tirto.id - "Banyak anak muda yang aslinya cerdas menjadi murid terbelakang karena kesukaan yang berlebihan untuk main games. Hidup ini bukan games, karena terbukti kemiskinan itu pedihnya nyata bagi orang yang menelantarkan masa mudanya," demikian tulis Mario Teguh, motivator ulung yang nasihat-nasihatnya ternyata tidak seindah cerita hidupnya sendiri, dalam sebuah post yang ia unggah bulan Maret tahun silam.
Hingga berita ini ditulis, post tersebut telah mendapat sekitar 48 ribu respons positif, dengan ratusan komen yang menyatakan persetujuan terhadap pemikiran beliau. "Betul, super sekali Pak Mario," kata salah seorang pengagumnya. "Perkembangan zaman yang modern, tapi menelantarkan masa muda itu mubazir. Salam Super om Mario," sahut yang lain.
Namun, apakah Mario sang Motivator selalu bijaksana dan benar? Layaknya manusia biasa, ia pun sangat mungkin salah. Fakta berbicara hal yang sebaliknya, dan Mario sang Motivator sepertinya kurang banyak membaca.
Baru-baru ini, tepatnya pada awal hingga pertengahan bulan Augustus lalu, salah satu developer game kelasdunia Valve menunaikan salah satu kompetisi tahunannya yang paling bergengsi di dunia, yakni The International. Ajang tersebut merupakan ajang kompetisi game bergenre multiplayer online battle arena (MOBA) produksinya yang paling terkenal, Defence of The Ancient (DoTA) 2.
Total hadiah uang yang berhasil dihimpun oleh Valve jumlahnya tidak main-main, yaitu sekitar $20,8 juta. Sang pemenang Wings Gaming, sebuah tim yang berasal dari Cina, berhak memperoleh hadiah sebesar $9,1 juta. Sementara itu, jawara kedua adalah tim Digital Chaos (DC) yang berasal dari Amerika Utara. Meskipun tidak mendapat hadiah sebesar Wings, DC berhak memperoleh hadiah sebesar $3,4 juta.
Sebagai perbandingan, pemenang utama Liga Champion UEFA, kompetisi sepakbola paling bergengsi di dunia, berhak memperoleh sekitar $16,7 juta.
Pertanyaan menariknya adalah dari mana hadiah sebesar itu diperoleh. Valve ternyata hanya "mensponsori" sebagian kecil dari total hadiah uang tersebut, yakni senilai $1,6 juta. Sisanya, sebesar $19,2 juta, berasal dari 25 persen total pendapatan Valve yang didapat dari penjualan Battle Pass dalam game itu.
Sebagai catatan, Battle Pass merupakan akses terhadap sejumlah konten dan event eksklusif yang tersedia di DoTA 2. Sehingga boleh dikata, total hadiah hampir seluruhnya merupakan kontribusi dari para pemain DoTA 2 di seluruh dunia.
Dengan keterlibatan uang dalam jumlah masif tersebut, maka kata kunci kemiskinan yang disebut oleh Mario sang Motivator jelas amat jauh dari dunia game, apalagi dari mereka yang mendedikasikan dirinya untuk menjadi seorang profesional dalam dunia game.
Dari penyelenggaraan turnamen The International saja, jika tim Wings membagi rata jumlah hadiah tersebut kepada seluruh pemainnya – satu tim dalam turnamen The International beranggotakan lima orang – maka masing-masing pemain akan mendapatkan sekitar $1,8 juta. Jika kemudian dibagi dalam setahun, maka per bulannya pendapatan mereka sekitar $152.000. Jumlah yang sangat masif jika dibandingkan dengan gaji karyawan perusahaan medioker.
Dengan total hadiah uang yang masif itu pula DoTA 2 memecahkan rekor sebagai kompetisi e-Sport yang menyediakan hadiah paling besar dalam sejarah dunia.
DoTA 2 sang Fenomena
DoTA 2 tidak dapat dipungkiri adalah sebuah fenomena. Berdasarkan data yang dihimpun oleh tim riset tirto.id, jumlah pengguna aktif per bulan dari game yang berakar dari WarCraft III ini terus meningkat.
Pada bulan Februari 2014, jumlahnya "hanya" 7,1 juta user. Namun hanya dalam kurun waktu sekitar dua tahun, tepatnya pada bulan Juni 2016, jumlah user-nya naik hampir dua kali lipat menjadi 13,02 juta user.
Valve pun mengeruk keuntungan yang tidak sedikit pula. Jika pada tahun 2014, developer tersebut memperoleh $136 juta, pada tahun 2015 pendapatannya naik menjadi $238 juta. Sementara itu, menurut laporan Superdata, pendapatan DoTA 2 ditaksir meningkat 18 persen year-on-year (y-o-y).
Jika dihitung-hitung melalui total hadiah uang dalam kompetisi The Internasional 2016, maka setidaknya hingga pertengahan tahun ini Valve mengantongi setidaknya $58 juta dari penjualan Battle Pass saja (setara dari 75 persen penjualan Battle Pass).
Jumlah hadiah uang dalam kompetisi resmi dari Valve, The International, pun semakin tahun jumlahnya semakin meningkat. Sebagai informasi, meskipun jumlah hadiahnya tidak sebesar pada penyelenggaraan pada tahun ini, The International pada tahun 2015 menyediakan hadiah sesungguhnya tidak sedikit pula, yakni sebesar $18, 4 juta.
Secara total, hingga saat ini, hadiah uang sebanyak $87 juta sudah dibagikan dari 633 turnamen DoTA 2 yang telah diselenggarakan, demikian seperti dikutip dari laman esportearnings. Nilai itu terpaut cukup jauh dari pesaing terdekatnya yang sama-sama berangkat dari WarCraft III, yakni game League of Legends (LoL). Total hadiah uang sebesar $31 juta sudah dibagikan melalui 1748 turnamen LoL yang telah diselenggarakan.
Popularitas DoTA 2 pun masih luar biasa. Menurut data yang dikeluarkan oleh Newzoo, game tersebut menempati peringkat kedua dalam 20 besar game yang ditonton dalam Twitch, sebuah situs penyedia layanan video bagi gamers, di seluruh dunia dengan lama waktu 51,6 juta jam pada bulan Agustus. Ia hanya kalah dari LoL yang memiliki rekor 79,3 juta jam. Game yang sedang naik daun seperti Overwatch pun masih belum mampu menyainginya.
Dengan begitu banyak indikator positif tersebut, meskipun tren game bisa berubah dengan cepat, boleh jadi DoTA 2 masih akan melaju lebih jauh lagi, setidaknya hingga beberapa tahun mendatang. Satu hal yang pasti, dengan makin meningkatnya pendapatan Valve melalui DoTA 2, serta berkembangnya turnamen-turnamen yang mengikutinya, maka kata-kata mutiara Mario sang motivator pun boleh dikata sudah ketinggalan zaman.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti