tirto.id - Empat kloter gelombang kedua jemaah haji Indonesia tidak diizinkan mendarat di Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz Jeddah, namun diizinkan oleh Pemerintah Arab Saudi untuk mendarat di Bandar Udara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz Madinah.
Menanggapi hal tersebut, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2019 masih berupaya melobi Pemerintah Saudi agar memberikan slot time bagi empat kloter agar bisa mendarat di Bandara Jeddah.
Meskipun demikian, Kepala Daerah Kerja Mekkah PPIH 2019 Subhan Cholid pada Kamis (25/7/2019) sudah membuat langkah antisipasi jika memang pada akhirnya empat kloter jemaah tersebut harus tetap mendarat di bandara AMMA Madinah.
Subhan mengatakan bahwa pihaknya sudah menyiapkan layanan transportasi berupa bus shalawat untuk empat kloter tersebut.
Namun, layanan bus shalawat akan terhenti 5 Agustus 2019 karena bus-bus tersebut akan ditarik oleh naqabah untuk pelayanan transportasi Masyair.
“Salah satunya dengan menyiapkan layanan bus shalawat khusus untuk mengantar jemaah menyelesaikan umrah wajibnya di Masjidil Haram,” katanya.
“Namun kami sudah koordinasi dengan naqabah dan syarikah, untuk kloter-kloter tersebut kami akan siapkan beberapa armada untuk kebutuhan khusus jemaah menyelesaikan umrah wajibnya. Sampai dengan mereka kembali ke pemondokan,” ujar Subhan.
Untuk layanan akomodasi, Subhan mengatakan pihaknya juga telah menyiapkan pemondokan-pemondokan bagi jemaah tersebut.
“Mengenai akomodasi, memang sudah disiapkan untuk kloter-kloter tertentu tinggal menempati saja. Sesuai dengan jadwal kedatangannya,” tuturnya.
Subhan pun menegaskan akan meminta petugas sektor maupun sektor khusus untuk memberikan perhatian dan layanan lebih bagi pelaksanaan ibadah empat kloter tersebut.
Apalagi, empat kloter tersebut, usai menempuh perjalanan panjang dari tanah air dilanjutkan perjalanan darat Madinah-Mekkah yang tentunya diprediksi jemaah akan mengalami kelelahan lebih dibandingkan kloter yang terlebih dahulu transit di Madinah atau yang mendarat di Jeddah.
“Waktunya juga sangat pendek, karena mereka harus segera menyelesaikan umrah wajibnya, karena di lusanya, jemaah tersebut harus sudah berangkat ke Arafah. Oleh karena itu, kita akan persiapkan seluruh kebutuhannya dengan para Kepala Sektor yang akan menjadi tuan rumah tempat tinggal bagi jemaah tersebut. Dan memberikan perhatian khusus,” kata Subhan.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Yandri Daniel Damaledo