tirto.id - Maman Imanulhaq, Wakil Sekretaris Jenderal PKB menilai Indonesia butuh sosok calon wakil presiden dari kalangan santri yang memiliki pemahaman Islam transformatif dan moderat.
Menurut Maman, hal ini butuh dipertimbangkan, mengantisipasi langkah sejumlah pihak yang sering "menggoreng" isu Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan.
"Banyak yang 'menggoreng' isu SARA, sehingga dibutuhkan calon wakil presiden yang mendampingi Pak Joko Widodo di Pilpres 2019 adalah dari kalangan santri yang memahami islam moderat dan transformatif. Sosok itu ada dalam diri Muhaimin Iskandar," kata Maman dalam diskusi di Gedung Nusantara III, Jakarta, Kamis (9/11/2017) dilansir Antara.
Menurut dia dibutuhkan tokoh nasional yang bisa menjaga Pancasila dan Kebhinekaan yang menjadi "nafas" kehidupan bangsa Indonesia. Dalam politik Indonesia yang dinamis saat ini, sering muncul pihak-pihak yang gemar menggoreng isu SARA sehingga hal itu bisa berbahaya.
"Cak Imin mendapatkan dukungan dari kelompok santri dan kelompok pluralis, dukungan ini dibiarkan saja mengalir karena hingga saat ini PKB belum mengambil sikap resmi," ujarnya.
Anggota Komisi VIII DPR itu mengatakan dorongan agar Cak Imin maju sebagai cawapres justru berasal dari relawan dan komunitas yang bergerak sendiri karena ada kebutuhan menghadirkan sosok pemimpin yang pluralis.
Menurut dia, relawan, santri, dan kiai muda di daerah-daerah terus bergerak untuk menyosialisasikan sosok Cak Imin dan sudah menghasilkan hasil positif.
"Di era Presiden Jokowi, pembangunan infrastruktur berhasil karena belum ada Presiden Indonesia yang membangun semassif ini. Namun yang harus dioptimalkan adalah pembangunan manusia," ujarnya.
Dia menilai antusiasisme kalangan relawan tersebut menunjukkan bahwa ada pergeseran dari mobilisasi dukungan ke arah partisipasi aktif masyarakat.
Menurut dia, dalam sebulan ini sudah ada 71 deklarasi dukungan terhadap Cak Imin menjadi cawapres.
Dalam diskusi tersebut, pengamat politik dari Saiful Mujani Research Center, Sirojudin Abbas mengatakan bahwa ada tiga kemungkinan terkait isu cawapres yaitu pertama, sejauh mana isu yang berkembang di masyarakat dan menjadi perhatian publik saat menentukan preferensinya.
Dia mencontohkan ketika dominan isu pertahanan dan keamanan maka pilihan cawapres yang menonjol adalah berlatar belakang militer.
"Ingat Pak Jokowi di 2014 memilih Pak JK memberi garansi bahwa wakilnya berpengalaman, memiliki pengetahuan ekonomi dan punya koneksi luas sehingga itu memberikan percaya diri yang sangat besar," ujarnya.
Dia mengatakan terkait rentetan peristiwa di Pilkada Jakarta, isu SARA sangat menguat bisa jadi akan lebih didorong untuk mengisi keprihatinan publik.
Menurut dia hal itu dilakukan dengan memilih calon yang merepresentasikan Islam Indonesia yang lebih moderat, lebih terbuka dan toleran karena ini terkait stabilitas di lingkungan masyarakat.
Editor: Yulaika Ramadhani