tirto.id - Pemungutan suara untuk pemilihan presiden (pilpres) 2024 bakal digelar pada Rabu (14/2/2024) mendatang. Menurut Undang-Undang (UU) Pemilu Nomor 7 Tahun 2017, pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) akan dinyatakan menang satu putaran jika mereka dapat mengumpulkan suara lebih dari 50 persen.
Tak hanya itu, komposisi suara yang diperoleh juga mesti terdiri atas sedikitnya 20 persen suara di separuh total provinsi yang ada.
“Pasangan Calon terpilih adalah Pasangan Calon yang memperoleh suara lebih dari 50% (lima puluh persen) dari jumlah suara dalam Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan sedikitnya 20% (dua puluh persen) suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari 1/2 (setengah) jumlah provinsi di Indonesia,” tulis pasal 416 ayat 1 dalam beleid tersebut.
Sebaliknya, jika persaingan tak bisa dimenangkan, 2 putaran kemungkinan besar dilakukan. Paslon yang maju ke putaran kedua adalah mereka yang menempati peringkat pertama dan kedua. Sedangkan paslon yang mendapatkan suara paling sedikit akan gugur.
Melihat kenyataan bahwa pemilu kali ini akan diikuti oleh tiga paslon, mungkinkah terjadi 1 putaran? Bagaimana kira-kira persebaran suaranya menurut sejumlah survei elektabilitas terbaru?
Prabowo – Gibran Tembus 50 persen pada Akhir Januari 2024
Setelah selama ini belum pernah menyentuh tingkat keterpilihan 50 persen, hasil survei teranyar Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, yang dilaksanakan pada periode 16 – 26 Januari 2024, merekam elektabilitas paslon nomor urut 02, yakni Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, mencapai 50,7 persen. Angka ini naik dari elektabilitas pasangan tersebut pada akhir Desember 2023, yakni sebesar 43,3 persen.
Jika direntangkan titik pesimis, artinya perolehan suara dikurangi margin of error 2,9 persen, elektabilitas Prabowo-Gibran berada di level 47,8 persen. Sedangkan untuk titik optimis (perolehan suara ditambah margin or error), elektabilitas Prabowo-Gibran adalah 53,6 persen.
Secara historis, survei LSI Denny JA menyingkap tingkat keterpilihan Prabowo – Gibran cenderung terus naik sepanjang awal November 2023 sampai Januari ini. Masih menurut survei LSI Denny JA versi teranyar akhir Januari 2024, posisi kedua elektabilitas paslon diduduki Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar dengan elektabilitas 22 persen.
Selanjutnya di urutan paling bontot ada Ganjar Pranowo – Mahfud MD dengan elektabilitas sebesar 19,7 persen, dan sisanya, sebesar 6,9 persen menyatakan belum memutuskan atau rahasia.
“Saat ini tersisa dua minggu menjelang pemilihan. Jika berhasil mempertahankan tren yang didapat, maka Prabowo-Gibran di ambang menang satu putaran saja,” tulis keterangan Denny JA yang diterima Tirto, Selasa (30/1/2024).
Peneliti politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo Jati berpendapat, peta elektoral saat ini masih sangat dinamis sehingga belum bisa mengerucutkan ke paslon tertentu. Acara debat kelima yang bakal digelar Minggu (7/1/2024) mendatang dinilai akan memengaruhi berjalannya pemilu 1 atau 2 putaran.
“Saya pikir performa para capres pada debat pamungkas nanti akan menjadi parameter dalam estimasi jadi satu atau dua putaran,” ungkap Wasisto kepada Tirto, Kamis (1/2/2024).
Kendati demikian, beberapa survei lain yang dilakukan bulan Januari ini belum ada yang merekam elektabilitas Prabowo-Gibran tembus 50 persen. Jajak pendapat Lembaga Survei Indonesia (LSI) misalnya, menunjukkan kalau tingkat keterpilihan Prabowo – Gibran masih di level 47 persen, meningkat dari 45,6 persen pada survei Desember 2023. Charta Politika bahkan menemukan bahwa elektabilitas pasangan ini masih di level 42,2 persen, turun dari 43,8 persen pada survei Desember 2023.
Lebih jauh melongok survei LSI pada 10 – 11 Januari 2024, paslon nomor urut 01, Anies – Cak Imin, bertengger di posisi kedua dengan elektabilitas 23,2 persen. Selanjutnya, paslon nomor urut 03, Ganjar – Mahfud, duduk di urutan ketiga dengan tren keterpilihan 21,7 persen.
Untuk sementara ini, masih dari survei LSI, pasangan Prabowo – Gibran diketahui unggul di semua wilayah kecuali DKI Jakarta. Di provinsi yang dulu sempat dipimimpin Anies itu, elektabilitas Anies – Cak Imin sedikit menyalip Prabowo – Gibran, hingga mencapai 36,3 persen banding 35,7 persen.
Selain debat capres-cawapres, LSI menyatakan bahwa putaran pilpres akan ditentukan oleh distribusi pemilih mengambang, solidaritas dukungan pemilih partai terhadap calon yang diusung, dan migrasi pemilih antar paslon.
Alasan di Balik Pilihan Setiap Paslon
Jajak pendapat LSI yang melibatkan 1.206 responden juga menyingkap terkait alasan responden menjagokan setiap paslonnya. Beberapa faktor menonjol di balik pilihan Anies – Cak Imin antara lain karena publik ingin perubahan, faktor kesukaan belaka, pintar dan berwawasan luas, merakyat, serta jujur.
Lima alasan itu memiliki persentase tertinggi, berturut-turut 18,8 persen, 15,6 persen, 12 persen, 5,9 persn, dan 5,3 persen. Sejumlah aspek lain dibalik pilihan Anies – Cak Imin termasuk kredibilitas memimpin yang dianggap paling mampu, tegas, dan paling meyakinkan.
Sementara itu, untuk pasangan Prabowo – Gibran, mayoritas responden memilih paslon tersebut lantaran mereka dinilai tegas, berani, berwibawa. Ada juga yang menyatakan sekadar suka saja, dan menilai Prabowo – Gibran paling mampu pemimpin.
Menariknya, keterkaitan dengan Jokowi rupanya turut memengaruhi pilihan terhadap paslon 02. Hal itu terlihat dari alasan “melanjutkan kepemimpinan Jokowi” yang menempati urutan keempat dalam alasan utama memilih Prabowo – Gibran, dengan persentase sebanyak 6,7 persen. Sejumlah 6,2 persen lainnya menjawab latar belakang militer sebagai pertimbangan.
Beberapa faktor unggul di balik pilihan Ganjar – Mahfud antara lain paling meyakinkan (13,3 persen), suka saja (11,1 persen), sudah ada bukti hasil kerjanya (10,8 persen), merakyat (8,2 persen), jujur dan amanah (5,7 persen), serta diusung oleh partai yang didukung responden (5,1 persen).
Editor: Farida Susanty