Menuju konten utama

Film Before the Flood Akan Tayang November 2016

Film dokumenter berjudul “Before the Flood” akan tayang perdana November 2016 ini akan disiarkan secara global dalam 45 bahasa di 171 negara melalui kanal National Geographic pada 30 Oktober 2016, atau lebih awal dari pemilu AS.

Film Before the Flood Akan Tayang November 2016
Poster Before the flood. [foto/t1.gstatic.com]

tirto.id - Film dokumenter berjudul “Before the Flood” akan tayang perdana November 2016 ini akan disiarkan secara global dalam 45 bahasa di 171 negara melalui kanal National Geographic pada 30 Oktober 2016, atau lebih awal dari pemilu AS.

Film “Before the Flood” merupakan film yang menceritakan tentang kerusakan hutan, termasuk Ekosistem Leuser di Aceh, yang ikut berperan terhadap perubahan iklim. Di dalam film ditunjukkan, tingkat pembukaan hutan yang sangat tinggi telah memperburuk masalah perubahan iklim.

"Film penting ini menarik banyak perhatian yang diperlukan terhadap kehancuran hutan karena kelapa sawit, yang menjadi pendorong terbesar perubahan iklim. Kita harus lebih agresif mengatasi krisis deforestasi di daerah-daerah seperti Ekosistem Leuser Indonesia," kata Direktur Eksekutif Rainforest Action Network Lindsey Allen dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, seperti dikutip dari kantor berita Antara, Senin (24/10/2016).

Allen menerangkan kelapa sawit terdapat pada setengah dari seluruh produk kemasan di toko. Ia menyatakan perubahan kini tergantung pada keinginan masyarakat untuk menuntut merek global besar seperti PepsiCo agar melakukan hal benar dengan memutus hubungan produk mereka dengan kerusakan hutan tropis.

Indonesia, menurut Allen, saat ini menjadi salah satu emiter karbon terbesar dunia, deforestasi besar-besaran di wilayah ini menjadi penyebab utamanya.

"Before the Flood" mulai difilmkan pada akhir 2015, salah satunya menggambarkan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia yang menghasilkan polusi karbon lebih tinggi dari jumlah karbon yang dihasilkan oleh rata-rata seluruh aktivitas ekonomi di Amerika Serikat (AS) per hari.

Film ini juga menggambarkan perjalanan DiCaprio di lepas pantai Kutub Utara berpenghasil minyak, di kantor pusat PBB, di Vatikan hingga Gedung Putih.

Kehadiran DiCaprio di Ekosistem Leuser pun sempat menjadi perbincangan masyarakat global karena Ditjen Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM sempat akan melakukan deportasi kepada aktor yang baru saja menggondol Oscar di 2016 sebagai pemeran utama di film "The Revenant" itu.

Pembuatan film dimulai ketika DiCaprio bertemu dengan Allen pada Konferensi Perubahan Iklim Paris tahun 2015 (COP21). Di pertemuan itu, keduanya berdiskusi mengenai situasi rawan yang dihadapi oleh Ekosistem Leuser dan keterkaitan penting antara deforestasi dan emisi karbon global.

Dari pertemuan tersebut, Fisher Stevens yang juga merupakan peraih Oscar 2010 terpilih menjadi sutradara karya yang mendokumentasikan kunjungan DiCaprio ke kawasan Ekosistem Leuser di Aceh ini.

Yayasan Leonardo DiCaprio kemudian berkomitmen selama tiga tahun menjadi penyandang dana utama dalam membantu upaya lokal dan internasional menyelamatkan Ekosistem Leuser di Aceh.

Baca juga artikel terkait LEONARDO DICAPRIO atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Film
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh