Menuju konten utama

Galaxy Note 7 Menggulung Samsung

Samsung sedang dirundung malang. Produk baru yang sedianya akan dijadikan unggulan, malah membuat perusahaan oleng. Galaxy Note 7 yang digadang-gadang bisa membuat Samsung juara, justru membuat pabrikan asal Korea itu kehilangan setidaknya $26 miliar.

Galaxy Note 7 Menggulung Samsung
Model mengoperasikan Samsung Galaxy Note 7 saat peluncurannya di Jakarta, Selasa (23/8). Salah satu fitur andalah Note 7 adalah "iris scanner", yang diklaim oleh Samsung jauh lebih aman dari sensor sidik jari. ANTARA FOTO/Paramayuda.

tirto.id - Meski banyak mendapat banyak mendapat kritikan dan olok-olokan dari kritikus terhadap produk smartphone unggulannya yang baru saja diluncurkan pekan lalu, yakni iPhone 7 dan 7 Plus, Apple setidaknya jauh lebih beruntung daripada Samsung.

Apple tidak perlu berurusan dengan kasus malfungsi dari smartphone unggulannya yang kemudian diperkirakan membawa kerugian masif pada perusahaan, seperti yang saat ini sedang dialami Samsung.

Dalam upayanya untuk mengambil celah pasar dari Apple, perusahaan elektronik raksasa asal Korea Selatan itu meluncurkan produk smartphone-nya yang paling canggih, Galaxy Note 7, pada awal September lalu. Rupanya, produk tersebut justru berbalik menjadi mimpi buruk bagi perusahaan.

Dalam tempo sebulan setelah peluncurannya, bermunculan kasus smartphone tersebut meledak, yang kemudian disinyalir berasal dari baterai yang bermasalah pada perangkat tersebut.

Dalam pernyataan resminya, hingga tanggal 1 September kemarin, Samsung menyatakan telah menerima laporan 35 kasus global yang muncul akibat baterai yang cacat tersebut. Samsung menyatakan sedang melakukan berbagai upaya untuk memperbaikinya.

Di luar pernyataan resmi Samsung tersebut, Pemerintah Kanada mengindikasikan bahwa lebih dari 70 kasus serupa terjadi di Amerika Serikat dan laporannya telah diterima oleh Samsung hingga Senin (12/9/2016) kemarin.

Dengan temuan tersebut, Samsung akhirnya menghentikan penjualan Galaxy Note 7. Para pelanggannya yang memiliki smartphone tersebut diminta untuk segera menukarkan smartphone yang cacat itu dengan yang baru, atau yang lazim disebut dengan proses recall. Sebagai catatan, Samsung mengatakan telah menjual setidaknya 2,5 juta unit Galaxy Note 7 ke seluruh dunia, dan semuanya akan di-recall.

Akibat skandal internasional tersebut, saham Samsung jatuh sebesar 7 persen pada hari yang sama. Seperti dikutip dari Quartz, harga saham Samsung berada pada kisaran $1.311,26 atau turun 13 persen dari nilai tertingginya pada 23 Agustus lalu.

Sejak Samsung mengeluarkan pernyataan bahwa mereka akan melakukan recall terhadap Note 7, perusahaan data finansial Factset memperkirakan Samsung telah kehilangan kapitalisasi pasar sebesar lebih dari $26 miliar.

Di sisi lain, berdasarkan perkiraan yang dibuat oleh Bloomberg, biaya yang dikeluarkan oleh Samsung untuk seluruh proses recall tersebut setidaknya sekitar $ 1 miliar. Seperti dikutip dari Internasional Business Times, menurut Credit Suisse, dalam skenario terburuk, recall tersebut dapat membuat Samsung kehilangan sekitar $1,34 miliar dari keuntungan operasinya pada tahun 2016.

Sebagai catatan, Mobile Division Samsung merupakan penyumbang pendapatan terbesar Samsung pada Semester I-2016, yakni sebesar sekitar $7,3 miliar.

"Beberapa mengatakan pada awalnya Galaxy Note 7 mungkin bisa menjadi smartphone terbaik yang pernah ada, tapi sekarang akan sangat mungkin smartphone itu akan menjadi hal terburuk yang pernah ada [bagi Samsung]," kata analis IBK Securities Lee Seung-woo, yang juga memprediksi penjualan Samsung akan melemah pada kuartal keempat, seperti dikutip dari Time.

Lebamnya Samsung

Para analis mengatakan, skandal recall Samsung ini akan berdampak tidak hanya dalam penjualan, tapi juga terhadap brand image senilai $211 miliar dalam jangka panjang.

"Bahkan jika Samsung memasok pasar dengan Note 7 yang memiliki baterai baru, tidak semerta-merta penjualannya akan kembali seperti pada awalnya," kata analis Investasi HMC Greg Roh, seperti dikutip dari Time.

"Dalam jangka panjang, [skandal] ini akan membuat Samsung membelanjakan anggaran pemasaran yang signifikan untuk memastikan produk berikutnya dapat mengatasi masalah ini."

Sejumlah maskapai di seluruh dunia, seperti Garuda Indonesia, Singapore Airlines, dan Delta Airlines, diketahui pula telah mengimbau para penumpangnya untuk sangat "berhati-hati" dalam menggunakan perangkat tersebut di pesawat.

Sementara itu, konsumer pun mulai memalingkan pilihannya kepada Apple. Sebuah skenario terbalik dari apa yang pada mulanya diinginkan Samsung dengan menjual Note 7 lebih awal daripada iPhone 7 dan 7 Plus.

Menurut survei kecil-kecilan di Twitter yang dilakukan oleh CNET, sebanyak 48,5 persen dari 3,329 responden menyatakan bahwa mereka lebih memilih untuk membeli iPhone terbaru.

Meskipun demikian, sebesar 40 persen responden juga menyatakan bahwa mereka tetap setia dengan Note 7. Sebanyak 30,5 persen memilih untuk menukarkan Note 7 mereka dalam program recall yang disediakan Samsung, sementara 9,5 persen memilih untuk mempertahankan Note 7 yang mereka miliki saat ini.

Namun, tetap saja hal ini berarti adanya celah bagi pabrikan smartphone yang lain untuk mengambil keuntungan dari kelalaian raksasa Korea Selatan itu.

Samsung sendiri bergerak cepat. Mereka mengumumkan tidak akan menggunakan baterai yang dipasok oleh anak perusahaan mereka, Samsung SDI, untuk menggantikan baterai bermasalah di Note 7. Perlu diketahui, Samsung SDI memasok lebih dari 65 persen baterai yang digunakan untuk Note 7.

Di luar itu, mereka juga mengumumkan penunjukkan anggota Board of Director yang baru yaitu Jay Y Lee – anak dari Chairman Samsung Lee Kun-Hee, yang sebelumnya menjabat sebagai vice chairman. Samsung juga telah mengkonfirmasi penjualan divisi printernya kepada Hewlett Packard (HP) dengan nilai sebesar $1,05 miliar.

Sayangnya, usaha-usaha tersebut masih belum menyelamatkan perusahaan tersebut dari jatuhnya harga saham Samsung.

Lantas, sampai kapankah hal ini akan terus berlanjut? Sedikit petunjuk dapat diperoleh dari survei CNET sebelumnya, bahwa masih banyak pula yang memiliki kepercayaan besar terhadap Samsung. Kuncinya kemudian adalah bagaimana Samsung dapat memanfaatkan celah yang sempit ini.

"Dalam jangka panjang, Samsung adalah merek yang kuat dengan produk yang hebat. Kebanyakan dari produk-produk mereka tidak meledak," tegas Mark Newman, analis dari Bernstein, seperti dikutip dari CNN Money.

Baca juga artikel terkait SAMSUNG atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti