Menuju konten utama

Djoko Santoso Meninggal, Politikus Gerindra: Dia Panutan Kami

Sebagai Dewan Pembina, sosok Djoko Santoso dianggap sangat dekat dengan semua anggota partai Gerindra.

Djoko Santoso Meninggal, Politikus Gerindra: Dia Panutan Kami
Ketua BPN Prabowo-Sandiaga (Djoko Santoso). tirto.id/Haris prabowo

tirto.id - Anggota Badan Komunikasi DPP Partai Gerindra Andre Rosiade menilai partainya kehilangan sosok mantan Panglima TNI Djoko Santoso yang juga menjabat dalam struktural Dewan Pembina Partai Gerindra. Kata Andre, sosok Djoko Santoso sangat dekat dengan semua anggota partai sehingga membuat Gerinda sangat kehilangan.

"Pak Joko sosok orang tua yang sabar, selama ini ya jadi panutan kami semua. Intinya dia orang tua lah di Partai Gerindra, tentu dengan meninggalnya beliau kami begitu kehilangan," ujar Andre kepada reporter Tirto, Minggu (10/5/2020).

Andre mendengar kabar mengenai sakitnya Djoko Santoso sejak dua pekan lalu. Djoko sudah dirawat karena harus operasi pendarahan otak. Andre mengaku belum sempat menjenguk ke rumah sakit karena sudah masuk masa Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) di DKI Jakarta.

"Insyaallah sekarang saya akan pergi ke tempat Pak Djoko ya. Dirawatnya dua minggu kalau enggak salah, saya dengar Pak Djoko itu sakitnya pendarahan otak. Kemudian ada operasi. Saya udah anggap beliau sebagai orang tua saya," terangnya.

Djoko Santoso yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ini meninggal dunia karena stroke. Jenazah Djoko Santoso saat ini telah berada di rumah duka yang berada di kawasan Bambu Apus, Jakarta Timur.

Djoko akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) San Diego Hills, Karawang, Jawa Barat. Pemakaman sendiri akan dilakukan siang sesuai dengan protokol kesehatan.

Djoko merupakan Panglima TNI pada periode 2007-2010. Kemudian, dia terjun ke dunia politik dan menjabat sebagai anggota Dewan Pembina Partai Gerindra.

Ia pun pernah menjabat sebagai Ketua Badan Pemenangan Nasional untuk pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada Pilpres 2019. Jenderal Djoko Santoso termasuk salah satu jenderal muda dan progresif saat masih aktif di militer.

Ia menaiki kariernya dengan memotong dua angkatan lulusan Akademi Militer. Karier Djoko yang melejit itu karena faktor Jenderal Susilo Bambang Yudhoyono, yang terpilih sebagai presiden pada 2004.

Djoko diangkat SBY menjadi KSAD pada 18 Februari 2005. Saat itu Djoko, lulusan Akmil 1975, mengalahkan dua pesaingnya, Letjen Djaja Soeparman dan Letjen Hadi Waluyo, notabene seniornya dari angkatan 1972. Djoko sempat mendirikan gerakan Indonesia ASA (Adil, Sejahtera, Aman) dan Partai Pribumi, yang bermarkas di Tebet, Jakarta. Di sana Djoko mengumpulkan banyak alumni gerakan mahasiswa. Dari kelompok Cipayung hingga kelompok yang paling kiri.

Namun, dua spektrum organisasi itu tidak bertahan lama. Setahun setelah Pilpres 2014, Djoko akhirnya resmi bergabung dengan Gerindra sebagai anggota dewan pembina. Loyalitas Djoko pada Gerindra membuatnya dipercaya Prabowo sebagai ketua tim pemenangan Prabowo-Sandiaga.

Dahnil Anzar Simanjuntak, Juru Bicara Ketua Umum Partai Gerindra cum Staf Khusus Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menilai Djoko Santoso merupakan sosok yang sangat loyal kepada Prabowo, baik saat masih di militer maupun sudah tak lagi di dunia militer. Bahkan saat sudah tak lagi di militer, Prabowo menjadikan Djoko Santoso sebagai sahabatnya.

"Pak Djoksan adalah salah satu sahabat Pak Prabowo yang paling sering dibanggakan beliau. Mengapa? Karena sejak awal pak Djoksan selalu bersama Pak PS [Prabowo Subianto], beliau mantan wakil Pak PS di TNI, yang dikenal berwatak prajurit tempur sejati," ungkap Dahnil dalam akun twitternya @dahnilanzar, Minggu (10/5/2020).

Baca juga artikel terkait DJOKO SANTOSO MENINGGAL atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Politik
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Bayu Septianto