tirto.id - Ekonom Senior Universitas Indonesia Faisal Basri menilai jumlah tes Indonesia terlalu rendah sebagai negara berpendapatan menengah atas atau upper middle income country. Saking rendahnya, jumlah tes Indonesia justru berada di jajaran negara berpendapatan rendah (low income) dan menengah rendah (lower middle income) yang menurutnya lebih miskin dari Indonesia.
“Indonesia sudah upper middle. Semua negara yang tesnya lebih kecil dari Indonesia adalah low income dan lower middle income. Bahkan ada 5 lower middle income countries yang lebih miskin dari Indonesia saja, tesnya jauh lebih besar,” ucap Faisal dalam Webinar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2021: Jalan Terjal Pemulihan Ekonomi, Kamis (26/11/2020).
Definisi ini mengacu pada klasifikasi Bank Dunia mengenai Gross National Income (GNI) per kapita alias pendapatan per kapita tanpa memperhitungkan peran asing. Menurut Bank Dunia negara berpendapatan menengah memiliki GNI di rentang 4.046-12.535 dolar AS.
Di bawahnya ada negara berpendapatan menengah rendah dengan rentang 1.036-4.045 dolar AS. Di bawah lagi ada negara berpendapatan rendah dengan ketentuan GNI per kapitanya kurang dari 1.036 dolar AS.
Pada kasus ini, Indonesia memiliki GNI/kapita 4.050 dolar AS sehingga masuk upper middle income country tetapi jumlah tesnya hanya 19.735 per 1 juta penduduk. Angka ini menurut Faisal hanya lebih baik dari 6 negara low income dan 9 negara lower middle income.
Sebagai perbandingan di kalangan negara lower middle income Myanmar memiliki tes 19.412 per 1 juta penduduk), Senegal (13.327 per 1 juta penduduk), Ghana (18.454 per 1 juta penduduk). Angka-angka ini dinilai tak beda jauh dengan Indonesia yang seharusnya bisa lebih besar lagi kapasitas tesnya.
Di sisi lain, Faisal juga menemukan Indonesia malah tertinggal dari 5 negara lower middle income. Mereka adalah Nepal (57.299 per 1 juta penduduk), Pakistan (23.615 per 1 juta penduduk), Zambia (20.126 per 1 juta penduduk), Bolivia (30.160 per 1 juta penduduk), dan Filipina (50.423 per 1 juta penduduk).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Restu Diantina Putri