tirto.id -
“Selama tiga hari (10-12 November 2016) pengunjung festival akan disuguhi film-film terpilih yang mengangkat persoalan etnisitas, ras, seksualitas, tanah dan tapal batas yang merentang dari Indonesia hingga Suriah. Ini karena sinema senantiasa mampu menyalakan pijar perdamaian serta menyentuh sensibilitas kemanusiaan kita lewat kekuatan audio visualnya”, ujar Budi Irawanto selaku kurator Forum Film FISIPOL dalam per rilis yang diterima tirto.id, Kamis (10/11/2016).
Bagaimanapun, menurut Budi film dipengaruhi oleh situasi sosial politik dan persepsi pembuatnya terhadap dunia. Melalui acara ini, kami mengajak penonton untuk menilik isu-isu sosial politik yang ada di masyarakat dan membudayakan dialog untuk mendalami isu-isu tersebut.
Dr. Erwan Agus Purwanto selaku Dekan FISIPOL UGM dalam sambutannya mengatakan, “FFF adalah kombinasi antara ekspresi seni dan intelektual. Sebuah ajang yang menjadi penanda kemajuan kehidupan masyarakat epistemik yang memiliki kepedulian tinggi, maju, dan demokratis.”
FFF akan diselenggarakan pada 10-12 November 2016 dengan dua sesi pemutaran dan diskusi pada tiap harinya. Sesi pertama dilaksanakan di sisi utara Yogyakarta, yaitu FISIPOL UGM. Sementara di sisi selatan, acara berlangsung di Ruang Serbaguna di lantai dua Kedai Kebun, Tirtodipuran. Pemutaran film dan diskusi ini menghadirkan pembicara dari kalangan akademisi, LSM terkait, dan sineas. Nama-nama yang sudah tidak asing dalam bidang perfilman, termasuk Garin Nugroho dan Tonny Trimarsanto.
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh