tirto.id - Evoria, sebuah platform inkubasi musisi, resmi diluncurkan pada Kamis (10/11) di Urban Forest Cipete, Jakarta Selatan.
Sebagaimana sebuah platform inkubasi, Evoria yang digagas oleh M Bloc Entertainment dengan dukungan M Bloc Xperience dan Alive Indonesia ini akan membuat program pendaftaran musisi. Nanti setelah proses kurasi, mereka akan memilih 10 artis pendatang baru untuk mengikuti program inkubasi bersama para profesional di industri musik.
Para artis pendatang baru yang lolos kurasi ini nantinya selain digembleng dengan berbagai materi pengembangan skill kreatif dan bisnis musik melalui bootcamp diskusi, workshop, serta showcase juga akan dibuatkan video live performance yang dapat digunakan salah satu marketing tool mereka dalam berkarier. Beberapa materi workshop yang telah dipersiapkan untuk diajarkan di antaranya adalah Live From Music, Songwriting Process, Music Production, Artist Management & Booking Agency, Digital Music Distribution, IP & Copyrights, Live Music Performance, Touring, hingga Performing Rights Organizations.
Beberapa nama praktisi yang telah dikonfirmasi bakal mendukung Evoria menjadi mentor atau pemateri workshop di antaranya adalah Endah N Rhesa, Eka Annash (vokalis, pencipta lagu The Brandals), Jimi Multhazam (vokalis, pencipta lagu The Upstairs dan Morfem), Lafa Pratomo (produser Danilla dan Iwan Fals), Wendi Putranto (Co-founder M Bloc dan Manager Seringai), Ardy Siji (promotor musik), Dahlia Wijaya (Believe Country Director), hingga Satria Ramadhan (SRM).
Proses pendaftaran artis-artis pendatang baru untuk mengikuti Evoria akan dibuka mulai Kamis (10 November 2022) hingga Minggu (11 Desember 2022) pukul 23:59 WIB melalui situs resmi Evoria.id dan via aplikasi M Bloc Xperience. Pendaftaran ini bersifat gratis dan wajib menyertakan Electronic Promo Kit (EPK) yang berisikan Foto, Logo, Bio, Link Video Performance, Link Album/Single, dan Contact Person.
Menurut Ardy Siji, CEO M Bloc Entertainment sekaligus promotor festival Rock in Celebes, untuk jadi musisi sukses harus belajar ekosistemnya. Hulunya adalahproses belajar ekosistem, dan hilirnya adalah album rekaman atau konser.
“Platform Evoria melalui eksplorasi ini akan menjaring musisi pendatang baru, membuat inkubasi serta mempertemukan mereka dengan para praktisi industri musik yang sangat berpengalaman. Mereka akan berbagi teori, praktik, mengulas studi kasus, hingga menganalisa kisah-kisah sukses nama-nama besar di industri,” tutur Ardy.
Menurut Wendi, Evoria bisa menjadi jembatan bagi satu masalah penting dalam industri musik: regenerasi.
“Salah satu masalah di dunia musik itu adalah regenerasi. Nah, masalah itu gak bisa diselesaikan sendiri. Harus ada inisiasi yang terjadi dengan kolaborasi,” ujar Wendi.
Sebagai Program Manager M Bloc, Wendi juga berusaha mengatasi masalah regenerasi ini dengan mengadakan banyak live show bertajuk Emerging Showcase di M Bloc bagi band-band baru sejak 2019. Menurutnya, Evoria adalah pengembangan mutakhir konsep Emerging Showcase itu.
Dari sana, akan ada banyak band baru bermunculan. Beberapa alumni Emerging Showcase adalah Fleur, Perunggu, Sunwhich, hingga Irama Pantai Selatan. Sekarang nama-nama itu sudah mulai menanjak dan menjaring banyak penggemar.
“Kini bersama Evoria, kami tingkatkan lagi programnya dengan menghadirkan talkshow dan workshop yang menampilkan pemateri para artis ternama dan profesional di industri musik nasional,” tutur pria yang pernah menjadi jurnalis di Rolling Stone Indonesia itu.
Hal itu diamini oleh Edric Chandra dari Evoria. Menurutnya Evoria ingin ingin membangkitkan semangat kebersamaan melalui aktivitas yang dilakukan secara kolektif. Dari kerja kolektif ini, akan ada kolaborasi yang membuat band-band bisa jadi lebih berkembang, percaya diri, dan tumbuh lebih baik.
“Jadi nanti musik bisa beregenerasi, jadi lestari dan legacy. Nantinya Evoria juga akan memberikan wadah untuk manggung, showcase,” ujar Edric.
Inisiasi ini juga disambut baik oleh label-label independen, seperti Blackandje Records, La Munai Records, dan Sun Eater. Menurut mereka, inisiatif seperti ini merupakan pekerjaan A&R di era digital, yaitu mencari bakat, memantaunya, dan mengontraknya.
"Jadi platform ini bisa membantu mendapatkan eksposur bagi band-band yang ada di seluruh Indonesia, yang mungkin selama ini belum mendapat spotlight," ujar Kukuh Rizal, CEO Sun Eater.
Editor: Nuran Wibisono