tirto.id - Dua pemain keturunan Kosovo, Granit Xhaka dan Xherdan Shaqiri yang membela Timnas Swiss menjadi pahlawan saat menundukkan Serbia 2-1 pada Sabtu (23/6) dini hari WIB. Bagi mereka kemenangan itu sama saja dengan kemenangan Kosovo atas Serbia.
Granit Xhaka begitu emosional setelah menyamakan kedudukan menjadi 1-1 pada menit ke-52, usai timnya tertinggal satu gol cepat Serbia di menit ke-5. Ia mengejek Serbia dengan membuat lambang dua elang dengan tangannya dan menjulurkan lidahnya. Selepas itu ia telunjuknya menuding ke langit.
Pertandingan semakin ketat setelah kedudukan imbang. Drama akhirnya terjadi menjelang babak kedua bubar. Ivanovic yang mencoba membangun serangan dari sisi kanan berhasil digagalkan pemain Swiss. Bola jatuh ke kaki Steven Zuber. Ia lantas membuat umpan terobosan kepada Shaqiri. Shaqiri membawa bola itu ke kotak penalti Serbia dan berhasil menipu kiper Stojkovic. Gol sempurna.
Shaqiri lantas melakukan selebrasi dengan membuat simbol elang berkepala dua dengan kedua tangannya sembari mencibir. Burung elang berkepala dua adalah simbol negara Kosovo.
Xhaka dan Shaqiri begitu emosional malam itu: Kosovo berhasil menundukkan Serbia di Kaliningrad, Rusia. Kemenangan ini menjadi jawaban bagi suporter Serbia yang membentangkan spanduk “Serbia dan Rusia adalah Saudara Selamanya” dan berteriak “Serbia, Rusia” saat Aleksandar Mitrovic mencetak gol pembuka di menit ke-5.
"Saya memikirkan hal ini, saya tidak ingin berbicara," ungkap Shaqiri, yang juga melepas kaosnya setelah mencetak gol.
"Dalam sepakbola, Anda selalu memiliki emosi. Anda dapat melihat apa yang saya lakukan dan itu hanyalah sebuah pengungkapan emosi. Saya hanya merasa senang mencetak sebuah gol. Saya melakukannya dan kami tak perlu membahas hal tersebut,” tambahnya seperti dikutip Sky Sport.
Xhaka dan Shaqiri adalah keturunan Kosovo yang hingga hari ini belum diakui oleh Serbia sebagai provinsi merdeka setelah konflik berkepanjangan wilayah itu. Konflik itulah yang membuat keluarga Xhaka, Shaqiri dan ribuan orang Kosovo lain harus pindah ke Swiss pada 1990an.
Tapi pelatih Swiss, Vladimir Petkovic membantah bahwa selebrasi Shaqiri berbau politik.
"Anda tidak boleh mencampurkan politik dan sepakbola. Anda harus selalu menunjukkan rasa hormat. Ini adalah suasana yang indah dan pengalaman positif dan itulah seharusnya sepakbola," kata pria kelahiran Yugoslavia ini.
Xhaka dan Shaqiri mungkin kembali merayakan kemenangan mereka jika pada laga pamungkas di Grup E, 28 Juni mendatang, mampu mengalahkan Kosta Rika dan pada laga lain Brasil menang atas Serbia.
Editor: Agung DH