Menuju konten utama
13 Juni 1995

Dunia, Kenalkan: Alanis Morissette!

Album ini adalah debut internasional Alanis.

Dunia, Kenalkan: Alanis Morissette!
Ilustrasi Mozaik Alanis Morissette. tirto.id/Nauval

tirto.id - New York, 17 Agustus 1995, sedang mengalami masa panas. Sejak sebulan lalu, suhu selalu di atas rata-rata, bisa mencapai 32 derajat. Di studionya, David Letterman, pembawa acara populer Late Night Show with David Letterman, membawakan acara seperti biasa, dan akan mengenalkan bintang tamu, seperti biasa pula.

Dan seperti hari-hari sebelumnya, Letterman selalu memegang CD penampil yang akan manggung. Tak ada yang berubah. Kali ini yang dipegang adalah CD dengan sampul bergambar dua wajah perempuan yang kontras: satu tampak putih kehijauan, dan satu lagu wajah dengan sulur-sulur berwarna merah keunguan. Ada tulisan Alanis berukuran besar, Morissette berada di bawahnya dengan ukuran lebih kecil, dan di pojok kanan bawah tertulis judul albumnya, jagged little pill yang ditulis dengan huruf kecil semua.

“Ini adalah debutnya tampil di televisi, sambutlah… Alanis Morissette!” ujar Letterman sembari menunjuk kelompok yang ada di sebelah kanannya.

Tiga windu kemudian, penampilan itu banyak beredar di YouTube, dan salah satu komentar datang dari seorang yang hadir di acara Letterman malam itu.

“Aku ada di antara para penonton. Kami tak tahu siapa itu Alanis (sepertinya juga semua orang tak tahu dia saat itu), dan aku ingat betapa aku bergidik melihat penampilannya: bising, penuh kemarahan, sekaligus penuh semangat yang berkobar.”

Malam itu, Alanis mengenalkan dirinya pada dunia: seorang perempuan yang baru saja meninggalkan usia belasan tapi sudah merasakan banyak kekecewaan dan luka. Hasilnya, di atas panggung Alanis tak tampak seperti seorang vokalis. Ia adalah orator dan propagandis ulung, juru bicara para perempuan yang sudah merasakan banyak kehilangan dan kena hantam hidup bertubi-tubi. Alanis marah, cemburu, dan meracau seolah orang yang mematahkan hatinya ada di depannya.

You seem very well, things look peaceful

I'm not quite as well, I thought you should know

Did you forget about me, Mr. Duplicity?

I hate to bug you in the middle of dinner

It was a slap in the face

How quickly I was replaced

And are you thinking of me when you fuck her?”

Malam itu New York terasa lebih panas ketimbang hari-hari biasa.

Debut Internasional Penuh Aral

Pada dasarnya Jagged bukanlah album pertama Alanis. Penyanyi asal Kanada ini sudah pernah merilis dua album sebelumnya, Alanis (1991) dan Now is the Time (1992). Namun dua album itu hanya dirilis di Kanada. Barulah di Jagged, Alanis melempar album untuk pasar internasional.

Ketika menggarap album ini, Alanis adalah seorang ronin, tak punya label rekaman. Pasalnya, dua album terdahulunya tak terjual dengan memuaskan, dan kontraknya sudah selesai. Di saat itu, dia bertemu dengan orang yang kelak jadi manajernya Scott Welch.

Welch saat itu terpukau dengan cara bernyanyi Alanis, juga betapa kuat penulisan liriknya. Saat itu Alanis masih sekolah dan tinggal di rumah orang tuanya. “Selain suaranya yang spekatakuler itu, aku melihat karakter Alanis sangat kuat,” ujar Scott.

Setelah lulus SMA, karena dorongan Scott, Alanis memutuskan pindah dari kampung halamannya, Ottawa, menuju Toronto, kota terbesar di Kanada. Alanis kemudian memutuskan pindah ke Los Angeles pada Februari 1994 dan bertemu dengan Glen Ballard, yang nanti akan jadi produsernya. Glenn bukan nama baru di industri musik, dia pernah jadi “murid” kesayangan Quincy Jones, dan menulis beberapa lagu populer, termasuk menulis “Man in the Mirror” bareng The King of Pop.

“Apa yang membuatku kagum padanya adalah dia sangat percaya diri. Ketika aku berkenalan, aku kaget ketika tahu dia baru umur 19 tahun. Dia amat cerdas dan siap bikin karya yang mungkin saja tak akan laku. Meski kadang dia bingung harus apa soal musiknya, dia tahu apa-apa saja yang tak mau dia kerjakan,” kata Glenn pada Rolling Stone.

Pindah ke Los Angeles tak mudah bagi Alanis. Kota itu, seperti apa yang pernah dibilang oleh Guns N Roses, adalah rimba belantara yang siap memangsamu kalau kamu lengah dan menampakkan kelemahan. Di minggu pertamanya menjejakkan kaki di Los Angeles, Alanis dirampok di hadapan todongan pistol. Peristiwa ini membekas dan membuatnya trauma, membuatnya menarik diri dari dunia luar dan lama bersembunyi di rumahnya.

Di saat itu, Alanis banyak menulis lirik untuk mengatasi semua apa yang pernah dia alami. Dalam buku The Words and Music of Alanis Morissette yang ditulis oleh Karen Fournier, dia menyebut bahwa Alanis biasanya menulis lirik dulu sebelum musiknya dibuat.

“Dan ini sepertinya menjadi bentuk terapi bagi Alanis,” tulis Karen.

Glenn menjadi partner bermusik sekaligus mentor bagi Alanis. Pengalamannya bermain dan menangani banyak musisi besar seperti Michael Jackson hingga Paula Abdul, jadi bekal yang pas untuk menemani Alanis menjelajah dunia baru. Glenn membuat rekaman kasar sekaligus bermain semua alat musik, dan Alanis mengisi harmonika. Setelah demo yang direkam di studio rumahan Glenn selesai, mereka barulah menggarap ulang secara profesional. Setelah demo kelar, mereka berdua ditambah Scott mengedarkannya ke banyak label rekaman. Meski Scott dan Glenn punya banyak jaringan, semua label yang diajak kerja sama olehnya menolak.

Penolakan-penolakan itu terasa wajar mengingat, seperti kata Scott, Alanis punya kepala dari batu dan dia selalu percaya pada karyanya. Alanis mendapati kenyataan bahwa industri musik di Hollywood memang tak ramah dan tak pernah mudah. Para eksekutif label memintanya mengganti lagu, atau penampilannya, atau keduanya agar lebih mudah menjualnya. Alanis menolak.

“Dia sama sekali tidak mau berkompromi. Dia membuat lagu, ya seperti itu, dan dia percaya pada lagu-lagunya. Saat orang-orang berkata liriknya harus diganti, bahwa kata-katanya tak senonoh, dia menggeleng dan bilang tegas: ya ini aku,” ujar Scott.

Infografik Mozaik Alanis Morissette

Infografik Mozaik Album Ke-3 Alanis Morissette. tirto.id/Nauval

Di antara semua penolakan itu, ada satu yang menerima: Maverick Records, label rekaman yang didirikan oleh Madonna dan beberapa koleganya, dan berada di bawah naungan Warner Music Group. Bisa jadi, ini alasan kenapa Maverick menerima tawaran untuk merekrut Alanis. Dia punya karakter tegas, persona kuat, sama seperti Madonna yang kala itu menjabat sebagai CEO.

“Dia mengingatkan diriku waktu muda, saat aku baru memulai karier. Sedikit canggung, tapi percaya diri dan selalu berterus terang,” ujar Madonna soal Alanis, pada 1995 silam.

Kerja sama ini juga dimungkinkan berkat peran Guy Oscary, perwakilan A & R Maverick yang masih berusia 22 tahun. Di rentang usia yang setara dengan Alanis, Guy dianggap paham betul apa yang ingin coba disampaikan Alanis lewat musiknya. Meski begitu, Guy tetap mengajukan syarat: dia ingin menonton Alanis tampil live. Di studio rumahan milik Glenn, akhirnya mereka teken kontrak.

Jagged akhirnya dirilis pada 13 Juni 1995, tepat hari ini, 25 tahun lalu. Awal dirilis, Maverick hanya membayangkan album ini akan terjual di angka moderat. Mereka berharap album itu terjual 250 ribu keping, cukup agar balik modal dan bisa jadi modal untuk album Alanis berikutnya. Suatu hari, KROQ-FM, sebuah radio rock berpengaruh di Los Angeles memutarkan “You Oughta Know”, single pertama Jagged.

Sejak itu, dunia tak pernah sama lagi bagi Alanis.

Sebuah Warisan Penting dari Era 1990

Jagged Little Pill adalah album komplit. Alanis yang mengalami banyak turbulensi hebat --termasuk anoreksia dan bulimia di usia belasan-- berhasil menjadikan hidup sebagai bahan bakar terbaik untuk lagu-lagunya. Lagu “You Oughta Know” jadi lagu kebangsaan banyak perempuan patah hati yang menolak tersuruk. Di “Forgiven”, Alanis mengisahkan bagaimana dia jadi perempuan yang mengalami goncangan kehidupan beragama. Dia turut mengisahkan para perempuan yang kalah berkali-kali dalam hidup lewat “Mary Jane”, dan memberikan jari tengah pada para pejabat label yang menuntutnya mengganti lagu dan penampilan lewat “Right Through You”.

“You took a long hard look at my ass

And then played golf for a while

Your shake just like a fish

You pat me on the head

You took me out to wine dine, sixty-nine me

But didn’t hear a damn word I said.”

Alanis juga mengisahkan sisi diri yang lain sebagai seorang yang rapuh dan seringkali pasrah lewat “Hand in My Pocket” dan “Ironic”, lagunya yang paling masyhur. Pada “You Learn”, dia semacam menunjukkan sisi old soul-nya, berpetuah kehilangan dan kesedihan adalah sebuah pelajaran, dan “…jalani saja sama seperti orang berusia 23 tahun lainnya.”

“Album ini adalah cerita hidupku,” ujar Morisette pada Rolling Stone, 25 tahun lalu. “Bagiku, album ini adalah berbagai wajah kepribadianku, salah satunya adalah seseorang yang jujur perkara seksual.”

Menurut Alanis, album ini memang berisi banyak kemarahan. Namun dia juga menggarisbawahi sesuatu, bahwa lagu yang bikin dia tenar, “You Oughta Know” bukanlah sebuah lagu untuk balas dendam. “Lagu itu dibuat bukan atas nama balas dendam, melainkan atas nama pelepasan emosi. Karena pada dasarnya aku adalah orang yang kalem dan cukup rasional,” kata Alanis.

Jagged Little Pill meledak dan menyabet banyak penghargaan, termasuk penghargaan Album of the Year di ajang penghargaan Grammy, dan berada di daftar bergengsi The 500 Greatest Album of All Time versi Rolling Stone. Yang lebih penting, album ini mewariskan banyak hal pada dunia setelahnya. Kesuksesan Alanis dianggap jadi membuka pintu gerbang yang lebih lebar bagi penyanyi perempuan berikutnya. Album ini juga menyodorkan cara pandang Alanis terhadap kehidupan dan gonjang-ganjingnya.

"Jagged Little Pill adalah album paling sempurna dari penyanyi perempuan. Semua lagu bisa berhubungan dengan kisah semua orang. Aku merasa terhubung dengan semua lagu di album itu. Album ini amat tak lekang waktu," kata penyanyi Katy Perry suatu ketika.

Dalam wawancara bersama BBC pada 6 Maret 2020, Alanis tertawa mengingat betapa cepat 25 tahun berlalu, begitu pula albumnya dan sifat-sifat lamanya. Dia tak menampik bahwa album Jagged seperti menampilkan, “masa hidup berbeda dan orang yang berbeda.” Dia juga mengiyakan bahwa pada suatu titik dia pernah kecanduan banyak hal, termasuk kerja.

“Tapi kecanduan cinta itu yang jadi masalah besar. Efeknya sangat menyakitkan,” katanya.

Tahun ini harusnya Alanis dan rombongan sirkus kelilingnya tur untuk merayakan 25 tahun Jagged. Namun rencana itu terhalang karena datangnya pandemi. Namun tahun depan rencananya mereka akan kembali mengikuti rencana yang sudah dibuat jauh-jauh hari, begitu pula di masa depan.

"Lima tahun lagi tur untuk 30 tahun album ini? Kenapa tidak? Kami akan cari hal-hal menyenangkan untuk dilakukan," tukas Alanis sambil tersenyum.

Baca juga artikel terkait MOZAIK atau tulisan lainnya dari Nuran Wibisono

tirto.id - Musik
Penulis: Nuran Wibisono
Editor: Ivan Aulia Ahsan