Menuju konten utama

Final Piala Asia: Langkah Pertama Timnas Qatar ke Piala Dunia 2022

Timnas Qatar membuat kejutan dengan lolos ke final Piala Asia. Namun ini bukan tujuan tertinggi karena mereka punya ambisi lebih besar: bicara banyak di Piala Dunia 2022.

Final Piala Asia: Langkah Pertama Timnas Qatar ke Piala Dunia 2022
Timnas Qatar di piala Asia. Instagram/afcasiancup

tirto.id - Tak ada yang menganggap serius Xavi Hernandez ketika dia memprediksi Qatar akan menghadapi Jepang di final Piala Asia 2019. Pernyataan eks penggawa Barcelona pada program televisi 31 Desember itu dinilai hanya melempar pujian--dan tentu saja subjektif--karena itu negara tempatnya meniti karier saat ini.

Di luar dugaan, tebakan Xavi benar. Qatar akan benar-benar menantang Jepang setelah sukses membungkam Uni Emirat Arab (UAE) empat gol tanpa balas dalam semifinal, Selasa (29/1/2019) malam.

Almoez Ali dan kawan-kawan juga mampu membuat kejutan terus-menerus sejak awal turnamen. Lihat saja, negara-negara unggulan yang pernah menjuarai turnamen ini dikalahkan satu per satu: mulai dari Arab Saudi, Irak, hingga Korea Selatan.

Keberhasilan itu membuat skuat asuhan Felix Sanchez jadi sorotan dunia. Soalnya, sepanjang sejarah turnamen, Qatar adalah negara terkecil yang timnasnya mampu menembus final. Luas wilayah mereka kurang lebih 11.571 kilometer persegi. Luas Indonesia 164 kali lipat lebih besar.

Selain karena luas wilayah yang tak seberapa, prestasi Qatar juga sebetulnya pas-pasan. Sebelum ini, pencapaian tertinggi mereka di Piala Asia cuma sampai babak perempat final, tepatnya tahun 2000 dan 2011. Dalam edisi terakhir 2015 lalu, Qatar bahkan tersingkir pada fase grup.

Skuat yang Dalam

Qatar kerap berjumpa lawan-lawan tangguh, dan itu sama sekali tak membuat mereka jadi tim dengan statistik buruk. Qatar justru jadi tim paling produktif dengan catatan 16 gol. Tak cuma itu, mereka juga satu-satunya tim yang belum sekali pun kebobolan.

"Mereka [para pemain] sangat fokus dengan tantangan yang ada dan situasi sekitar. Jadi saya rasa mereka bekerja sangat baik sebagai tim. Dalam enam pertandingan, kami tak kemasukan gol. Ini sangat penting sebagai salah satu kunci kenapa kami bisa lolos ke final," kata pelatih Felix Sanchez dalam konferensi pers setelah pertandingan lawan UAE.

Rapor ini tidak bisa dipisahkan dari kedalaman skuat yang dimiliki Qatar, dalam arti kualitas antara pemain inti dan cadangan tak begitu beda jauh. Dalam semifinal kontra UAE misal, mereka sebenarnya tidak dapat memainkan bek andalan Bassam Al-Rawi yang terkena akumulasi kartu kuning. Begitu pula dengan sosok Abdelaziz Hatem, pemain penting yang mencetak gol tunggal Qatar dalam perempat final lawan Korea Selatan.

Namun faktor absennya Al-Rawi seperti tak terlihat. Boualem Khoukhi yang diplot untuk menggantikan posisi pemain bernomor punggung 15 itu tampil bersinar. Ia bahkan mencetak gol pembuka yang jadi kunci kemenangan atas UAE. Sementara untuk posisi Hatem, Karim Boudiaf yang jadi pengganti pun tampil memuaskan. Ia turut andil menyumbang assist untuk gol terakhir Qatar yang dicetak Hamid Ismael.

Kedalaman skuat Qatar juga memungkinkan pelatih Felix Sanchez melakukan banyak pendekatan berbeda. Sepanjang enam pertandingan, empat formasi berbeda pernah ia terapkan.

Saat menghadapi klub-klub yang di atas kertas materi pemainnya lebih lemah, Qatar cenderung mengandalkan skema 4-2-3-1 atau 4-3-3. Skema tiga bek (3-5-2) pernah jadi senjata saat menghadapi Arab Saudi. Sementara metode lima bek dengan skema 5-3-2 pun tak luput mereka pakai sewaktu menjungkalkan Korea Selatan pada babak perempat final.

Proyek ke Piala Dunia 2022

Selain kedalaman skuat, kemampuan individu para pemain pun menonjol. Buktinya, saat ini daftar top skor Piala Asia 2019 dipuncaki oleh penyerang mereka, Almoez Ali. Ia total mengemas tujuh gol dalam lima laga, atau punya rasio 1,4 gol setiap pertandingan. Ini membuat Ali bahkan unggul jauh dari top skor kedua turnamen, Sardar Azmoun (Iran) yang baru mengemas empat gol meski sudah enam kali main.

Satu pemain Qatar lain yang tak bisa lepas dari sorotan adalah Akram Afif. Penyerang yang juga rekan setim Xavi Hernandez di klub lokal, Al Sadd, tampil menonjol hampir di setiap laga. Ia bahkan mampu jadi pencatat assist terbanyak turnamen. Total Afif mengemas lima assist dalam lima pertandingan.

Menonjolnya Almoez Ali dan Akram Afif sebenarnya jadi sinyal bahwa skuat Qatar di Piala Asia kali ini merupakan tim jangka panjang yang diproyeksikan untuk membuat kejutan di Piala Dunia 2022--Qatar jadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Disebut proyek jangka panjang karena rataan usia pemain mereka pada Piala Asia 2019 cuma 24,87 tahun.

Diharapkan, skuat yang tampil apik di turnamen kali ini mampu konsisten hingga tiga tahun mendatang.

"Para pemain yang bermain di AFC U-19 beberapa tahun lalu saat ini jadi pemain utama [tim senior] dan ini--menurut saya--merupakan kumpulan pemain yang sangat bertalenta serta punya kualitas untuk berkompetisi di Asia. Dan tentu kami ingin berada di sini [Piala Asia] untuk berkompetisi dengan semuanya," kata Felix seperti diwartakan Fox Sport Asia.

Felix sendiri bukan pelatih sembarangan. Ia pernah punya pengalaman melatih di akademi Barcelona, sebelum memutuskan pindah ke Qatar pada 2006. Selain modal pengetahuan, ia juga tahu perkembangan sepakbola Qatar secara menyeluruh, lantaran pernah melatih Timnas Qatar U-19, U-20, hingga U-23.

Sebelum dimulainya Piala Asia 2019, Felix sebenarnya cuma diberi target membawa Qatar memecahkan rekor internal dengan menembus semifinal. Namun karena sudah kepalang basah, pria 43 tahun itu berjanji bakal mengajak para pemain tampil habis-habisan dalam pertandingan puncak.

"Sekali mencapai babak ini, maka Anda tentu akan ingin memenangkan turnamen dan para pemain kami sudah menunjukkan kapasitas mereka," katanya.

Final Piala Asia antara Qatar vs Jepang diselenggarakan di Stadion Syekh Zayed, UAE, Jumat (1/2/2019). Jika tak ada perubahan kickoff akan dimulai pukul 21.00 WIB.

Baca juga artikel terkait PIALA ASIA 2019 atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Reporter: Herdanang Ahmad Fauzan
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Rio Apinino