tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ketat DKI Jakarta dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi Q3 2020. Ia tak menyebut pasti seberapa dalam pemburukan dapat terjadi.
Sri Mulyani hanya mengatakan angkanya dapat melampaui estimasi pemerintah saat ini yang menetapkan Q3 2020 terjadi kontraksi 2,1 persen sampai nol persen.
“Ada skalanya mungkin menurun. Antisipasi estimasi kami 2020 ini, Q3 seperti saya sampaikan di DPR beberapa kali antara minus 2,1 sampai 0 persen. Kalau sampai (seperti) Maret lalu terjadi PSBB drastis bisa mencapai penurunan untuk lower end minus 2,1. Jadi lebih rendah dari 2,1 persen,” ucap Sri Mulyani dalam doorstop virtual, Selasa (15/9/2020).
Sri Mulyani mengatakan pada PSBB Maret 2020 lalu, aktivitas masyarakat mengalami penurunan drastis bahkan hampir berhenti. Dampaknya pun sangat terasa pada pertumbuhan Q1 2020 yang akhirnya tersungkur menjadi 2,97 persen meski PSBB hanya terasa di 2 pekan terakhir Maret 2020. Sebab DKI memegang sekitar 17,7 persen porsi PDB RI.
Meski demikian, Sri Mulyani menilai PSBB kali ini tidak seburuk Maret 2020 lalu. Ia bilang sejumlah kegiatan perkantoran masih berjalan meski dengan kapasitas terbatas 25 persen untuk Work From Office (WFO).
Ia sendiri belum mau menyebut angka baru mengenai estimasi Q3 2020 setelah PSBB DKI Jakarta berlangsung di 2 pekan terakhir September 2020. Ia mengatakan akan menggunakan waktu yang ada untuk mengantisipasi penurunan itu.
“Berapa perkiraan? Akan kami lihat berdasar assessment kami dalam 2 minggu ini. Kami harap tidak terlalu jauh penurunannya,” ucap Sri Mulyani.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Abdul Aziz