Menuju konten utama

Donor dari Rumah, Solusi Sementara Jaga Stok Darah Selama Pandemi

Persediaan darah mengalami penyusutan selama pandemi. Layanan donor di rumah dari PMI menjadi solusi sementara yang cukup efektif.

Donor dari Rumah, Solusi Sementara Jaga Stok Darah Selama Pandemi
Warga mengikuti donor darah di pelataran Masjid Al Markaz Al Islam, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (21/4/2021). ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/rwa.

tirto.id - “Excuses never save a life, Blood donation does.

Jika selama hidup Anda urung mendonorkan darah karena macam-macam alasan, sekarang adalah saatnya mulai berubah. Pasalnya, semakin banyak orang bertaruh nyawa di masa pagebluk ini.

Pernahkah Anda menghitung berapa pesan siar pencarian donor darah yang masuk ke ponsel selama setahun pandemi ini? Cobalah iseng menghitung dan bandingkan dengan masa sebelum pandemi. Saya berani bertaruh jumlahnya pasti meningkat.

Tahun lalu, saya hampir mendapat selusin pesan dari orang-orang yang mencari pendonor. Salah satunya dari Tina dan Ema. Mereka pontang-panting mencari pendonor mandiri karena stok darah di rumah sakit dan Palang Merah Indonesia (PMI) terbatas.

Halo saya Tina, sedang di RSCM, butuh tiga kantong darah golongan O untuk ibu saya. Jika ada yang bersedia silahkan hubungi nomor ...” demikian Tina berkata dalam sebuah video yang tersiar.

Rekaman video setengah menit milik Tina itu tersebar di salah satu grup yang saya ikuti. Sekitar Juni 2020 lalu, ibunda Tina harus menjalani operasi akibat penyakit kanker dan butuh sekitar 2 kantong darah. Kemudian, dalam operasi lanjutan pada Januari 2021 kemarin, dia kembali mencari 6 kantong darah.

Sempat minta bantuan ke komunitas blood for life, tapi nihil. Akhirnya broadcast message ke grup-grup WhatsApp,” ceritanya. “Donor saya dapatkan dalam waktu tiga jam.”

Pengalaman lebih dramatis dituturkan Ema. Satu bulan setelah kasus pertama COVID-19 diumumkan di Indonesia, Ema harus membawa ibunya ke Rumah Sakit Salak, Bogor, karena pendarahan menstruasi. Saat itu situasi di rumah sakit sedang kaos karena tak punya persiapan memadai menghadapi pandemi.

Protokol kesehatan belum berjalan rapi seperti sekarang. Tenaga kesehatan pun kekurangan alat pelindung diri (APD) dan masyarakat diimbau menunda kunjungan ke rumah sakit, kecuali dalam kondisi genting.

Saat itu kondisi HB ibu saya sangat rendah. Kuku-kukunya sudah pucat dan butuh 4 kantong darah golongan B. Rumah sakit punya stok, tapi kami harus menggantinya,” ungkap Ema.

Pihak rumah sakit lantas meminta Ema membeli darah dari PMI Kota Bogor. Sistem di RS Salak memang mengharuskan stok darah segera diganti agar ketersediaannya tetap terjaga. Kendala mencari darah kembali terjadi di periode transfusi kedua karena stok darah di PMI Kota Bogor “tidak cocok”, meski sama-sama golongan B.

Akhirnya, pihak RS Salak meminta Ema mencari stok darah lain di PMI Kabupaten Bogor. Untuk mencapainya, Ema butuh sekira satu jam berkendara karena jarak tempuhnya lumayan jauh. Setelah tiba di sana pun, dia masih harus menunggu uji kecocokan darah selama 3 jam. Total waktu untuk memastikan kecocokan darah saja memakan waktu 6 jam.

Ternyata memastikan kecocokan darah bisa selama itu, entah bagaimana nasibnya jika pasien kritis.”

Layanan Rawatan Rumah

Ruang depan rumah Nur Azizah siang itu terasa lebih sesak dari biasa. Dua buah velbed berjajar memenuhi ruang di antara kursi-kursi tamu, sementara orang-orang berjajar dengan jarak di teras. Mereka menunggu giliran mendonorkan darah.

Gue bikin acara donor di rumah sekitar dua bulan sekali karena jarak donor itu per 61 hari. Jadi, supaya bisa sekalian donor,” tutur Azizah.

Azizah adalah satu dari sekian pendonor tetap di “musim” pandemi ini. Tak hanya itu, dia juga menggagas aksi donor dari rumah dengan mengajak lingkaran terdekatnya. Idenya muncul ketika membaca informasi soal stok darah di PMI yang kritis pada bulan April 2020.

Saat itu kondisi pendonor menurun hingga 50 persen. COVID-19 membuat masyarakat urung mendonor karena khawatir berkerumun dan tertular virus. Ketua Bidang Unit Donor Darah Pengurus Pusat PMI Linda Lukitari Waseso mengatakan PMI hanya bisa mengumpulkan sekitar 500-600 kantong darah per hari. Padahal, sebelumnya, PMI bisa menghimpun hingga 1000 kantong darah per hari.

Beberapa daerah yang mengalami krisis stok darah di masa awal pandemi di antaranya Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Bahkan, stok darah di PMI Tangerang—domisili Azizah—turun hingga 70 persen.

Secara global, pandemi memang ikut memengaruhi ketersediaan darah karena mengganggu operasional fasilitas pengumpulan donor. Bahkan, The International Journal of Transfusion Medicine (2021, PDF) mengungkap, persentase donasi darah di beberapa negara menurun antara 0,07 persen hingga 44,2 persen. Lalu, World Health Organization (WHO) juga mencatat, kondisi pandemi telah menyusutkan 20-30 persen persediaan darah di 6 region.

Padahal, transfusi darah masih diperlukan dalam situasi darurat seperti trauma, perdarahan pascapersalinan, anemia berat pada anak, diskrasia darah, dan bedah yang mendesak.

Infografik Krisis Stok Darah

Infografik Krisis Stok Darah. tirto.id/Fuad

Solusi Sementara

PMI kemudian mengambil langkah cepat untuk mengatasi krisis donor, yakni dengan membuka layanan perawatan rumah. Donor darah bisa dilakukan di rumah dengan syarat terdapat minimal 8 orang pendonor. Azizah salah satu orang yang menggunakan layanan tersebut. Dia mengumpulkan pendonor dari area Cipadu, Bintaro, dan Ciledug.

Paling banyak pernah ngumpulin 35 kantong. Jumlah pendonornya lebih dari 40 orang, tapi ada yang nggak kesaring karena HB rendah dll,” ungkap Azizah.

Jika ingin menggunakan layanan ini, masyarakat tinggal menghubungi unit PMI terdekat. Biasanya, petugas akan datang dalam waktu 5-7 hari kerja. Kemudian, untuk menjamin kebersihan, PMI akan melakukan sterilisasi dengan disinfektan sebelum dan sesudah melakukan donor.

Dari semula hanya teman-teman dekat, lalu bertambah karena mereka bawa rekan di kegiatan selanjutnya. Terakhir ngumpulin 19 kantong darah dari 25 pendonor,” tutur Azizah.

Dari cerita Azizah, terbukti bahwa animo masyarakat untuk melakukan donor darah masih tinggi. Hanya saja, mereka terhalang karena fasilitas-fasilitas donor tak lagi beroperasi. Sementara itu, permintaan darah terus meningkat karena Indonesia kembali menghadapi wabah tahunan demam berdarah dengue (DBD) hingga Juni nanti.

Dalam situasi seperti sekarang, tak ada lagi alasan bagi kita menutup mata.

Baca juga artikel terkait PMI atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Fadrik Aziz Firdausi