari 2013 hingga 2016 mengalami pertumbuhan pesat hingga 44 persen. Permintaan yang tinggi menyebabkan frekuensi mengantar makanan juga semakin tinggi. Dengan perilaku berkendara yang buruk maka peningkatan jumlah kecelakaan bakal tak bisa dihindari. Diperkirakan dari 20 pengendara, sebanyak 3 pengendara pesan antar terlibat kecelakaan.

Perilaku ini tak bisa dipisahkan dari kondisi realita bahwa para pengantar makanan dituntut untuk bekerja keras dan harus mengantar tepat waktu semua pesanan para pelanggan. Bagi perusahaan, keterlambatan dapat membuat ketidakpuasan pada pelanggan. Hal ini tentu dipandang buruk bagi reputasi perusahaan.

Beberapa perusahaan menerapkan hukuman denda 2.000 yuan atau sekitar 308 dolar AS bagi para pegawainya yang gagal mengantarkan pesanan dalam waktu yang ditentukan. Kondisi ini memicu para pengantar makanan harus melanggar aturan lalu lintas dengan memacu kendaraan dengan cepat.

Alasan lain di balik perilaku berbahaya para pengemudi pesan antar makanan yaitu untuk menghindari denda ekstra. Denda berlaku ketika seorang pengemudi mendapat ulasan buruk dari pelanggan. Biasanya para pengemudi akan membayar 50 yuan atau 7,6 dolar AS.

Di sisi lain, perusahaan menawarkan komisi jika berhasil mengantar makanan ke pelanggan dalam jumlah tertentu. Hasrat untuk mendapat pendapatan lebih melalui komisi juga mendorong pengemudi berlomba untuk mendapat pesanan sebanyak mungkin sehingga terus memantau permintaan pada ponsel. Kondisi ini diperparah dengan populasi pengantar jasa makanan yang cukup banyak di Cina.

Baca juga: Adu Kuat Go Food Lawan Foodpanda

Jumlah pengemudi pesan antar di Cina sedikitnya mencapai 4 juta orang. Jumlah ini baru yang terdaftar pada tiga perusahaan pengantar makanan terbesar di Cina, Baidu Waimai, Ele.me dan Meituan. Belum termasuk perusahaan lainnya yang tak kalah banyak. Para pengantar ini harus melayani 150 juta konsumen pengguna pesan antar di seluruh Cina, yang berbasis online via ponsel pintar.

Di sisi lain, penggunaan ponsel pintar saat berkendara berisiko pada kecelakaan. Ada tiga tindakan fisik yang akan mengganggu perhatian pengemudi saat berkendara: visual, manual, dan kognitif. Visual artinya saat pengemudi menggunakan ponsel di jalan, pandangannya akan lebih fokus pada ponsel dibandingkan perhatiannya ke jalan.

Tindakan manual yang dimaksud adalah saat pengemudi menggunakan ponsel, tentunya ia hanya akan menggunakan salah satu tangan untuk mengemudi. Tindakan ini juga dapat menyebabkan kecelakaan. Sedangkan kognitif, saat menggunakan ponsel, maka pikiran pengemudi akan terbagi yaitu fokus pada ponsel atau pada kemudi.

Baca juga: Abai dari Bahaya Berkendara Sambil Main Ponsel

Infografik laper tapi mager

Pelatihan Bagi Para Pengemudi

Merespons tingginya kecelakaan akibat pelanggaran lalu lintas para pengantar makanan, maka pihak kepolisian mendesak para perusahaan penyedia jasa pesan antar makanan untuk melakukan pelatihan bagi pegawainya. Ini terkait undang-undang lalu lintas dan kesadaran keselamatan dalam berkendara.

Polisi juga meminta agar kendaraan yang digunakan harus memenuhi persyaratan perizinan dan terdaftar sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu, informasi dan identitas pegawai harus diberikan kepada Biro keamanan Umum. Langkah ini diambil mengingat sebagian pegawai pengantar makanan banyak yang merupakan buruh kontrak yang dipasok oleh perusahaan jasa tenaga kerja.

Pemerintah Cina juga mengeluarkan regulasi pada 1 September 2017, mengatur bahwa perusahaan pengirim makanan harus menyediakan kendaraan yang bagus lengkap dengan tempat makanan dan pegawai harus diberi helm. Perusahaan juga harus melakukan pelatihan online dan offline serta mengadakan ujian teori dan praktik kepada para pegawai pengantar makanan.

Desakan yang tinggi soal pelatihan bagi pegawai pengirim makanan ditanggapi Ele.me. Mereka mulai menggandeng pihak kepolisian untuk memberi pelatihan keselamatan saat berkendara kepada para pegawainya. Rencananya setiap minggu akan dilakukan tiga hingga empat sesi pelatihan seperti di Kota Beijing, Shanghai, Hangzhou, dan Guangzhou.

Apa yang terjadi di Cina tak terpisahkan dengan pertumbuhan bisnis antar makanan di sana. Di Indonesia, tak jauh berbeda dengan Cina, pertumbuhan bisnis pesan antar makanan ditaksir akan tumbuh 32,6 persen hingga 2021.

Pertumbuhan yang tinggi tentu akan punya dampak pada frekuensi pesan antar makanan yang membesar. Keadaan semacam itu bisa berisiko pada persoalan insiden lalu lintas seperti di Cina. Apa yang terjadi di Cina tentu jadi bekal pelajaran yang berharga nantinya.

Baca juga: Perang Industri Kurir Makanan

Baca juga artikel terkait BISNIS ONLINE atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Bisnis
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Suhendra