tirto.id - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah kecewa Presiden Joko Widodo tidak menghadiri perhelatan reuni 212 pada hari ini, Sabtu (2/12/2017). Ia mencurigai bahwa presiden telah termakan ide-ide yang menyatakan bahwa kaum Islam Indonesia adalah radikal.
Fahri mengklaim bahwa Jokowi telah termakan narasi yang mengidentikkan umat Islam sebagai teroris, seperti mereka yang memakai baju koko, mereka yang membawa bendera bertuliskan "Illahailallah". Padahal narasi tersebut diklaimnya adalah rekaan Amerika Serikat atas terjadinya tragedi 11 September.
"Karena ini kan doktrin pasca 11 September yang memberikan ciri-ciri orang Islam dianggap teroris, lalu barat menciptakan teroris Timur Tengah yang namanya ISIS. Lalu dinisbatkan seolah-olah dia menjalar dan diidentikkan orang Islam," ujar Fahri di Monas Jakarta pada Sabtu (2/12/2017).
Menurut fahri, hal itu yang menyebabkan sulitnya dalam mencapai perdamaian karena ada sentimen dari pemimpin negara yang hanya merusak suasana nasional dan menciptakan kerugian untuk bangsa sendiri.
"Ini enggak pernah stabil karena pemimpinnya curiga. Akhirnya polisi bertindak sesuai politik pemimpinnya. Seolah-olah yang ngumpul ini adalah orang-orang yang komit dan mereka pakai istilah orang yang permisif terhadap teroris. Ini narasi yang merusak," klaimnya.
Sebagai Presiden, kata Fahri, sudah sepatutnya Joko Widodo datang untuk menepis stigma bahwa kaum Islam adalah teroris ataupun anggapan mengenai pemerintah tidak bersahabat dengan kaum Islam.
"Imbauan terakhir kepada Jokowi, ia harus menyatukan denyut dan irama ulama dan umat Islam supaya dia tidak menjadi sesuatu yang dipandang oleh masyarakat sebagai pihak yang memiliki masalah dengan umat Islam," ungkapnya.
Pada dasarnya, Fahri menilai umat Islam masih menghargai keberadaan Joko Widodo sebagai presiden. Untuk itu, ia sangat mengharapkan Jokowi hadir di tengah umat Islam dan memberikan apresiasi atas acara 212 yang berjalan damai.
Fahri menyatakan seharusnya Jokowi mengatakan: “Saya sebagai alumni 212 (karena dia hadir saat itu), kita telah melalui masa-masa itu dengan baik. Saya berterimakasih karena melaksanakannya dengan damai dan saya ingin menjadi bagian upaya dari menegakkan perdamaian.”
“Dia kan harusnya begitu. Dia kan disumpah jadi presiden, dia presiden kita semua," kata Fahri.
Padahal, menurut Fahri, Jokowi menyatakan ingin menjaga suasana damai, baik dengan kaum Islam maupun orang Indonesia secara keseluruhan, dan menunjukkan kepada dunia.
"Enggak bisa kita digoyang, dengan belasan ribu pulau, bahasa, budaya, enggak bisa digoyang. Mereka (asing) ngerusaknya itu yang paling besar dengan ingin merusak orang Islam dengan mencitrakan orang Islam itu teroris. Bikin kacau. Dan itu jangan dibeli dong sama presiden. Itu berbahaya. Itu yang membuat kalau kita enggak bagian dari pemerintahan," kata Fahri.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Alexander Haryanto