Menuju konten utama

Freakout Berikan Pembelajaran Cerdas Menjadi Perempuan

Freakout memberikan pembelajaran jika perempuan juga bisa berkarir di lingkungan yang selama ini dianggap hanya bisa dilakukan oleh laki-laki.

Freakout Berikan Pembelajaran Cerdas Menjadi Perempuan
Poster HangOut With FreakOut

tirto.id - Menjadi perempuan masa kini dituntut untuk bisa melakukan berbagai hal dalam sekali waktu untuk bisa terus berkarya dalam pekerjaan, sekaligus mengasuh anak-anak. Banyak yang memutuskan berhenti bekerja dan memilih mengurus keluarga. Hal ini terlihat dari laporan MSCI ESG Research pada November 2015, trend perempuan yang menempati posisi puncak secara global hanya sekitar 15 persen. Menurut Bank Dunia, pada tahun 2015 mengatakan, hanya 28 persen perempuan menempati posisi manajer puncak dalam suatu perusahaan. Dan hanya 11 persen manajer perempuan dan eksekutif senior di perbankan menurut institute of leadership and management pada tahun 2012.

Data tersebut disampaikan oleh Kepala Analisis Bisnis dan pelanggan DBS Bank, Mireille Makmur pada acara Hangout with Freakout X DBS Bank dengan tema “Feminism in digital marketing ecosystem”. Acara tersebut sekaligus untuk memperingati hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April lalu. Tak hanya menghadirkan Mireille Makmur, acara tersebut sekaligus menghadirkan perempuan teladan lainnya yakni CEO ZenithOptimedia Ernita ariestanty dan mantan editor Hipwee yang kini menjadi CEO Bombastis.com, Nendra Rengganis.

Mireille Makmur sebagai pembicara pertama, menceritakan bagaimana ia dalam berkarier. Ia memaparkan bagaimana ia menyiapkan Bank Digital, sebuah konsep perbankan yang bisa diakses dimanapun dan kapanpun. Dalam upayanya tersebut, ia menjelaskan pendekatan berbasis data sangat penting untuk bisa mengetahui kebutuhan konsumen. Dia mencontohkan, setiap orang yang akan melakukan transfer uang melalui ATM, pasti selalu mencetak bukti yang kemudian dikirimkan melalui whatsapp. Hal tersebut hampir dilakukan oleh semua orang dan merupakan bukti nyata. Karenanya, kemudian akan diciptakan system yang bisa mengirim bukti langsung melalui email.

Selain data yang dia dapat dari BPS dan data lainnya, ia juga melakukan komunikasi langsung dengan konsumen sebagai upaya melakukan pendekatan dengan konsumen. Dari data yang ada, kemudian dianalisis motivasi, perilaku dan bagaimana tipografinya. Hal tersebut dilakukan untuk mendesain system dan memberikan solusi dalam setiap permasalahan dengan menggunakan kacamata konsumen.

“Jadi kita berusaha mengumpulkan data. Data-data dipakai tidak cuma dari internal, kita melihat data dari luar, salah satunya kita gunakan dari BPS, hasil sensus, lingkungan sekitar bagaimana hospital di mana. Kita memakai data untuk mengenali klien kita lebih dekat,” ungkap dia di DBS Tower, Kuningan Jakarta Selatan, Jum’at (28/4/2017).

Lain cerita dengan CEO ZenithOptimedia, Ernita Ariestanty yang menjadi pembicara kedua. Untuk mencapai puncak kariernya, ia selalu berupaya untuk selalu menyediakan telinga. Baginya, lingkungan adalah segalanya. Sebagai perempuan karier sekaligus kepala keluarga, ia dituntut untuk bisa melakukan berbagai hal yang kompleks di antara pekerjaan dan membagi waktu untuk keluarga.

“Saya sangat suka mendengarkan, meski tidak selalu solve solution, setidaknya kita bisa belajar. Pada saat kita hanya berbicara, kita gak dapat ilmu. Saya sangat menyukai lisening. Sangat suka mendengarkan orang yang bercerita. Saya sangat senang mendedikasikan telinga untuk orang lain sehingga saya bisa belajar,” ungkap dia saat menjadi pembicara di acara yang sama, Jum’at (28/4/2017).

Ia pun membocorkan delapan karakter untuk meraih sukses seperti yang ia lakukan. Pertama, tentang kemauan kuat untuk bisa menggapai sesuatu yang diinginkan. Jika sudah memiliki target, otak kemudian akan bekerja keras untuk mencari cara bagaimana bisa mencapai target. Kedua, komitmen. Kalau ingin mendapatkan minyak dan air, kata dia, jangan menggali banyak lubang, tetapi dalami satu lubang karena air hanya bisa muncul lewat kedalaman.

Passion, dan mengetahui kekurangan dan kelebihan diri sendiri adalah salah satu cara lainnya. Menjaga lingkungan dan memaknainya sebagai segalanya, juga diperlukan. Kemudian, menerima perubahan zaman, dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang kita lakukan juga menjadi dua hal yang perlu diingat.

“Keputusan kita untuk apapun kita harus hadapi tidak hanya baiknya tapi juga buruknya. Never blame other people. Itu sudah sesuatu yang harus kita hadapi,” ungkap dia yang biasa disapa Bunda.

Sedangkan pembicara terakhir yakni editor Hipwee yang kini menjadi Ceo Bombastis.com, Nendra Rengganis atau yang biasa disapa Monic, menceritakan kesuksesannya dalam membangun Hipwee, dan kemudian ia beralih dan kembali membangun media lainnya yakni Bombastis.com. Kendati usia masih belia, yakni 27 tahun, ia tergolong sukses dalam membangun media. Menurut dia, kunci kesuksesan ada pada manajerial manusianya.

“Sekeren apapun medianya, kalau menejerial manusianya gagal, maka kelarlah sudah. Tim saya bisa disuruh apa saja kalau kita pendekatannya benar dan trheatnya bener ” ucap dia di lokasi yang sama.

Sebagai penulis, ia dituntut untuk melakukan berbagai hal sehingga ia pun harus pandai mengatur waktu untuk bisa melakukan beberapa hal dalam satu waktu. Selain itu menurutnya, mengatur tim dan menemukan orang yang tepat untuk bekerjasama adalah yang terpenting. Dan sebagai perempuan muda, bagi dia wajib untuk memiliki komitmen yang tinggi. Meski sukses di media sebelumnya, Hipwee, ia enggan untuk berada di zona nyaman. Ia berpikir bahwa ada pasar lain yang belum terjamah, kaum milenial yang hanya lulusan SMA misalnya.

“Jadi kan selama ini media besar yang berusaha menyasar kelas menengah ke bawah di Indonesia, mereka kebanyakan menyajikan content yang terlalu simple kaya kebanyakan gambar terus sex and crime, padahal emang bener sukanya itu doing? akhirnya, kita memutuskan mengambil konten lain dengan Bombastis.com dengan menjadi penyedia konten yang positive dengan orang-orang ini,” jelasnya.

Para pembicara maupun peserta sangat mengapresiasi acara tersebut. Mireille dan Monic misalnya, mereka mengaku acara tersebut sangat menarik dan membuat mereka bersemangat untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman. Terutama, karena acara tersebut mengusung tema perempuan. Karena, bagi mereka, tema tersebut sangat inspiratif dan menunjukkan bahwa perempuan juga bisa berkarir di lingkungan yang selama ini dianggap hanya bisa dilakukan oleh laki-laki.

Baca juga artikel terkait HARI KARTINI atau tulisan lainnya dari Chusnul Chotimah

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Chusnul Chotimah
Penulis: Chusnul Chotimah
Editor: Yantina Debora