Menuju konten utama

Fakta 13 Oktober No Bra Day: Diperingati di Bulan Kanker Payudara

13 Oktober diperingati sebagai No Bra Day atau Hari Tanpa Beha Sedunia dan bertepatan dengan bulan peduli kanker payudara.

Fakta 13 Oktober No Bra Day: Diperingati di Bulan Kanker Payudara
Ilustrasi No Bra Day, foto/istockphoto

tirto.id - No Bra Day diperingati tanggal 13 Oktober setiap tahun. Hari Tanpa Beha ini dibuat untuk meningkatkan kesadaran terhadap bahaya kanker payudara. Tahukah Anda, kampanye No Bra Day ini bertepatan dengan Bulan Kesadaran Kanker Payudara Sedunia.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Bulan Kesadaran Kanker Payudara, yang diperingati di negara-negara seluruh dunia setiap bulan Oktober, membantu meningkatkan perhatian dan dukungan untuk kesadaran, deteksi dini dan pengobatan serta perawatan kanker payudara.

Ada sekitar 1,38 juta kasus baru dan 458.000 kematian akibat kanker payudara setiap tahun (IARC Globocan, 2008). Kanker payudara sejauh ini merupakan kanker paling umum pada wanita di seluruh dunia, baik di negara maju maupun berkembang.

Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, kejadian ini terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena peningkatan harapan hidup, peningkatan urbanisasi dan adopsi gaya hidup barat.

Saat ini belum ada pengetahuan yang memadai tentang penyebab kanker payudara, oleh karena itu deteksi dini penyakit ini tetap menjadi hal terpenting dalam pengendalian kanker payudara.

Ketika kanker payudara terdeteksi sejak dini, dan jika diagnosis serta pengobatan yang memadai tersedia, ada kemungkinan besar bahwa kanker payudara dapat disembuhkan.

Namun, jika terlambat terdeteksi, pengobatan kuratif seringkali tidak lagi menjadi pilihan. Dalam kasus seperti itu, perawatan paliatif untuk meringankan penderitaan pasien dan keluarganya.

Mayoritas kematian (269.000) terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana sebagian besar wanita dengan kanker payudara didiagnosis pada tahap akhir terutama karena kurangnya kesadaran tentang deteksi dini dan hambatan terhadap layanan kesehatan.

WHO mempromosikan program pengendalian kanker payudara yang komprehensif sebagai bagian dari rencana pengendalian kanker nasional.

Strategi deteksi dini yang direkomendasikan untuk negara berpenghasilan rendah dan menengah adalah kesadaran akan tanda dan gejala awal dan skrining dengan pemeriksaan payudara klinis.

Skrining mamografi sangat mahal dan hanya dapat dilakukan di negara-negara dengan infrastruktur kesehatan yang baik yang mampu membiayai program jangka panjang.

Penyebab Kanker Payudara

Hari Tanpa Beha atau No Bra Day bukan cuma mendorong perempuan untuk menikmati hari tanpa bra, tujuannya adalah menggalakkan kesadaran dan mendorong perempuan untuk aktif memeriksa payudaranya sendiri, memastikan mereka tahu apa saja ciri-ciri kanker payudara.

Dokter spesialis bedah onkologi di RSPUN dr. Cipto Mangunkusumo, Sonar Soni Panigoro mengatakan tak hanya gen yang bisa menyebabkan seseorang terkena kanker payudara, tetapi juga faktor lingkungan dan ini berkontribusi sebesar 95 persen pada kejadian kanker.

Sebesar 30-35 persen di antaranya akibat diet tak sehat, laku 10-20 persen karena obesitas, 15-20 persen akibat infeksi, 25-30 persen karena rokok dan 4-6 persen akibat minuman beralkohol. Sementara sisanya, 10-15 persen karena faktor lainnya.

Selain itu, jenis kelamin perempuan, tidak menikah, menopause terlambat (lebih dari 55 tahun), pernah menjalani operasi tumor jinak payudara, ada riwayat kanker payudara, mendapatkan terapi hormonal yang lama juga bisa menjadi faktor risiko.

Cara Deteksi Dini Kanker Payudara

Perempuan dan lak-laki butuh memeriksa payudara semenjak dini, untuk mendeteksi kanker payudara. Dokter spesialis bedah umum konsultan onkologi dari rumah sakit Pondok Indah-Bintaro Jaya, dr. Rachmawati, Sp.B(K) Onk menyarankan beberapa hal yang bisa dilakukan ketika mendeteksi payudara sendiri.

"Jangan lupa periksa area puting. Dipencet, diperhatikan ada tidak cairan yang keluar dari area puting. Tanda kanker payudara, puting mengeluarkan cairan," ujar dia dalam diskusi media di Jakarta, sebagaimana dilansir Antara News.

Menurutnya, cairan yang keluar biasanya adalah darah dan ini muncul spontan selama empat minggu berturut-turut.

Selain cairan, puting payudara yang masuk ke dalam juga bisa menjadi pertanda kanker, walau memang harus ada pemeriksaan seksama oleh ahli kesehatan untuk memastikannya.

"Puting tertarik (ke dalam) juga bisa karena radang. Pasti ada tanda seperti nyeri atau kulit kemerahan. Kalau kanker biasanya ada benjolan keras di bagian puting," tutur Rachmawati.

Secara umum, ada empat bagian payudara yakni luar atas, luar bawah, dalam atas dan dalam bawah. Dari keempat area ini, kejadian kanker sering terjadi pada bagian luar atas, yakni 40 persen.

"Makanya raba juga bagian luar atas. Paling sedikit kejadian di bagian dalam, karena sudah dekat tulang, jaringan payudara menipis. Angka kejadiannya sekitar 6 persen," kata dia.

Saat melakukan pemeriksaan, gunakan tiga jari tangan yakni telunjuk, jari tengah dan jari manis serta dua ruas pertama telapak tangan karena paling sensitif.

"Arah perabaan tergantung nyamannya saja. Bisa dari arah luar ke dalam, dalam ke luar atau atas ke bawah," tutur Rachamawati.

Baca juga artikel terkait NO BRA DAY atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH