Menuju konten utama

Fernandinho adalah Versi Komplet Pep Guardiola

Peran Fernandinho sangat vital bagi Manchester City. Dianggap lebih hebat dari Guardiola muda.

Fernandinho adalah Versi Komplet Pep Guardiola
Fernandinho menghadiri sesi latihan jelang pertandingan Grup F Liga Champions antara Manchester City dan FC Shakhtar Donetsk di Kharkiv, Ukraina, Senin, 22 Oktober 2018. AP PHOTO / Efrem Lukatsky

tirto.id - Manchester City mengalahkan Liverpool 2-1 di Stadion Etihad, Jumat (4/1/2019). Sergio Aguero mencetak gol pembuka, Roberto Firmino menyamakan kedudukan, dan gol Leroy Sane akhirnya bisa membikin oksigen masuk ke dalam paru-paru penggemar City dengan lancar. Namun, pertandingan itu jelas menjadi milik Fernandinho.

Phil McNulty, penulis BBC yang berada di Etihad, menuliskan pendapatnya: “Untuk semua rangkaian kekayaan berkilauan yang dikumpulkan City, Fernandinho adalah perekat yang menyatukan semua bagian.”

Menurut McNulty, Fernandinho menunjukkan kelasnya dalam pertandingan itu. Pengaruhnya begitu kentara di sepanjang pertandingan sehingga, kata McNulty lagi, “ia tampak mempunyai tubuh ganda yang beroperasi di setiap jengkal lapangan.”

Fernandinho menyentuh bola sebanyak 72 kali, mengumpan 54 kali, melakukan tekel 4 kali, melakukan 1 kali intercept, dan mencatatkan 9 kali recoveries. Secara kasat mata, statistik itu tentu mampu menjelaskan bahwa pendapat McNulty tak asal-asalan: Fernandinho memang terlihat sibuk.

Dalam pertandingan itu, Fernandinho tidak sekadar mengumpan: 34 dari 52 umpannya mengarah ke daerah pertahanan Liverpool. Ia selalu bisa memilih opsi yang tepat untuk mengawali serangan berbahaya. Setidaknya, Daniel Zaqiri, analis sepakbola Telegraph, mampu menjelaskannya dengan baik.

“Fernandinho telah menjadi pengumpan yang sangat progresif di bawah Guardiola [...] Ia mampu berpikir cepat dan berhasil memberikan umpan yang mengarah ke belakang pertahanan Liverpool, ke arah Raheem Sterling. Di sinilah latihan posisi dogmatis ala Guardiola muncul, memberikan gambaran di mana posisi rekan satu timnya berada sehingga mereka mampu memberikan solusi saat berada di bawah tekanan. Sterling lalu mendapatkan kesempatan dan mengumpan ke arah David Silva, menghasilkan peluang pertama City di pertandingan itu,” tulis Zakiri.

Lantas, apa arti dari 4 kali tekel, 1 kali intercept, dan 9 kali recoveries Fernandinho dalam pertandingan tersebut? Angka-angka itu mempunyai dua penjelasan. Pertama, itu adalah bukti bahwa Fernandinho berhasil membuat serangan balik Liverpool melempem, juga menjadi alasan utama mengapa City dominan dalam second ball. Kedua, itu bisa menjadi bukti nyata dari ucapan Pep Guardiola pada Desember 2017.

Waktu itu, ketika City sedang melaju kencang untuk merebut gelar Premier League musim 2017-2018, Guardiola mengakui bahwa Fernandindo adalah pemain yang “jauh, jauh lebih bagus” dari dirinya saat masih aktif bermain.

Cerdas, Gesit, Tangguh

Setelah Fernandinho resmi menjadi pemain anyar Manchester City pada 2013, Oliver Pickup, penulis FourFourTwo, mempunyai pertanyaan menarik untuk gelandang "berparu-paru empat" asal Brasil tersebut: “Bagaimana kamu menggambarkan dirimu sebagai pemain?”

Fernandinho lantas menjawab berdasarkan poin-poin yang menurutnya paling bagus, “Saya berusaha tak membuat umpan-umpan yang paling kecil kemungkinannya untuk berhasil dan [ingin] menjadi mesin tim, menghubungkan lini pertahanan dengan lini serang. Saya punya mimpi untuk mengakhiri laga tanpa melakukan kesalahan umpan sama sekali.”

Mundur jauh ke belakang, Pep Guardiola remaja juga mempunyai mimpi yang sama dengan pemain yang didatangkan City dari Shakhtar Donetsk itu.

Menurut Guillem Balague, penulis biografi Guardiola, Pep Guardiola: Another Way of Winning (2012), Guardiola muda tidak mempunyai tubuh yang cocok untuk menjadi pesepakbola. Ia kurus dan fisiknya jauh dari kesan atletis. Selain itu, Guardiola juga tidak mempunyai kecepatan. Menyoal pergerakannya yang kurang gesit, dalam pertandingan debutnya bersama tim utama Barcelona pada Mei 1989, Guardiola bahkan pernah kena semprot Johan Cruyff, pelatih legendaris Barcelona.

“Kau bahkan lebih lambat daripada nenekku!” bentak Cryuff kepada Guardiola saat turun minum.

Dari situ, Guardiola kemudian mencoba mengatasi kelemahan fisiknya dengan kecerdasan yang ia miliki. Saat anak seusianya senang berlatih dribel, Guardiola justru belajar bagaimana cara mengumpan bola. Hasilnya ternyata mujarab. Seiring berjalannya waktu, berkat didikan Cruyff yang menyuruhnya untuk melatih kedua kakinya dalam mengumpan, Guardiola pun berhasil menjadi pengumpan yang nyaris tiada duanya.

“Ia mempunyai kapasitas untuk melewati tiga orang pemain dengan satu operan, memperkecil dan memperlebar lapangan sesuka hati, sehingga bola mampu menempuh jarak lebih jauh dari para pemain,” tulis Bellague.

Kemampuan Pep dalam mengumpan itu lantas menjadi salah satu jalan bagi Barcelona untuk meraih sukses. Hingga ia pamit dari Barcelona pada 2001, selama 11 musim berada di tim utama, ia berhasil mempersembahkan 16 gelar untuk Barcelona. Beberapa di antaranya bukan gelar sembarangan: 6 gelar liga dan 1 gelar Piala Champions Eropa.

Yang menarik, saat mulai menjadi pelatih, untuk menjadi jaminan lancarnya taktik dan trofi yang diinginkannya, Guardiola terbiasa mengandalkan gelandang bertahan dengan kemampuan yang menyerupai dirinya: cerdas dan pintar mengumpan. Di Barcelona ia memiliki Sergio Busquets, di Bayern Xabi Alonso, dan di Manchester City ia mengandalkan Fernandinho.

Namun, dari pemain-pemain tengah tersebut, karakter bermain Fernandinho tentu yang paling melenceng dari Guardiola. Meski cerdas dan pintar mengumpan, pemain asal Brasil tersebut memiliki kualitas yang tidak dimiliki Busquets, Alonso, juga Guardiola dulu: ia tak takut berbuat “kotor”. Menurut pers Inggris, Fernandinho adalah “master of the dark arts”.

Saat tidak menguasai bola, Fernandinho adalah pemain yang kelewat agresif. Menurut statistik di Premier League, sejak bermain di tahun 2013 Fernandinho sudah melakukan 284 pelanggaran, mendapatkan 36 kartu kuning, dan 2 kartu merah. Meski begitu, terutama pada era Guardiola, pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Fernandinho ternyata lebih banyak untungnya daripada ruginya. Ia seringkali melakukan pelanggaran pada waktu yang tepat dan di posisi yang tepat, membuat City terhindar dari marabahaya yang bisa berdampak lebih buruk.

“Itu adalah tugasku untuk memperbaiki situasi di tengah lapangan, dan kadang-kadang kamu akan berhadapan dengan lawan yang lebih cepat atau pemain yang dapat menipumu dengan kemampuannya dan kadang kamu akan melakukan pelanggaran. Dalam sepakbola, kontak fisik adalah hal normal, terutama di Inggris. Jika lawan berhasil menembus pertahanan kami dan masuk ke dalam kotak penalti, pasti ada yang tidak beres dan itu adalah tugasku untuk memperbaikinya, aku adalah seorang gelandang bertahan,” kata Fernandinho, seperti dilansir Guardian.

Selain melakukan pelanggaran, Fernandinho juga gemar beradu fisik dengan pemain lawan. Sejauh ini, ia salah satu pemain City yang paling gemar melakukan tekel: rata-rata melakukan 2,2 tekel dalam setiap pertandingan. Namun, soal adu fisik, kemampuan Fernandinho paling menarik justru terjadi saat bola melambung di udara. Ia rata-rata memenangi 2,4 duel udara di dalam setiap pertandingan. Di antara pemain-pemain reguler City lainnya, ia hanya kalah dari John Stones.

Hebatnya, fungsi “kotor” Fernandinho bagi City tidak sebatas itu.

Infografik Fernandinho

Infografik Fernandinho

Second Ball adalah Kunci

Sewaktu pertama kali di Inggris, Pep pernah mengeluhkan kultur sepakbola Inggris. Ia mengatakan, “Aku menyadari bahwa apa yang dapat diterapkan di Spanyol dan Jerman ternyata belum tentu bekerja di Inggris. Di negara ini yang paling penting adalah menguasai second ball [setelah terjadi duel]. Itu adalah kunci. Ini tidak pernah terjadi terhadapku sebelumnya, tapi sekarang aku tinggal di sini dan akan beradaptasi.”

Kemampuan berpikir Fernandinho yang secepat gerakannya itu lantas mempermudah Pep dalam mengatasi second ball. Fernandinho lebih gesit daripada yang dipikirkan orang. Saat duel udara terjadi, ia hampir selalu berada di dalam posisi dan waktu yang tepat untuk memenangkan second ball.

Untuk semua kualitas Fernandinho itu, Garth Crooks, analis sepakbola BBC, berani sesumbar bahwa City tak akan memenangi gelar tanpa kehadiran Fernandinho. Setidaknya ia tidak asal bicara: dua dari tiga kekalahan City di Premier League musim ini terjadi saat Fernandinho menepi.

Namun, jika Fernandinho bisa tetap fit hingga akhir musim nanti, City barangkali tidak hanya akan membuat Crooks senang dengan hanya memenangi liga. Anak-anak asuh Pep Guardiola mungkin bisa berbicara lebih jauh lagi: meraih Liga Champions—gelar yang belum pernah direngkuh sepanjang sejarah klub dari pusat kota Manchester itu.

Baca juga artikel terkait LIGA INGGRIS atau tulisan lainnya dari Renalto Setiawan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Renalto Setiawan
Editor: Ivan Aulia Ahsan