tirto.id - Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan serius di beberapa daerah Indonesia, terutama saat pergantian musim. Pemanfaatan teknologi Wolbachia digadang-gadang menjadi inovasi untuk menurunkan penyebaran DBD di Indonesia.
Wolbachia menjadi inovasi yang diklaim dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD), sehingga virus dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.
Virus dengue penyebab DBD selama ini ditularkan nyamuk Aedes Aegypti betina. Penggunaan teknologi Wolbachia dapat mengeblok replikasi virus dengue. Saat bakteri Wolbachia dimasukkan ke tubuh nyamuk Aedes Aegypti betina, virus dengue dapat dilumpuhkan.
Selain itu, bakteri Wolbachia diklaim bisa menurun ke nyamuk generasi selanjutnya, karena memiliki pola pewarisan bersifat maternal.
Apabila nyamuk betina ber-Wolbachia kawin dengan jantan tidak ber-Wolbachia, seluruh telurnya akan ber-Wolbachia, jika nyamuk jantan ber-Wolbachia kawin dengan nyamuk betina tanpa Wolbachia, telurnya tidak akan menetas. Bahkan jika kedua jenis kelamin nyamuk ber-Wolbachia, keturunannya juga akan ber-Wolbachia.
Dengan cara tersebut, populasi nyamuk Aedes Aegypti yang berpotensi menjadi vektor virus dengue bisa dikurangi secara bertahap.
Efektivitas Nyamuk Wolbachia Atasi DBD
Selain di Indonesia, penggunaan bakteri Wolbachia telah dilaksanakan di sembilan negara dan terbukti efektif dalam pencegahan demam berdarah. Adapun negara yang dimaksud adalah Brasil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Mexico, Kiribati, New Caledonia, dan Sri Lanka.
Di Indonesia sendri, bahasan terkait teknologi Wolbachia sudah masuk ke Strategi Nasional (Stranas). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaraan Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi DBD, mengemukakan bahwa kota-kota yang menjadi pilot project di antaranya, Semarang, Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang, dan Kota Bontang.
Sejak tahun 2011, efektivitas Wolbachia sudah gencar diteliti oleh World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija. Penelitian dilakukan melalui fase persiapan dan pelepasan Aedes Aegypti ber-Wolbachia dalam skala terbatas (2011-2015).
Pada tahap awal pengembangan, uji coba penyebaran nyamuk Aedes Aegypti yang tubuhnya telah memuat bakteri Wolbachia dilakukan di sebagian wilayah Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Hasil dari pengembangan bakteri diklaim bisa menekan angka kasus DBD.
Adapun timeline penelitian diawali dengan persiapan keamanan dan uji kelayakan pada 2012, dan dilanjutkan pelepasan di wilayah terbatas sejak 2014, kemadian kajian risiko pada 2016. Tahap selanjutnya adalah penelitian quasi experimental pada tahun 2016 dan penelitian Randomised Controlled Trial pada 2017-2020.
Berdasarkan penelitian yang sudah dikerjakan oleh tim Penelitian WMP Yogyakarta, selama lebih dari 1 dekade menghasilkan efikasi Wolbachia dengan penurunan 77 persen kasus dengue dan 86 persen menurunkan tingkat rawat inap di rumah sakit.
Penulis: Ruhma Syifwatul Jinan
Editor: Nur Hidayah Perwitasari