tirto.id - Optimisme terhadap kemampuan pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam memperbaiki angka pertumbuhan ekonomi di tahun 2017 tak hanya datang dari kalangan eksekutif dan ekonom. Wakil Ketua DPR RI, Taufik Kurniawan, lewat keterangan tertulisnya sebagaimana dikutip oleh Antara pada Rabu (4/1/2014), juga berpendapat akan ada perbaikan ekonomi nasional di tahun ini.
Dia memperkirakan Indonesia akan mampu mencapai pertumbuhan 5,1 hingga 5,2 persen di tahun 2017 atau lebih baik ketimbang periode sebelumnya yang hanya 5 persen. Alasan Taufik, hingga kini perekonomian nasional masih stabil meskipun ada gejolak di level global.
"Meskipun ada pengaruh dari gejolak ekonomi global yang fluktuatif, kita masih mampu menunjukkan stabilitas yang cukup menggembirakan," kata Taufik.
Pendapat Taufik di atas juga muncul karena dia menilai pemerintah berhasil menjaga defisit anggaran pada batas aman, yakni tidak lebih dari 3 persen. Apalagi, dalam catatan dia, kondisi pasar modal Indonesia selama 2016 masuk dalam daftar terbaik lima besar di dunia.
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia memerlukan dukungan dari kinerja industri pasar modal. "Kami paham untuk membangun perekonomian agar memiliki pemerataan yang dapat dinikmati semua masyarakat butuh investasi di berbagai bidang, dan bursa (pasar modal) dapat menjembatani itu," kata Sri dalam pembukaan IHSG BEI pada awal tahun 2017 di Jakarta, Selasa (3/1/2017).
Sementara pakar ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM), Tony Prasetiantono menyatakan optimistis akan ada perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2017. "Tahun depan (2017) pertumbuhan bisa 5,1-5,2 persen. Perbaikan itu akan didorong oleh harga komoditas yang membaik karena produsen minyak mulai menurunkan produksinya, terutama Arab Saudi dan Rusia," ujar Tony pertengahan Desember 2016 lalu.
Dia berpendapat penurunan produksi minyak dari sejumlah negara produsen komoditas ini bisa menguntungkan Indonesia. Sebabnya, situasi itu berpotensi memacu permintaan batu bara dan produk kelapa sawit, yang merupakan komoditas ekspor andalan Indonesia, di pasar dunia.
Kepala Ekonom Goldman Sach Regional Asia Pasifik, Andrew Tilton, sebagaimana dikutip oleh Bloomberg pada Selasa (3/1/2017), malah memprediksi Indonesia mampu mengerek angka pertumbuhan sampai 5,3 persen di tahun ini. Menurut dia pertumbuhan itu bisa didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah yang akan terjadi bila program tax amnesty berhasil optimal paska penutupan pada Maret 2017.
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom