tirto.id - Federasi Sepak Bola Inggris, FA, Premier League, dan English Football League (EFL) dikritik oleh Yunus Lunat, mantan Ketua Dewan Kesetaraan Ras FA telah bertindak "munafik". Kritikan Lunat ini terkait tidak adanya hening cipta di laga-laga kompetisi sepak bola Inggris usai terjadinya penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat (15/3/2019) lalu.
"Tidak ada alasan, kapan pun sesuatu terjadi, bahkan pada skala yang sama, sepak bola selalu bersikap dan melakukan penghormatan. Apa yang terjadi sekarang [di Liga Inggris] adalah standar ganda dan sikap munafik," kata Lunat dikutip BBC.
"Hening cipta selama semenit adalah tindakan yang tepat. Ketika hal itu dilakukan sebagai tanggapan atas sebuah peristiwa, seharusnya itu dilakukan siapa pun terhadap setiap serangan [kepada siapa pun]," tambahnya.
Akhir pekan lalu, memang tidak diadakan hening cipta meskipun terjadi sejumlah pertandingan di kompetisi Inggris, seperti Premier League, Piala FA, dan Divisi Championship. Namun, di sisi lain, Premier League pada Jumat (15/3/2019) mengirimkan cuitan tanda berkabung atas penembakan di Christchurch.
"Pikiran semua orang di Liga Premier Inggris bersama mereka yang terkena dampak peristiwa mengerikan di Selandia Baru," demikian ungkapan duka akun Twitter Premier League.
The thoughts of everyone at the Premier League are with those affected by the terrible events in New Zealand.
— Premier League (@premierleague) March 15, 2019
Langkah berbeda diambil pada tahun 2015 lalu, ketika serangan teroris terjadi dalam pertandingan persahabatan antara Perancis vs Jerman.
Empat hari berselang, pemain timnas Inggris yang bertanding melawan Perancis di Stadion Wembley memakai pita hitam dan mengheningkan cipta selama satu menit sebelum laga.
Dalam aturan yang berlaku, English Football League mengizinkan klub untuk melaksanakan kebijaksanaan mereka sendiri, apakah hendak melakukan hening cipta sebelum laga atas sebuah kejadian atau tidak.
Sementara itu, FA yang mengelola Piala FA --dan akhir pekan lalu terdapat laga 8 besar kompetisi tersebut-- menegaskan kepada BBC Sport, "terserah klub apakah ingin hening cipta atau tidak. Kami akan mendukung jika mereka melakukannya".
Terkait hal ini, Yunus Lunat menanggapi, bahwa tidak adanya hening cipta adalah tanda kurangnya tokoh panutan di badan sepak bola tersebut.
"Piala FA adalah kompetisi [yang bernaung di bawah] FA. Ini menunjukkan kelemahan kepemimpinan. Kesempatan untuk membuat pernyataan besar tentang apa yang terjadi di seluruh dunia hilang begitu saja," tegas Lunat.
Insiden penembakan di dua masjid di Christchurch pada Jumat (15/3/2019), Selandia Baru, telah menewaskan sedikitnya 50 orang. Pemakaman pertama korban dilakukan Rabu (20/3/2019) hari ini, yaitu Khaled Mustafa (44 tahun), dan Hamza (16 tahun) yang merupakan warga negara Suriah. Mereka datang sebagai pengungsi ke Selandia Baru tahun lalu.
Penulis: Permadi Suntama
Editor: Fitra Firdaus