tirto.id - Penampilan Stevo terlihat tak terurus. Pria paruh baya asal Amerika Serikat ini sehari-harinya menutupi perut buncitnya dengan kaus lusuh kedodoran yang dipadukan dengan celana kumal selutut.
Ia boleh jadi merasa tidak perlu menyisir rambutnya yang telah beruban lantaran rutinitas utamanya ialah bersih-bersih rumah dan melakukan segala perintah yang keluar dari mulut Mixtrix, kekasih sekaligus ‘tuannya’.
“Pada dasarnya, dia budakku,” kata Mixtrix, dalam tayangan dokumenter Vice yang bertajuk Cash Slaves: Inside the Dystopian Fetish of Financial Domination (2015).
Kata-kata itu disusul dengan gambar yang menunjukkan Stevo berlutut dan memasukkan sedotan dari gelas jus ke mulut Mixtrix yang tengah duduk serius menghadap layar komputer.
Relasi dua orang ini dibangun dari dunia maya. Mixtrix adalah financial dominatrix alias findom—orang yang pekerjaannya menguras kantong para pria yang mereka sebut slave atau budak.
Sebelum transaksi terjadi, findom dan budak akan membuat perjanjian kerja yang mewajibkan budak mengabulkan segala permintaan findom tanpa mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun.
Biasanya, sang findom akan meminta uang sejumlah ratusan hingga puluhan ribu dolar dalam sekali perbincangan. Bila bosan dengan uang, findom akan meminta benda-benda mewah seperti bitcoin. Komunikasi dan transaksi rata-rata dilakukan secara virtual melalui situs penyedia jasa findom.
Sebelum bertatap muka dengan Mixtrix, kehidupan Stevo adalah khas kepala rumah tangga laki-laki pada umumnya. Bila tidak bersama Mixtrix, ia jadi orang yang bertanggungjawab memberikan perintah dan mengendalikan hal-hal terkait pekerjaan dan kehidupan rumah tangga. Posisinya terbalik 180 derajat ketika sedang bersama Mixtrix.
“Aku merasa bisa jadi pribadi apa adanya. Mixtrix menerimaku,” kata pria yang telah menguras koceknya untuk Mixtrix.
“Sebetulnya cerita pria berkuasa yang menyerahkan diri ke perempuan adalah hal lumrah. Sepanjang hari, mereka wajib mengontrol segala sesuatu. Melepas kontrol finansial ibaratnya jadi kekuatan yang sebenarnya,” katafindom bernama Theodora.
Kini financial dominatrix jadi salah satu bentuk fetisisme seksual yang belakangan lumrah di dunia Barat. Menurut penelusuran BBC, istilah findom muncul pada 2009 di San Francisco, tempat di mana budaya BDSM dirayakan sejak dekade 1970-an. Jenis fetish ini tidak melibatkan hubungan seks atau sentuhan dari para pelaku.
Istilah findom awalnya adalah tagar di Twitter. Dalam kurun waktu setahun, findom telah di-tweet sebanyak 160 kali. Pada 2017, tagar masuk ke dalam cuitan warganet sebanyak lebih dari 10 juta kali.
Perkembangan penggunaan tagar berjalan seiring dengan maraknya profesi sebagai findom. Sampai saat ini belum ada data resmi tentang jumlah findom. Berbagai pemberitaan tentang financial domination hanya menyatakan bahwa findom telah dilakoni ratusan perempuan dan jadi profesi yang diminati karena dianggap bisa mendatangkan uang banyak dengan singkat dan mudah.
Maitresse Madeline, seorang dedengkot findom di San Francisco, pernah menerima $42.000 dari pria yang mengharap bisa memandang wajahnya dari sebuah tayangan video. Setelah mentransfer uang tersebut, si pria malah tidak meminta Madeline mengirim video.
“Di ranah fetisisme, ini bukan hal yang mengagetkan,” kata Madeline
Rekan Madeline yang juga berprofesi sebagai findom pernah mendapat klien yang memberinya uang $42 dolar setiap 30 detik dan hal tersebut dilakukan selama berjam-jam. Semakin banyak penghinaan yang dilontarkan dari mulut sang findom, semakin banyak uang yang bisa ia dapatkan.
Kisah lain datang dari Mistress Harley. Washington Post mengabarkan salah seorang klien Harley memutuskan untuk menyewa jasanya selama 10 tahun. Isi kontraknya, sang klien memberi uang $15.000 per bulan plus hadiah lain sesuai keinginan Harley. Bila klien meminta bicara via telepon, ia menetapkan tarif $5 per menit.
Findom lain, Bratty Nikki, memilih membuat video berdurasi 10 menit yang isinya hinaan kepada para penonton. Ia memberi judul tayangan dengan kata-kata seperti "Laki-laki sampah" dan “Cuma untuk pecundang goblok" serta menjualnya dengan tarif $10-$100 per video.
Ia juga membuat situs fetish yang menampilkan berbagai video dari para findom seantero jagat. Satu klien bisa menghabiskan $1,6 juta selama setahun mengakses situs tersebut. Satu findom bisa mendapat uang $121.000 per hari.
“Ini panggilanku,” kata Nikki yang sempat menargetkan $50 juta sebagai keuntungan bagi situsnya.
Terapis keuangan Debra Kaplan menganggap bahwa bagi para pria, financial domination ialah sebentuk rekreasi dari pekerjaan berat.
Psikiater asal Inggris Martin Bagley menganggap fetish financial domination muncul sebagai salah satu bentuk distraksi dari orang yang memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang berat.
"Fetish bisa muncul ketika seseorang beranjak dewasa dan mulai mengeksplorasi aktivitas seksualnya. Ada kalanya benda-benda tertentu mampu menggugah hasrat seksual seseorang. Biasanya hal ini yang akan jadi fetish. Misal, orang yang pernah punya ketertarikan terhadap stoking bisa saja menjadikan benda tersebut sebagai objek fetish di kemudian hari," katanya sebagaimana dikutip BBC.
Paparan Psychology Today menyebut gangguan fetish perlu ditangani secara khusus apabila si penderita tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari dengan normal.
Financial domination berbeda karena sengaja dipelihara.
Para findom memelihara ketergantungan klien dengan cara ‘menghukum’ mereka. findom Sara Bakeman akan terus meminta klien mentransfer sejumlah uang dan membujuk si klien dengan cara mempermalukan mereka misalnya dengan mengetik kata-kata di akun Twitter klien yang isinya pertanyaan soal hukuman apa yang pantas didapat.
“Klienku selalu bilang ‘kamu bikin aku terkagum-kagum’” kata Sarah sebagaimana dikutip Queensland Times. Sang klien memberinya kuasa untuk mengakses berbagai hal pribadi seperti rekening bank.
“Yang mereka butuhkan cuma orang lain yang bisa mengontrol mereka,” lanjut Sarah yang berprofesi sebagai pekerja seks sejak usia 18.
Sementara para klien hanya bisa merespons hal tersebut dengan kalimat seperti “Kamu yang terbaik, mistress”.
“Ini bukan hal yang bisa dihentikan. Apa mungkin kamu berhenti mendengar musik yang kamu suka?” kata seorang pemuja findom kepada Vice.
Editor: Windu Jusuf