Menuju konten utama

7 Fakta Teknologi Nyamuk ber-Wolbachia, Apakah Berbahaya?

Ketahui 7 fakta terbaru soal nyamuk ber-Wolbachia dan apakah benar berbahaya bagi manusia serta update tentang penyebaran nyamuk Wolbachia di Indonesia.

7 Fakta Teknologi Nyamuk ber-Wolbachia, Apakah Berbahaya?
Ilustrasi Nyamuk. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Penyebaran nyamuk ber-Wolbachiaternyata menimbulkan kekhawatiran tersendiri di masyarakat yang menduga bahwa nyamuk ini berbahaya. Lalu, bagaimana fakta yang sesungguhnya?

Nyamuk Wolbachia adalah istilah untuk menyebut nyamukAedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia. Wolbachia sendiri adalah jenis bakteri alami yang terdapat di banyak serangga, tapi tidak terdapat diAedes aegyptisecara alami.

Padahal, dari penelitian yang sudah dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP), Wolbachia diklaim diketahui dapat menghambat replikasi virus dengue yang dibawa oleh Aedes aegypti sehingga risiko penularannya pun akan menurun.

Para ilmuwan akhirnya berusaha memasukkan Wolbachia ke dalam Aedes aegypti dan mengembangbiakkannya dalam jumlah banyak. Nyamukber-Wolbachia ini kemudian akan dilepas ke lingkungan dengan harapan bisa menurunkan penularan DBD ke manusia.

Di Indonesia sendiri, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menggalakkan program penyebaran nyamuk ber-Wolbachia di berbagai wilayah. Sebagai pilot project, penerapan nyamuk ber-Wolbachia untuk menanggulangi demam berdarah dengue (DBD) telah dilakukan di lima kota, yaitu Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang.

Setelah kelima kota tersebut, penyebaran nyamuk ber-Wolbachia akan dimulai di wilayah-wilayah lain di Indonesia, salah satunya di Bali. Akan tetapi, penyebaran nyamuk ber-Wolbachia di Pulau Dewata terpaksa ditunda karena mendapat penolakan dari masyarakat setempat.

Dilansir dari Antara News, Penjabat (Pj) Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya, mengungkapkan bahwa nyamuk ber-Wolbachia masih menjadi perdebatan di Bali. Apalagi saat ini banyak beredar isu-isu negatif mengenai teknologi Wolbachia, salah satunya adalah dugaan bahwa nyamuk Wolbachia akan menjadi penyebab pandemi seperti COVID-19 di 2020 lalu.

Lantaran pro dan kontra inilah pemerintah setempat berharap penyebaran nyamuk Wolbachia ditunda terlebih dahulu. Seiring dengan itu, perlu adanya sosialisasi agar masyarakat benar-benar paham dengan teknologi Wolbachia dan manfaatnya.

Fakta-Fakta Teknologi Nyamuk Wolbachia

Demi menghindari berita yang simpang siur, cek tujuh fakta teknologi nyamuk Wolbachia yang diyakini dapat menanggulangi DBD:

1. Cara Kerja Teknologi Nyamuk Wolbachia

Bakteri Wolbachia disuntikkan ke dalam telur nyamuk Aedes aegyptipenyebab DBD. Dari penelitian yang dilakukan WMP, bakteri Wolbachia diklaim dapat bekerja dengan dua cara dalam menurunkan risiko penularan virus dengue.

Cara pertama adalah bakteri ini dapat meningkatkan sistem kekebalan alami nyamuk sehingga nyamuk tersebut lebih tahan terhadap infeksi virus seperti virus dengue. Ketika nyamuk tidak terinfeksi virus dengue, maka nyamuk ini pun tidak bisa menularkan dengue ke manusia.

Cara kerja Wolbachia yang kedua adalah dengan bersaing melawan virus untuk mendapatkan molekul penting seperti kolesterol. Baik Wolbachia maupun virus membutuhkan kolesterol untuk dapat bertahan hidup di dalam tubuh nyamuk.

Kehadiran Wolbachia di tubuh nyamuk tentunya membuat virus lebih sulit mendapatkan molekul kolesterol sehingga kesulitan bertahan hidup. Jika virus tidak bisa bertahan hidup, maka risiko penularannya ke manusia juga akan lebih kecil.

2. Manfaat Teknologi Nyamuk Wolbachia

Nyamuk yang mengandung Wolbachia diklaim dapat menurunkan risiko penularan penyakit DBD. Hal ini didukung oleh hasil uji coba nyamuk Wolbachia yang dilakukan oleh WMP di Yogyakarta yang bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada dan Yayasan Tahija.

Uji coba tersebut dilakukan pada 2017 dan hasilnya diumumkan pada Agustus 2020. Hasilnya adalah angka kasus penyakit DBD di daerah penyebaran nyamuk Wolbachia diketahui menurun sebanyak 77 persen dan rawat inap karena DBD juga turun hingga 86 persen.

3. Penyebaran Teknologi Nyamuk Wolbachia di Mana Saja?

Saat ini the World Mosquito Program telah beroperasi di 14 negara, yaitu Indonesia, Australia, Brasil, Kolombia, El Salvador, Sri Lanka, Honduras, Laos, Vietnam, Kiribati, Fiji, Vanuatu, New Caledonia, dan Meksiko.

Di Indonesia sendiri, uji coba nyamuk Wolbachia telah dilakukan di Yogyakarta. Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341 Tentang Penyelenggaran Pilot Project Implementasi Wolbachia, penyebaran nyamuk ini dilakukan di lima kota, yaitu Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Kupang, dan Bontang.

Sementara itu, teknologi Wolbachia juga mulai diterapkan di Malaysia dan Singapura meski tidak berada di bawah naungan WMP.

4. Teknologi Nyamuk Wolbachia Aman bagi Manusia

Wolbachia adalah jenis bakteri alami yang sudah ada di dalam tubuh 50 persen spesies serangga sejak puluhan ribu tahun yang lalu. Sampai saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Wolbachia berbahaya bagi manusia, hewan, maupun lingkungan.

Wolbachia dapat ditemukan secara alami di serangga seperti kupu-kupu, ngengat, dan berbagai jenis nyamuk. Namun, bakteri ini tidak ada di jenis nyamukAedes aegypti.

Nyamuk seperti Culex pipiens yang tergolong jenis nyamuk paling umum yang ditemukan di rumah-rumah diketahui mengandung bakteri Wolbachia di dalamnya. Jadi, hampir semua orang sebenarnya pernah digigit oleh nyamuk ber-Wolbachia, tapi sampai saat ini tidak ada laporan bahwa nyamuk ini membahayakan kesehatan manusia.

5. Dampak Nyamuk Bionik Wolbachia Sejauh Ini

Menurut WMP, teknologi Wolbachia telah diterapkan di 14 negara selama sekitar 12 tahun terakhir. Sejauh ini, nyamuk ber-Wolbachia dilaporkan telah menurunkan kasus DBD di berbagai wilayah di dunia dan belum ada dampak negatif yang diakibatkan dari teknologi tersebut.

6. Wolbachia Tidak Hanya Mengatasi DBD

Nyamuk Aedes aegyptidiketahui tidak hanya dapat menularkan virus dengue penyebab DBD, tapi juga virus Zika, yellow fever, dan chikungunya. Jadi, teknologi Wolbachia juga dapat menghambat pertumbuhan virus-virus tersebut dan menurunkan risiko penularannya.

7. Nyamuk Wolbachia Bukan Hasil Rekayasa Genetik

Teknologi nyamuk Wolbachia tidak menggunakan organisme hasil rekayasa genetika ataugenetically modified organisms (GMO). Teknologi GMO sendiri adalah prosedur untuk mengubah komposisi alami DNA dari hewan atau tumbuhan.

Nyamuk ber-Wolbachia tidak termasuk organisme hasil rekayasa genetik karena memang tidak ada DNA atau materi genetiknya yang diubah, baik dari sisi nyamuk Aedes aegyptimaupun dari bakteri Wolbachia yang digunakan.

Baca juga artikel terkait WOLBACHIA atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari