tirto.id - Lois Owien, seorang dokter yang mengklaim tidak percaya virus COVID-19, ditangkap polisi. Ia mengaku tak percaya virus tersebut ketika menjadi narasumber dalam acara 'Hotman Paris Show'.
"Yang jelas kemarin (Lois ditangkap), hari Minggu, jam 4, ditangkap (oleh) unit Siber Krimsus Polda Metro Jaya," kata Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Pol Ahmad Ramadhan, ketika dihubungi, Senin (12/7/2021).
Dia belum bisa menjelaskan lebih lanjut terkait penangkapan ini dan kepolisian berencana konferensi pers perihal perkara ini siang nanti. Dalam acara bincang-bincang kala itu, Hotman bertanya kepada Lois. "Ibu sebagai dokter, percaya tidak ada Corona?"
Lois bilang ia tak percaya COVID-19. Padahal sudah banyak kematian yang diakibatkan oleh virus itu. Perempuan itu berujar, kematian selama pandemi kali ini lantaran interaksi antarobat.
Sementara, Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI) memanggil dokter Lois perihal ocehannya. Tak hanya itu, keanggotaan Lois telah dinyatakan kedaluwarsa oleh MKEK IDI.
Bahkan dalam akun Twitter @LsOwien, Lois menyerang dokter lain dengan unggahannya dan bilang bahwa dokter lelaki itu menyebarkan berita bohong. "Dokter HOAX!!
"Yang tidak tahu patofisiologi dan tidak tahu membaca interaksi antar obat. Tidak tahu bhw pemberian obat lebih dari 6 macam,double antibiotik dan double dosis antivirus akan menyebabkan mucus menjadi kental lalu pakai Ventilator yg mendorong Mucus menyumbat alveoli!!" tulis Lois pada 9 Juli lalu.
Terkait tuduhan Dokter Lois Owien soal kematian COVID-19 lebih disebabkan oleh efek interaksi obat, bukan karena virus itu sendiri, Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Zullies Ikawati mengatakan, interaksi obat tidak semudah itu menyebabkan kematian pada pasien.
"Jadi, jika ada yang menyebutkan bahwa kematian pasien COVID adalah semata-mata akibat interaksi obat, maka pernyataan itu tidak berdasar dan tidak bisa dipertanggungjawabkan," kata Zullies lewat keterangan tertulisnya pada Minggu (11/7/2021).
"Sekali lagi, dampak interaksi obat tidak bisa digeneralisir dan harus dilihat kasus demi kasus secara individual, sehingga cara mengatasinya pun berbeda-beda pada setiap kasus," tambahnya.
Selain sifatnya yang individual dan bisa dihindari, dokter juga akan meningkatkan pemantauan jika menggunakan obat yang dapat berinteraksi klinis. Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka tenaga kesehatan bisa segera melakukan tindakan.
"Jadi, interaksi obat tidak semudah itu menyebabkan kematian," tutup Zullies.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Maya Saputri