tirto.id - Direktur Yayasan Sativa Nusantara (YSN), Inang Winarso mengatakan Badan Narkotika Nasional (BNN) perlu menjelaskan kembali barang temuannya berupa ganja cair dari Jerman.
"Perlu dilihat dulu itu cair lebih ke air atau minyak," ujar Inang kepada Tirto, Senin (17/12/2018 sore.
Sebab, kalau cairan itu lebih ke minyak, Inang menilai barang tersebut tidak bisa dibakar. Dia pun meragukan kalau benda itu diproduksi dari Jerman.
Pasalnya, kata dia, negara yang berhasil mencoba menanam ganja hanya Amerika Serikat, Cina, dan Perancis. Sedangkan Jerman, kata Inang, belum pernah dia ketahui berhasil menanam ganja.
Dia juga meminta BNN menjelaskan asal pabrik tempat produksi ganja cair dari Jerman itu. Pasalnya, bila barang tersebut diproduksi dari pabrik kimia, maka akan sangat mudah untuk memastikan bahwa barang tersebut bukan produk turunan dari ganja.
"Kalau itu kimia, segala apapun bisa diciptakan. Mau mirip ganja, sabu-sabu itu bisa," jelas Inang.
Sehingga, menurutnya, efek yang akan ditimbulkan pun akan bermacam-macam. Mulai dari mengalami halusinasi hingga trans.
"Tapi kalau ganja sendiri secara alami, tidak menimbulkan efek apapun. Jadi ini salah penilaian," ujarnya lagi.
Inang juga menjelaskan, biji ganja yang diolah sedemikian rupa itu bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan kosmetik dan obat-obatan, semisal kulit dan asma. Dan itu berbentuk minyak.
Melihat kasus ganja cair ini, Inang menilai kasusnya seperti ganja sintetis yang marak terjadi beberapa waktu lalu. Yang asalnya bukan dari tanaman ganja namun seringkali dikaitkan dengan tujuan untuk merusak pasar tradisional ganja.
"Ini modusnya kayak gorilla enggak ada hubungannya dengan ganja," ujar dia.
Sebelumnya, BNN menemukan narkoba jenis baru berupa ganja cair pada Rabu (12/12/2018) kemarin. Total temuan BNN berupa empat dus berisi 22 botol minyak ganja cair dengan 4 botol bermerk Hemspees dari Jerman yang dipesan secara online dengan tujuan pengiriman ke Jakarta.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Alexander Haryanto