Menuju konten utama

Elegi Kehidupan Ayah dan Anak

Elegi kehidupan ayah dan anak berjuang dari keterbatasannya di ibukota.

Elegi Kehidupan Ayah dan Anak
Deni naik vespa tua bersama ayahnya. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Menjelang sore Deni Nurjaman (24) bersama sang ayah, Kodir (63) bergegas memulai rutinitas. Mereka berdua siap mengarungi jalanan Ibukota. Setiap hari, Deni menemani bapaknya berjualan dengan menggunakan kereta dorong khusus. Deni berada di kereta dorong yang dialasi papan, potongan kasur dan bantal buatan Kodir.

Jakarta sore itu menjadi tempat peruntungan kesekian kalinya bagi Kodir (63) untuk mencari rezeki selain membuka warung mie ayam di rumahnya di kawasan Pulogebang. Keduanya berangkat dari dekat kantor BNN, Cawang, Jakarta Timur hingga Semanggi.

Deni pernah mengenyam pendidikan dasar di Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Namun dia tidak melanjutkan ke jenjang SMP karena tidak ada sekolah yang menerimanya.

Tuntutan ekonomi menjadi alasan utama Kodir mengadu nasib ke ibukota ketika era Orde Baru tumbang untuk tetap bertahan hidup bersama anaknya. Pengalaman pertamanya tiba di Jakarta ketika kerusuhan '98 terjadi di Ibu Kota. Kodir mengingat betul saat dirinya menggendong Deni keluar dan terhindar dari kerusuhan.

Tahun demi tahun terus berlalu. Kodir mencoba usaha lain hingga akhirnya dia berjualan rokok di sepanjang Jalan MT Haryono. Selain berjualan keliling kodir dan istrinya juga membuka warung mie ayam di Pulogebang. Dalam prinsipnya hidupnya tidak untuk mengemis.

Foto & Teks: Andrey Gromico

Baca juga artikel terkait DIFABEL atau tulisan lainnya

Editor: Hafitz Maulana