Menuju konten utama

Fungsi Musik Tradisional Gambang Kromong pada Masyarakat Betawi

Berikut penjelasan mengenai musik tradisional Gambang Kromong dan fungsinya dalam masyarakat Betawi.

Fungsi Musik Tradisional Gambang Kromong pada Masyarakat Betawi
Ilustrasi Betawi. foto/IStockphoto

tirto.id - Musik merupakan bentuk ekspresi atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam bentuk bunyi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan musik sebagai nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan,

Sementara musik tradisional adalah musik masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun dan berkelanjutan pada suatu daerah. Pada umumnya, kesenian ini susah diidentifikasi secara pasti kapan dan siapa penciptanya.

Mengutip e-modul Seni Budaya Kelas X (2019), musik tradisional memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya dengan musik modern. Ciri-ciri umum musik tradisional meliputi:

  • Ide musik tidak berbentul tulisan bernotasi atau partitur, tetapi secara lisan;
  • Diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi;
  • Alat musiknya sederhana;
  • Syair lagunya berbahasa daerah.

Sementara fungsi utama dari musik tradisional adalah sebagai sarana upacara adat budaya atau ritual. Musik tradisional di Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara-upacara kelahiran, kematian, perkawinan serta keagamaan dan kenegaraan. Pada beberapa daerah, bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau alat tertentu dipercaya mempunyai kekuatan magis. Oleh sebab itu, instrumen seperti itu digunakan sebagai sarana kegiatan adat istiadat masyarakat.

Selain sebagai sarana upacara adat budaya, musik tradisional juga memiliki fungsi sebagai pengiring tarian, sarana hiburan, sarana komunikasi, sarana ekspresi diri, dan sarana ekonomi. Salah satu musik tradisional yang berkaitan erat dengan ini adalah Gambang Kromong yang merupakan khas Betawi.

Infografik SC Ciri Ciri Musik Tradisional

Infografik SC Ciri Ciri Musik Tradisional. tirto.id/Fuad

Gambang Kromong dan Fungsinya dalam Masyarakat Betawi

Gambang Kromong merupakan musik tradisional khas Betawi. Menurut Muhadjir dalam Peta Seni Budaya Betawi (1986), musik Gambang Kromong sudah dikenal pada tahun 1880, saat Bek Teng Tjoe (seorang kepala kampung atau wilayah pada saat itu) menyajikan musik tersebut untuk penyambutan para tamunya.

Ensambel musik ini berkembang di kalangan masyarakat Cina Benteng (sebutan untuk “Cina pribumi”), sebagai perjamuan untuk menyambut tamu. Sesuai dengan namanya, kesenian Gambang Kromong menggunakan dua buah alat musik utama, berupa gambang dan seperangkat kromong. Keduanya selalu disertai oleh instrumen atau alat musik lain sebagai pelengkap, yaitu: su-kong, teh-hian, kong-a-hian, bangsing (seruling), gong, gendang, kecrek (pan), dan ningnong (sio-lo).

Lance Castle, dalam tulisannya di Majalah Indonesia I (1967) yang dikutip Sukotjo mengatakan, sebagai sebuah musik tradisional, Gambang Kromong berfungsi sebagai penyemarak ritual untuk acara perkawinan, sunatan, kaul/nazar, dan lain-lain, yang masih berhubungan dengan acara-acara kebudayaan dalam masyarakat Betawi.

Misalnya, dalam perkawinan untuk orang Cina Benteng, biasanya dimeriahkan dengan musik Gambang Kromong. Pelaksanaan perkawinan dalam masyarakat Cina Benteng menurut kepercayaan setempat sangat baik apabila dilaksanakan pada bulan keenam dari hitungan tahun baru Cina.

Pesta perkawinan dapat diadakan di rumah kawin atau di rumah mempelai putra/putri selama dua hari dua malam. Lagu-lagu yang disajikan dalam acara itu terdiri dari jenis instrumentalia dan lagu bersyair yang dimeriahkan dengan cokek (menari/tarian). Penyajian dari musik Gambang Kromong ditujukan untuk menghibur para tamu yang hadir.

Ada juga upacara seijit (ulang tahun) yang dilakukan di Topekong (kelenteng), di mana musik Gambang Kromong dipergunakan untuk memeriahkan acara tersebut. Seijit Topekong (ulang tahun kelenteng) merupakan acara untuk memperingati berdirinya sebuah Topekong (kelenteng)..

Selain itu, permainan musik Gambang Kromong juga dapat dipergunakan untuk mengiringi teater Lenong. Bahkan, iringan Gambang Kromong dalam Lenong dapat menghidupkan karakter tersendiri dalam seni teater tersebut.

Suasana pertunjukan teater ini dihidupkan dengan tabuhan spontanitas yang ditabuh oleh pemainnya. Lagu-lagu yang dibawakan dalam pertunjukan tersebut banyak melantunkan lagu-lagu tradisional Betawi, sehingga dapat menunjang suasana pada suatu adegan dengan melalui ilustrasi musik tersebut.

Baca juga artikel terkait MUSIK TRADISIONAL atau tulisan lainnya dari Ahmad Efendi

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ahmad Efendi
Penulis: Ahmad Efendi
Editor: Alexander Haryanto