Menuju konten utama
Penembakan di Selandia Baru

Donald Trump Remehkan Soal Ancaman Nasionalisme Kulit Putih

Menurut Trump, serangan di Selandia Baru dilakukan oleh sekelompok kecil orang yang memiliki masalah serius, dan bukan sebagai ancaman kulit putih yang telah meningkat ke seluruh dunia. 

Donald Trump Remehkan Soal Ancaman Nasionalisme Kulit Putih
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque

tirto.id - Presiden Donald Trump meremehkan ancaman yang ditimbulkan oleh pihak nasionalisme kulit putih, setelah pria bersenjata yang melakukan serangan di masjid di Selandia Baru tersebut menyebut Presiden Amerika Serikat (AS) sebagai "simbol identitas kulit putih yang diperbarui."

Trump sendiri, sebelumnya telah mengungkapkan simpatinya terhadap korban penyerangan tersebut.

"Saya menyampaikan rasa simpati dan salam kepada rakyat Selandia Baru setelah pembunuhan massal yang mengerikan di masjid-masjid itu. Sebanyak 49 orang tak bersalah telah meninggal, dengan banyak lagi yang menderita luka parah. AS berdiri bersama Selandia Baru untuk melakukan apa saja yang dapat kami lakukan," cuit Trump di Twitter.

Trump juga telah menelepon Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, dan menyampaikan belasungkawa, doa, serta bantuan apa pun yang mungkin bisa diberikan AS.

Akan tetapi, ia menolak bergabung untuk mengekspresikan keprihatinan akan tindakan yang dilakukan oleh nasionalisme kulit putih tersebut dengan mengatakan "Saya pikir tidak,” ketika ditanya apakah ini merupakan ancaman yang meningkat di seluruh dunia.

"Saya pikir itu adalah sekelompok kecil orang yang memiliki masalah yang sangat serius, saya kira," kata Trump seperti dilansir AP News.

"Jika kalian melihat apa yang terjadi di Selandia Baru, mungkin itu masalahnya. Saya belum cukup tahu tentang itu. Tapi itu pasti hal yang mengerikan,” tambahnya.

Trump ditanya tentang nasionalisme kulit putih dan penembakan yang menewaskan 49 orang di masjid-masjid di Christchurch, Selandia Baru setelah ia secara resmi memveto resolusi Kongres untuk memblokir deklarasi darurat nasionalnya di perbatasan Meksiko.

Veto ini bertujuan membebaskan uang untuk membangun lebih banyak tembok perbatasan untuk melawan imigrasi ilegal.

Sementara, sebelumnya, pelaku penembakan yang diketahui sebagai Brenton Harrison Tarrant mengaku bahwa dirinya adalah seorang nasionalis kulit putih Australia yang berusia 28 tahun.

Ia juga mengungkapkan kebenciannya kepada imigran dan dipicu oleh serangan di Eropa yang dilakukan oleh orang Muslim.

Dalam satu referensi, ia juga mendukung presiden AS, Donald Trump sebagai "simbol identitas kulit putih yang diperbarui.”

“Apakah Anda seorang pendukung Donald Trump?", tanya Tarrant kepada dirinya sendiri, yang kemudian ia jawab, “Sebagai simbol identitas kulit putih yang diperbarui dan tujuan bersama? Iya. Sebagai pembuat kebijakan dan pemimpin? Ya Tuhan, tidak.”

Sementara, pihak Gedung Putih telah memberi pernyataan dan menolak semua kaitan serangan tersebut dengan Donald Trump.

"Ini keterlaluan, membuat hubungan antara individu gila ini yang melakukan kejahatan dengan presiden yang telah berulang kali mengutuk fanatisme, rasisme dan membuatnya sangat jelas bahwa ini adalah serangan teroris," ujar Mercedes Schlapp, Direktur Komunikasi Strategis Gedung Putih.

"Kami di sini untuk mendukung dan berdiri bersama orang-orang Selandia Baru,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PENEMBAKAN SELANDIA BARU atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Politik
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Yandri Daniel Damaledo