tirto.id - Anggota DPR Papua (DPRP) Laurenzus Kadepa menyorot Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) yang ancam akan habisi nyawa Philip Mehrtens, pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru yang disandera sejak 7 Februari 2023.
"Saya minta semua pihak termasuk TPNPB-OPM wilayah Ndugama di bawah pimpinan Egianus Kogoya agar menahan diri, menghargai dan mengutamakan hak hidup pilot. Pilot juga manusia, punya keluarga, ada istri dan anak. Mari menghargai perasaan keluarganya," ucap Laurenzus kepada Tirto, Minggu, (28/5/2023).
Ancaman untuk membunuh sandera, lanjut Laurenzus, bisa menghilangkan simpati masyarakat, termasuk masyarakat internasional terhadap persoalan-persoalan HAM di Papua saat ini.
Ia berharap TPNPB-OPM bisa menunjukkan kepada dunia internasional bahwa kelompok pro kemerdekaan Papua itu tidak jahat seperti tuduhan berbagai pihak selama ini
Laurenzus juga meminta pemerintah, termasuk TNI dan Polri, untuk melakukan pendekatan keamanan secara proporsional dan terukur dalam upaya-upaya pembebasan Philip dan penanganan situasi di Papua.
Sebab dia khawatir ancaman penembakan yang disampaikan justru menjadi provokasi sekaligus legitimasi untuk memperbesar pendekatan keamanan di Papua.
Bahkan penting untuk melibatkan pemerintah daerah, sipil, Gereja, adat, Komnas HAM dan berbagai pihak dalam upaya pembebasan Philip.
Kemudian perihal desakan dan tuntutan TPNPB-OPM kepada negara Selandia Baru, Australia untuk segera terlibat dan menekan Indonesia agar pemerintah Jokowi mengakui kemerdekaan Papua.
"Karena itu kewenangannya negara. Di sini yang kami bicarakan adalah masalah kemanusiaan, masalah hak hidup," terang Laurenzus.
Sebelumnya, dalam video yang diperoleh Tirto pada Sabtu (27/5/2023), Philip mengaku nyawanya sisa dua bulan lagi jika pemerintah tak mau menuruti permintaan Egianus cs.
"(Mereka) kasih dua bulan lagi, untuk negara yang lain untuk bicara dengan Indonesia, untuk Papua merdeka," kata Philip. "Kalau sudah dua bulan mereka (pemerintah Indonesia dan Selandia Baru) tidak bicara dengan Papua, mereka akan tembak saya.”
Penulis: Adi Briantika
Editor: Reja Hidayat